by Jel

7 4 0
                                    

By Jel

Bau besi menyengat indra penciumanku kala platina itu menembus tempat dimana hatiku berada.

Siapa sangka jatuh cinta akan sesakit ini?

Aku mengerang, perih rasanya saat platina itu kembali bergesekan dengan kulitku.

Menghiraukan eranganku, bajingan ini menyeringai, dan menjilati darah yang mengalir di pedang itu.

Aku mendelik ke arahnya. Ia menarik sudut bibirnya, senyum keji terpatri di wajah yang sering ku puji.

Siapa sangka lelaki tampan dengan senyuman menawan, ternyata lebih buruk dari setan!

Dengan rapih ia menyembunyikan jiwa iblisnya. Bertopeng wajah rupawan dan kebaikan buatan, ia berhasil menipu semua orang. Menjerat gadis malang dengan pesonanya, lalu menjadikannya 'kelinci' untuk dipermainkan.

Bodohnya, aku termasuk ke daftar gadis-gadis malang itu.

Ia mengusap pipiku, dan dengan tangannya yang berlumur darah, ia menempelkan pisau diatasnya.

Ia mulai menciptakan hasta karyanya dengan pipi sebagai kanvas, pisau sebagai kuas, dan darahku sebagai catnya.

Aku mengerang, menahan perih yang menjalar seiring goresan yang ia ciptakan.

Puas dengan mahakarya yang ia buat. Ia meletakkan pisau di sampingku, dan melepaskan ikatanku.

Dia menggenggam tanganku.
.
.
.
.
.

"Arrghh!" Aku menjerit, kala tajamnya gergaji menggesek pergelangan tanganku.

Perih. Sakit. Entah apa lagi kata yang bisa ku lontarkan untuk mengekspresikan bagaimana rasanya.

Dia terus melakukan kegiatannya dengan khidmat, dan... nikmat?

Aku tak sanggup lagi!

Kenapa aku masih hidup dengan banyaknya darah yang kukeluarkan?!

Dengan tangan kiriku yang bebas, aku mengambil pisau yang tadi ia gunakan untuk 'melukis'ku, dan menghujamnya tepat ke tempat  jantungku berdetak.

Aku tak peduli lagi. Aku hanya ingin mati!

Dia menghentikan kegiatannya, dan tersenyum ke arahku.

"Ku kira kau menyenangkan. Ternyata tidak!" Dia melempar gergaji berlumur darah itu ke lantai.

Dengan katana di tangannya, dia menghampiriku. "Selamat tidur sayang! Terimakasih telah bermain denganku." Dengan senyuman manis dan lesung pipinya yang dalam, dia mengecup keningku.

Mundur beberapa langkah. Dia mengangkat katananya, dan mengayunkan ke leherku.

Kini, semuanya menjadi gelap.

Tbc for the next drabble.

Please vote and comment, jangan lupa untuk menantikan drabble selanjutnya. Babay.

Sunday, 28 May 2017.

Drabble Tamu (member)Where stories live. Discover now