Part 1

40.6K 2.3K 38
                                    

hello!! i am come again! LOL

mudahan ide selalu lancar n bisa cepat update ya. AMIIIN.

Cuma maklumin, tiap partnya agak singkat.

btw, gw harap para pembaca mau meninggalkan komen, karena komen-komen kalian, meski tidak saya balas satu demi satu, tapi saya baca dan menjadi sumber semangat menulis. jangan lupa juga menyentuh tombol bintang/vote, karena vote dan komen menunjukkan seberapa suka dan antusias kalian terhadap cerita saya. bisa untuk makin memacu semangat menulis :D

thank all for love this story...

PART 1

Leana Shamus tak pernah membayangkan kesempatan ini akan datang. Hubungan Davian Alger dan Cerra—wanita yang sudah lima tahun ini menjadi kekasih pria itu—akhirnya berakhir. Dari pengamatan Leana, pria itu tampak terpuruk. Davian pasti sakit hati dikhianati kekasihnya yang memilih pria lain.

Melihat keterpurukan Davian, Leana merasa cukup puas. Hanya cukup. Belum sangat puas. Leana ingin melihat Davian lebih terpuruk lagi. Ia ingin pria keji itu jatuh ke dalam jurang sakit hati yang lebih dalam.

Dengan segala rencana yang sudah tersusun sempurna di kepala, Leana berdiri di antara tamu undangan.

Malam ini adalah pesta ulang tahun salah seorang adik sepupu Davian, dan Leana sudah mendapatkan informasi dari sumber terpercaya bahwa pria itu akan hadir.

Dan benar. Davian hadir. Pria tampan berhidung mancung itu memakai setelan jas lengkap, berdiri sendirian di pojok ruangan, menatap kosong pada pasangan-pasangan muda yang hilir-mudik berdansa.

Leana melangkah pelan ke arah pria berambut gelap itu dengan gelas berisi anggur di tangan. Saat lewat di depannya, ia pura-pura tersandung, dan lengan kukuh berotot itu secepat kilat menangkapnya.

Bagus. Semua sesuai rencana.

"Hati-hati, Nona. Kau tidak apa-apa?"

Nada suaranya dingin, tidak terdengar ramah meski kalimatnya menyiratkan perhatian.

Leana tersenyum seolah salah tingkah. "Terima kasih. Aku baik-baik saja..."

Dan keduanya kembali terdiam. Leana menggerutu dalam hati melihat sikap dingin Davian. Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, Leana memutuskan ia harus segera memanfaatkan kesempatan yang sudah ada di depannya. "Hari pernikahanku sudah di depan mata dan calon pengantin prianya hilang begitu saja. Kabur bersama janda kaya beranak lima," ujar Leana tenang sambil menyesap minumannya. Matanya menatap ke seisi ruangan yang ramai oleh pasangan muda-mudi yang berdansa.

"Apa kau selalu menceritakan masalahmu pada siapapun yang baru kau kenal?" tanya pria itu heran dengan alis sedikit terangkat. Rahang kukuhnya masih menampilkan kesan dingin.

"Tidak juga." Leana menoleh dan tersenyum tipis tanpa terlihat gugup. Semua sudah direncana, dan harus berjalan lancar. "Sebenarnya aku ingin bertanya, apakah kau tahu di mana aku bisa mendapatkan pria baik hati untuk menjadi suamiku? Aku terdesak. Seperti yang kubilang tadi, hari pernikahanku sudah di depan mata."

Leana menunduk untuk menghindari kontak mata dengan Davian. Ia menatap ujung gaun berwarna hitam dengan panjang setengah paha, yang melekat sempurna di tubuh langsingnya. Gaun ini adalah rancangannya sendiri. Di usianya yang ke dua puluh lima tahun, ia sudah menjadi perancang busana dan penata rias terkenal. Kliennya dari kalangan artis atau keluarga pengusaha besar.

Davian menyeringai samar. Matanya memindai Leana dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. "Kalau begitu, bagaimana jika aku saja? Aku cukup kompeten untuk menjadi suamimu, bukan?" mata Davian berhenti tepat di wajah Leana dan menatap mata cokelat terang itu.

Leana mengangkat wajah dan tertawa kecil. Tawa elegan khas seorang wanita berkelas. "Bercandamu keterlaluan. Aku yakin ada banyak wanita tergila-gila padamu untuk menjadi kekasih, atau mungkin istrimu."

Pria itu masih menyeringai samar. "Aku serius dengan tawaranku. Aku bersedia menjadi mempelai pengganti. Tapi tentu saja aku menuntut hakku sebagai suami. Aku laki-laki normal, oke?"

Hak sebagai suami. Itu artinya Leana harus tidur dengannya. Nyali Leana seketika menciut mengingat ia harus menyerahkan tubuhnya pada pria yang ia benci. Tapi akhirnya bara dendam yang membaralah yang menang. Leana memang harus menyerahkan tubuhnya pada pria itu untuk membalas dendamnya, bukan? "Kau yakin ingin menjadi suamiku?" tanya Leana hati-hati untuk meyakinkan diri bahwa pria itu serius dengan kata-katanya.

"Tentu saja aku yakin, Nona." Davian menyunggingkan se-nyum samar yang dingin. "Mari tinggalkan pesta ini dan membicarakan lebih lanjut tentang pernikahan kita," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Leana menatap wajah pria itu sejenak, pada rahang kukuh dan mata hitam pekat yang dingin, lalu melirik pada tangan yang menanti sambutannya.

Babak pertama rencananya berjalan dengan sangat mulus dan mudah. Apakah pria ini benar-benar sedang putus asa hingga begitu mudah mengambil keputusan untuk menikah dengannya?

Leana sadar ia harus segera mengambil kesempatan ini. Tidak peduli apa alasan pria itu ingin menjadi mempelai pengganti untuknya—entah untuk pelarian semata atau alasan lain—yang penting pria ini menjadi suaminya agar ia bisa membalas den-dam yang mulai membakar hatinya.

Perlahan ia mendekatkan diri, menyambut uluran tangan pria itu, lalu merangkul lembut lengannya. Seketika wangi parfum yang maskulin memenuhi rongga hidung Leana. Membuat darahnya berdesir ke seluruh tubuh.

Leana menahan napas. Berharap debar yang menyentuh dadanya segera memudar. Berharap ia tak akan pernah jatuh cinta pada pria keji ini. Pria yang telah bertahun-tahun meninggalkan jejak amarah dan benci di hatinya yang akhirnya berubah menjadi dendam.

***

bersambung...

yuhuuuu... gimana? suka? jangan lupa vote dan komen ya.. thank you

love,

Evathink

(IG : evathink)

Repost, 7 maret 2019

Terperangkap Dendam dan Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang