Bab 11

20 0 0
                                    

Rean menatap layar ponselnya lamat lamat. Memastikan foto itu Sasya atau bukan. Berkali kali Rean membolak balik ponselnya. Tapi, yang ada di foto itu memang benar Sasya.

"Van, sini deh bentar" kata Rean yang masih menatap layar ponselnya.

"Apa sih. Nanggung ini" kata Jovan masih berkutat dengan stiknya.

"Elah. Bentar doang kok"

"Amar. Pouse dulu" perintah Jovan. Jovan berjalan ke arah Rean. "Apa sih?"

"Nih, liat. Sasya kok sama Edgar mesra banget ya" kata Rean sambil menunjukkan ponselnya ke Jovan.

"Trus, apa hubungannya sama gue?"

"Lo gak cemburu?" Tanya Rean.

"Nggak"

"Padahal gua bakal bilang loh, kalau lo suka sama Sasya" kata Rean lagi.

"Lo telat. Gue udah jadian sama Sasya." Jawab Jovan cepat.

Amar yang mendengar percakapan para sahabatnya kaget. "Wah, gak bener lu Van. Udah jadian gak kasih pj"

"Iya Van. Lo maennya cepet amat" sambung Rean.

"Itu juga gak gue rencanakan kok" jawab Jovan santai dan kembali melanjutkan game nya bersama Amar.

Rean bingung, mencoba mencerna perkataan Jovan. "Maksud lo?"

Akhirnya Jovan menjelaskan kejadian waktu di warung mi ayam. Amar dan Rean sangat saksama mendengar kata perkata yang Jovan ucapkan.

Tawa Amar memecah"Buahahaha, hebat lu Van. Menurut gua nih, lu emang beruntung hari ini. Tapi, lu beneran suka sama Sasya?" Tanya Amar ketika menghentikan tawanya.

Jovan langsung membekap mulut Amar yang sangat keras jika tertawa. "Mphhhdbssjsj" Amar mencoba memberontak dari bekapan Jovan, tapi tenaga Jovan lebih kuat daripada Amar.

"Makanya, jangan berisik. Kalau Sasya denger kan malu gue" kata Jovan setelah melepaskan bekapannya.

Amar masih mengatur nafasnya. "Van, lu habis pegang apa sih? Tangan lu bau banget" Amar mengibaskan tangan di depan hidungnya, berusaha menghilangkan bau.

"Ah, wangi gini kok" kata Jovan yang mencoba mencium tangannya.

"Van, lo bilang nanti Sasya denger. Emang kamar Sasya deket sini?" Tanya Rean.

"Iya. Tuh disamping" Jovan mengarahkan telunjuknya kearah kamar Sasya.

"Wah, kayak lagu aja. Pacar ku memang dekat lima langkah dari rumah" Amar mulai menggoyangkan pinggulnya dan bernyanyi yang suaranya memekakkan telinga.

"Woi, bisa diem gak?" Bentak Rean, yang langsung membuat Amar berhenti.

"Kalau kaya gini mah, gak perlu apel. Tinggal dateng aja setiap menit juga bisa" kata Amar.

"Iya Van. Lo tinggal teriak aja." " Sya, gue kangen sama lo, keluar dong " Amar mengikuti gaya Jovan. Tapi agak sedikit lebay sih.

"Nggak selebay itu juga kali" protes Jovan ke Amar.

~~~~~

Sedari tadi Sasya tak fokus membaca novel nya. Suara bising yang berasal dari kamar Jovan membuat fokusnya gagal. Lagi2 ia harus membaca ulang setiap kalimat yang ada di novel itu.

Sasya memutuskan untuk membaca novel nya lagi. Tapi, lagi lagi suara tertawa yang berasal dari kamar Jovan terdengar lagi. Sasya memilih mengambil ponselnya. Tangannya mulai mengetik keyboard ponsel.

Don't Follow MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang