4

5 3 0
                                    

*********

"Udah malem." Kata Grey. "Mending kita stay deh."

"Grey benar." Sambungku "Sebaiknya kita berkemah dan istirahat di sini."

Aysa dan Rika mengangguk, setuju dengan usulan kami. Segera setelah itu, kami pun mulai membangun tenda. Hingga akhirnya, kami dikejutkan oleh sebuah auman yang bergema menggetarkan seisi hutan.

Aku mengeluarkan senjata. Bersiap untuk melawan makhluk apapun yang hendak menyerang. Semua tampak sunyi. Hingga akhirnya kami dikejutkan oleh kilatan pedang yang terhunus cepat menuju Aysa!

Aku segera menangkisnya dan balik menyerang. Pedang kami beradu sebelum akhirnya aku merobek tubuhnya dan membuatnya jatuh ke tanah. Cahaya bulan menyinari dan memperlihatkan sosok sesungguhnya dari penyerang kami

"Dia kan?!" Kataku, terbelalak.

"Ksatria hitam." Sambung Aysa. "Kayak yang nyerang istana..."

"Tapi, kenapa mereka di sini?"

Ksatria itu pun lenyap menjadi jutaan cahaya yang menerangi langit malam. Angin berhembus menenangkan kami. Baru saja kami bernafas lega, tiba-tiba terdengar lagi! Jeritan kedua! Keras sekali dan begitu dekat. Tepat di balik hutan.

Aku pun lari, sekuat tenaga menuju sumber suara. Disusul oleh Grey dan yang lain. Dan aku mendapati seorang anak lelaki yang dikerumuni undead. Aku melesat dan menghabisi mereka, bahkan sebelum mereka mampu berkutik. Grey dan yang lain pun sampai, tak lama setelah kedatanganku.

"T-Terimakasih." Kata anak itu, gemetar.

Baru saja ia bernafas lega, raut wajahnya kembali pucat. Seakan teringat sesuatu.

"Tolong!" Katanya "Selamatkan desaku! Aku berhasil lari, tapi keluargaku ... Desaku diserang!"

"Di mana?!" Tanyaku.

"Di sana" katanya, menunjuk sebuah celah di tepi hutan.

"Grey! Jaga mereka!" Kataku, lari.

"Tunggu! Fajri!" Panggil Grey, mencoba menghentikanku.

Grey dan yang lain mengejarku. Tapi aku tidak menghiraukannya. Lebih dari itu, aku harus cepat! Sampai detik ini pun mereka terus dan terus diserang!

Kali ini...Kali ini pasti! Kali ini aku pasti menyelamatkan mereka! Aku tidak akan gagal! Tidak ada seorang pun yang harus mengalami apa yang kurasa. Tidak akan kubiarkan tragedi itu terulang lagi. Karena itu...Karena itu! Aku harus cepat!!!

Aku pun sampai dan melihat sebuah desa yang diserang undead. Puluhan, ratusan, ribuan. Jumlahnya terus dan terus bertambah hingga menembus 10.000! Dan mereka datang membanjiri desa kecil ini dari segala penjuru.

Tidak bisa dibiarkan! Tidak akan kubiarkan!!!

Aku pun melesat menyerang mereka. Mereka sadar akan kehadiranku dan mulai menyerang. Tapi sebelum mereka berkedip, aku berhasil mengayunkan pedangku dan menebas semua yang menghadang. Menyadari bahaya besar yang berasal dariku, mereka pun berhenti menyerang desa dan mengarahkan seluruh daya serangnya untuk membunuhku.

Aku terus dan terus menebas mereka. Tapi berapa kali pun ditebas, mereka terus dan terus mengerumuniku.

Darah mengalir dari dahiku. Deras sekali sampai-sampai memenuhi lidah dan mulutku dengan amisnya yang khas. Dan aku bisa mendengar suara kain yang tercabik-cabik dari sekujur tubuhku. Membasahi kain hitamku dengan merah gelapnya darah.

Ini gawat...Jumlah mereka terlalu banyak! Seandainya aku punya waktu...Seandainya aku punya sedikit waktu....

Saat aku berpikir begitu, tiba-tiba aku mendengar suara Grey, keras sekali di belakang.

Ortus : The Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang