Bab 1

84 14 0
                                    

"Melihat kamu tersenyum saja sudah membuat jantungku berdetak cepat. Apa kabar dengan tawamu?"

(Baru, Bias, dan Bus)

•••

Korea Selatan. Negara gingseng merah yang tidak asing lagi bagi telinga kita. Negara dimana banyaknya artis-artis lakon drama yang memiliki wajah cantik nan imut, dan dengan wajah yang cukup mudah dikenal bagi siapapun dari bentuk mata mereka yang mayoritas sipit. Dengan para artis perempuannya yang memiliki paras selalu terlihat awet muda yang tak sebanding dengan umur mereka, begitu pula dengan para artis lelakinya yang terlihat macho sekaligus imut disaat bersamaan itu membuat drama asal Korea sangat laris di Indonesia. Dari ras asiatic mongoloidnya, dipastikan siapa saja akan menyukai mereka dengan sekali pandang. Termasuk kaum hawa yang menyegani artis-artis pria yang selalu menunjukkan wajah aegyo nya didepan kamera.

Dan hari ini, disinilah gadis berperawakan mungil berada. Bermodalkan uang milik kakak semata wayangnya yang akhir-akhir ini mendapatkan gaji yang lumayan banyak itu, ia bisa berada dinegara gingseng ini tanpa mengeluarkan sejumput uang dari tabungan ayam miliknya yang selalu tersimpan rapi didalam lemari pakaiannya. Dan, kali pertama ini ia baru bisa ke Korea Selatan untuk bersenang-senang tanpa adanya Mama serta Papanya.

Pada awalnya, kakak perempuannya yang bernama Dian itu tidak mengizinkan dirinya ikut berlibur bersamanya. Dengan berbagai alasan, dan salah satunya: ia akan banyak merepotkan Dian selagi merefresh kembali otaknya di Korea. Namun, bukan Hana Azzura namanya bila permintaannya ditolak begitu saja dengan mentah-mentah.

Hana—si gadis berwajah lugu, namun selalu berambisius mendapatkan apa yang ia inginkan, selalu menolak kata 'tidak'. Baginya, kata 'tidak' itu sangat tidak bermutu dan juga tidak terdaftar didalam kamusnya saat ia meminta sesuatu kepada seseorang.

"Gue harus ikut liburan ke KorSel. Kalau nggak, siap-siap itu mu ketahuan sama Mama," ancamnya dengan puas yang membuat Dian mengangguk pasrah.

Karena, Hana selalu memiliki segudang cara untuk mensukseskan ajang permintaannya itu tanpa terbantahkan. Entah bagaimana caranya, yang terpenting, ia mendapatkannya.

Hana menarik kuat kopernya yang berada digenggaman kakaknya dengan sekali tarikan keluar dan membuat Dian melirik kesal kearahnya. Tanpa mempedulikan tatapan kakaknya itu, Hana mengedarkan pandangannya dengan sangat antusias ke sekeliling. Bahkan, Hana sempat meneliti tempat bandara pijakannya itu dengan mimik wajah seriusnya seperti orang yang baru mendapatkan tugas matematika yang sulit. Ia juga tanpa sengaja berjalan menjauh dari tempat asalnya. Hana juga repot-repot menajamkan matanya guna melihat wajah-wajah khas Korea Selatan itu dengan bersemangat.

Dipikir, ia bisa menemukan lelaki yang bisa menyegarkan kembali matanya setelah beberapa bulan terjebak pada mantan kekasihnya yang tidak tahu diri itu.

Sesaat, pandangan Hana meluncur pada satu titik lelaki yang tengah berdiri dan bersandar pada pilar bandara yang tengah asik memainkan benda bersinar ditangannya tanpa mempedulikan sekitarnya yang ramai orang berlalu lalang. Seolah tersadar oleh sesuatu, Hana mulai bringas mencari letak tempat ponselnya yang berada didalam tas ransel punggungnya tanpa peduli ia berhenti ditengah jalan.

"Mana yah? Perasaan ada disini deh," gumamnya sambil terus mengacak isi ranselnya. "Nah, ini dia! Gue kira ilang dicopet pencurinya Korea."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Issues After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang