Prolog

55 7 13
                                    

#Kritik dan saran dipersilahkan
Happy reading~

:::000:::

"AAAAAAHHHH!!!" Jeritnya, bersama darah yang terciprat dari sekujur tubuh.

   Kepalanya lepas dan terbang ke langit, menghujani wajahku dengan amisnya darah. Bagai boneka yang putus talinya, Ia pun jatuh bersama ribuan mayat yang bergelimpangan di lantai. Memenuhi penciumanku dengan busuknya kenyataan.

   Aku menoleh dan mendapati pemandangan yang sama dari ratusan ksatria di sekitarku. Tubuhnya terkoyak. Tangan-kakinya putus. Organnya berceceran. Dan wajahnya tercabik tak karuan. Menghias istana yang semula putih bersih menjadi merah semerah darah.

   Tidak...Aku tidak ingin melihatnya! Aku tidak ingin melihatnya!!! Tapi betapa keraspun aku menutup mata. Aku masih bisa melihatnya. Layaknya cd yang rusak. aku terus melihatnya. Lagi...Lagi...Lagi...dan Lagi. Bersama jeritan yang terus terngiang. Jeritan tragis penuh tangis. Yang terus mencabik habis hatiku.

   Siapapun...Kumohon! Hentikan semua ini! Hentikan semua kegilaan ini!!! Aku menjerit dan terus menjerit. Tapi naas. Tiada seorang pun yang mampu menjawab. Semua telah mati. Semua kecuali gadis kecil di sisiku.

   Ia menangis seraya memandang boneka beruang di tangan kanannya. Hadiah yang baru didapatnya dari sang ayah. Di hari ulang tahunnya yang ke-15. Yang seharusnya jadi hari terindah dalam hidupnya.

   Rambut emas panjangnya terurai tak karuan. Gaun putih yang dikenakannya pun menghitam. Bermandikan darah ribuan ksatria yang mencoba melindunginya. Lebih gelap dari malam dan lebih kelam dari karam.

   Dan sekarang mereka datang untuk membunuh gadis ini. Tidak! Tidak akan kubiarkan!!!

"AAAAAAH!!!" Jeritku, terpental ke dinding.

"Fajri!" Ujar gadis itu, lari mendekapku.

   Merah darah memenuhi mataku. Baik dari sayatan di dahiku, maupun bercak darah yang memenuhi seluruh kota. Yang banjir mengairi sungai-sungai di seluruh kerajaan.

   Api menyala, melesat menembus langit. Membakar semua yang di laluinya. Baik mayat di depanku maupun ornamen yang hiasi seisi istana.

   Jutaan undead terus membanjiri istana. Tanpa peringatan, makhluk tak bernyawa ini menyerang kerajaan kami. Menghancurkan semua yang dilaluinya.

   Gadis itu mendekat dan mendekapku di pelukan hangatnya.

"Tuan putri....Lari...!" Rintihku.

"Tapi...Tapi!"

"Aysa!!!"

   Aysa tersentak. Mata hijaunya berlinang, tubuhnya gemetar dan batinnya terguncang, tak kuasa menahan emosi yang meledak di hatinya. Hingga akhirnya air mata pun jatuh basahi pipiku.

   Baru kali ini aku melihat Aysa menangis. Tidak kusangka putri yang selalu tegar dan ceria ini bisa menitikkan air mata. Melihat orang tuanya dibunuh pasti mengguncang hatinya.

"Aysa..."

   Tiba-tiba 2 pria berjubah hitam datang menghampiri kami. Mereka melihat Aysa dan tersenyum ganas.

"Ke~te~mu" Ucap yang lebih tinggi di antara keduanya. "Aysa. Semua ini salahmu. Semua terjadi karenamu."

"Ngga..." Aysa menggeleng menutup telinga. "Aysa ngga akan nakal lagi...Aysa janji...Aysa janji..."

"Dan kau tau dosa terbesarmu?" Tanyanya. "Yaitu lahir ke dunia ini!!!"

   Ia pun menembakkan api dari pedangnya, mencoba membunuh Aysa!

Ortus : The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang