Namun nasib berkata lain. Apa yang kudapatkan bukan sesuatu untuk menghalangi derasnya hujan, melainkan seseorang yang kembali mengingatkanku akan derasnya tangis.
--Kembali--
mandasvt17note : Kalimat bergaris miring menandakan flashback
Oh Tuhan, aku melihatnya kembali hari ini. Melihat kembali dia yang menyimpan banyak kenangan denganku. Dia yang selalu aku rindukan tiap malam, meski aku tahu dia tidak akan merindukanku.
Mungkin dulu ia sering merindukanku, namun aku yakin sekarang ia tak akan mungkin merindukanku.
Sebuah kalimat yang waktu itu aku katakan adalah suatu kesalahan besar. Aku tidak tahu mengapa aku bisa mengatakannya. Waktu itu aku hanya takut, takut pertemanan kita hancur, takut kedekatan kita hancur. Namun apa daya, justru kalimat itu yang membuat segalanya hancur. Ya, aku memang sungguh bodoh.
Perempuan di depanku sekarang menoleh. Aku sudah sangat hafal dengannya tanpa ia harus menoleh. Dapat kulihat ia tercengang menatapku. Entah tatapan apa yang ia berikan, mungkin tatapan kebencian yang ia berikan.
Melihatnya kembali hari ini, mengingatkanku akan pertemuan kedua kita setelah insinden kecil itu.
Setelah akhirnya menemukan ruang tata usaha. Akupun masuk, mengenalkan namaku, dan sesegera mungkin menyelesaikan masalah administrasi.
Masalah administrasi selesai tepat saat bel berbunyi. Dapat kulihat seorang wanita paruh baya mengajakku pergi ke kelas. Beliau mengenalkan diri sebagai wali kelasku. Aku pun mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di kelas, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Wali kelasku sudah mulai berbicara mengenalkan diri di depan kelas. Tak kusangka, dengan umurnya yang sudah termakan usia, beliau sangat ceria. Suaranya yang keras namun menyenangkan, matanya yang berbinar ketika berbicara seperti menghipnotis para murid.
Rasanya tidak ada yang meyadari kehadiranku. Akupun memutuskan duduk di bangku kosong terdekat, bangku ketiga dari depan. Setelah duduk, aku melihat-lihat teman sekelasku. Perempuan yang duduk di depanku lah yang paling menyita perhatianku. Rasanya aku mengenalnya.
Tiba-tiba ia menoleh kepadaku. Ia tersenyum kepadaku, mungkin ingin menyapa teman sekelas barunya. Ah, wajah itu. Perempuan yang tadi pagi kutabrak. Dapat kulihat dia memajukan bibirnya, mendengus kesal, dan kembali menghadap ke depan. Mungkin ia masih marah akan insinden tadi.
Akupun segera memegang pundaknya hendak meminta maaf, karena sungguh, aku tadi sedang terburu-buru.
"Maaf ya yang tadi" aku tidak tahu apakah harus tersenyum atau bagaimana. Yah pokoknya aku sudah minta maaf. Diapun hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Jadi, kuanggap saja dia memaafkanku
Toh masalah kecil seperti ini, buat apa dipermasalahkan. Mungkin hari-hari berikutnya pun aku tidak akan mungkin berurusan dengannya. Jadi lupakan saja dan nikmati hari pertamamu bersekolah.Lucu sekali dulu aku berpikir seperti itu. Nyatanya sekarang, segala urusannya adalah urusanku, dan segala urusanku adalah urusannya.
Memang benar, rencana Tuhan siapa yang tahu. Tuhan menyiapkan segala sesuatunya dengan terencana. Tuhan sudah menyiapkan siapa yang akan datang ke kehidupan kita. Tuhan sudah menyiapkan siapa yang akan mewarnai kehidupan kita. Tuhan sudah menyiapkan siapa yang akan mengisi kehidupan kita. Dan Tuhan juga sudah menyiapkan siapa yang akan tinggal dan pergi dari kehidupan kita.
Mungkin aku yang terlalu bodoh saat itu. Aku terlalu bodoh hanya untuk menyadari perasaanku yang sebenarnya terhadapmu. Dan mungkin itu adalah cara Tuhan untuk membuatmu pergi dari kehidupanku.
Sungguh aku berharap untukmu bisa kembali lagi ke kehidupanku. Namun, aku juga sungguh takut jika kau kembali kepadaku, aku akan kembali mengulangi kesalahanku dan kembali menyakitimu.
Tuhan sudah menghukumku dengan hukuman setimpal atas apa yang telah kulakukan. Sekarang dapat kurasakan bagaimana sakitnya perasaanmu kala itu.
Aku berharap dengan kepergianku dari kehidupanmu ini, kau dapat melupakan segala kesakitanmu dan menemukan seseorang yang dapat menghapus semuanya itu.
Yang terpenting aku bahagia melihatmu bahagia meski aku bukan alasanmu berbahagia.
--Kembali--
mandasvt17
Haii(´∀')
"Mungkin" sudah mulai terlihat konflik mereka berduaYah intinya mereka selalu salah paham, dan berpikir apa yang mereka lakuin itu adalah yang terbaik, tapi justru itulah yang membuat hubugan mereka rusak.
Inginnya sih saling menjaga, tapi malah saling menyakiti.
Okay, see you next chapter~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
RomanceApakah suatu dosa bagiku jika berharap kepada Tuhan untuk membawa kita kembali seperti masa-masa dulu? Di mana kita masih bisa berbicara bebas, tertawa bersama, dan bertatapan? Kuakui dulu aku benci dengan kata 'sekedar teman', tapi sekarang, harus...