Shila tersenyum saat menatap seorang perempuan tengah merentangkan tangan bersiap untuk memeluknya. Ia segera berlari dan menyambut pelukan dari sahabatnya itu. Dia Hana, sahabatnya sejak Ia pertama kali menginjakkan kakinya di Pulau Jawa. Seorang gadis Jawa yang lembut, yang sering kali membuat Shila iri karena kebaikan hatinya. Shila mengeratkan pelukannya pada Hana, tiba-tiba rass sedak yang Ia tahan-tahan muncul menyeruak bagitu saja. Membuat air mata yang sedari tadi Ia tahan lolos berjatuhan begitu saja. Saat itu juga Ia menangis dipelukan Hana Ia tidak kuat lagi jika harus menyimpan kesedihannya lebih lama.
"Shil.." panggil Hana, Namun Shila masih enggan melepaskan pelukan. Ia masih butuh pelukan Hana, setidaknya hingga tangisnya reda.
Shila segera menghapus air matanya saat suara Mario menginterupsi mereka. "Loh, Hana.."
Shila membalik badannya, sejenak membelakangi Mario yang rupanya sedang bersama kedua orang tuanya. Sementara Hana tengah menyambut ramah Mario.
"Loh, Abang satu pesawat dengan Shila?." Mario mengangguk bertepatan dengan Shila yang berbalik badan namun terus menundukkan kepalanya.
Mario menatap heran kepada Shila, tampak semakin jelas sekali jika perempuan itu baru saja menangis. Tapi sekali lagi, Mario tidak ingin ikut campur dan sok ingin tahu keadaan Shila, karena tentu saja Shila butuh privasi terhadap apa yang menjadi penyebabkan dirinya menangis.
Memilih untuk mengabaikan Shila, kini Mario malah tersenyum salah tingkah saat Ia akan mengenalkan kedua orang tuanya kepada Hana danShila. Orang tua Mario begitu rama menyambut uluran tangan Hana dan Shila untuk bersalaman.
Sebenarnya Shila merasa sangat tidak nyaman saat diajak berbicara, karena suaranya yang serak sehabis menangis ditambah juga matanya yang bengkak. Ia tidak suka menimbulkan banyak pertanyaan di benak orang lain. Untung saja Hana segera mengakhiri pembicaraannya dengan orang tua Mario. Sepertinya Hana tahu bahwa Shila memang butuh untuk segera pulang.
Dalam perjalanannya menuju Kost, Hana tidak banyak berbicara. Shila tau, sahabatnya itu tidak akan menanyakan apa-apa sebelum Shila bercerita sendiri. Maka dari itu, setelah mereka sampai Kost, Shila langsung menceritakan semua penyebab kesedihannya kepada Hana. Tentang keadaan ayahnya, harapan terakhirnya dan keresahannya yang belum juga menemukan seseorang yang akan menikahinya.
***Sore ini, Shila dan Hana disibukkan dengan persiapan mereka yang akan menghadiri wisuda Mario. Pria itu mengundang Shila dan Hana untuk datang, padahal jika tidak di undang pun mereka akan tetap datang. Shila tersenyum melihat Hana yang sedari tadi sibuk mondar-mandir mencari ini itu. Shila paham, Mario adalah salah satu senior yang paling dekat dengan Hana, maka dari itu tidak heran Hana ingin menghadiri wisuda Mario dengan keadaan sebaik mungkin.
"Masih lama Han?"
"Sebentar." Sahut Hana, lalu tidak lama setelah itu Hana muncul dengan balutan dress berwarna biru muda. Begitu anggun seperti biasanya.
"Yuk." Ajak Hana. Mereka segera berjalan ke depan menuju taksi online yang sudah mereka pesan.
Begitu sampai, mereka segera menuju auditorium, tempat dimana acara wisuda dilaksanakan. Banyak sekali orang-orang yang berlalu-lalang menunggu pada wisudawan keluar dari gedung. Saat perjalanannya menuju lokasi tempat mereka janjian dengan Mario, tiba-tiba sebuah telfon dari kakaknya menginterupsi, membuat Shila menghentikan langkahnya.
"Lo duluan aja, Han. Kakak gue telfon, nanti gue nyusul." Ucap Shila lalu segera berbalik badan mencari tempat yang nyaman baginya untuk menerika telepon.
**
Setelah dari siang hingga sore mengikuti acara wisuda, di tambah sehabis magrib tadi dirinya harus menghadiri makan bersama teman-teman organisasinya, rasa lelah pun menghampiri Mario. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tapi Mario harus kembali ke kampus untuk menghadiri wisuda teman ordanya yang berbeda fakultas. Beruntung Ia tidak terlambat, karena saat Ia datang temannya itu sudah akan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arshila [DREAME]
RomanceMungkin saat menikahimu tidak ada rasa cinta sedikitpun yang aku miliki. Tapi aku akan berusaha secepatnya untuk mencintaimu. Karena setelah ijab qabul yang aku ucapkan. Itu berarti kamulah penggenap separuh agamaku dan kamulah tanggung jawabku...