*********
Keesokan harinya, kami pun tiba di destinasi kami. Pelabuhan terbesar dan termegah dunia. Aquors.
Barisan kapal datang dari segala arah, berbaris memenuhi kota ini. Burung camar berkicau menyambut jutaan pengunjung yang datang bersama indahnya cahaya fajar. Yang mengintip manja dan menyelimuti seluruh kota dengan kehangatannya.
Gemerlap kota dan lampunya yang begitu anggun pun mulai redup. Menunjukkan keindahan sesungguhnya dari kota air ini.
Dua langit bertemu, berpadu, menghasilkan spektrum warna yang menakjubkan antar pagi dan malam. Langit ungu berlapis-lapis. Layaknya roti lapis dan sejuta kelembutannya. Langit ini pun dilapisi sejuta kelembutan yang datang dari berbagai sisi. Gelap di satu sudut. Dan terang di sudut lainnya. Tebal di langit dan tipis di bumi.
Begitu pula laut. Keduanya bersatu mempertemukan 2 laut yang saling rindu, terus menanti kedatangan pasangannya di waktu ajaib ini. Kasih dan sayang. Itulah yang seakan dikatakan oleh laut 2 warna ini. Hijau yang penuh kasih. Dan biru yang penuh sayang. Keduanya bercengkrama, saling manja, dan mengalir menyebarkan kasih sayang di dunia yang luas ini.
Dua waktu. Dua rasa. Dua cinta. Semua berpadu menambah keindahan kota yang tersenyum bijak menyambut kami.
Aku melirik Aysa. Matanya berbinar-binar, tak sadar akan keberadaanku dan Grey.
"Apa ini pertama kali tuan putri ke sini?" Tanya Grey, senyum. "Saya juga kaget saat tau ada kota di atas air."
Grey benar. Bukan tanpa alasan Aquors disebut kota air. Melainkan karena Aquors merupakan satu-satunya kota di dunia yang berdiri megah di atas air. Bahkan butuh perahu-perahu kecil untuk pergi melalui jalan utama dan tempat lainnya. Hanya di pasar dan dermaga sajalah kita dapat berjalan kaki seperti ini.
"...ysa" Gumam Aysa."Eh?" Tanya Grey.
"Panggil aku...Aysa" Kata Aysa.
Grey terkejut. Ia tidak menyangka Aysa akan membalas, apalagi terbuka padanya. Tak kuasa menahan senyum, Grey pun membalas.
"Tentu. Aysa."
Mendengar respon Grey. Aysa pun malu dan mempercepat langkahnya. Saat ia tepat di sisiku, mata kami bertemu, wajahnya memerah, Dan kami saling membuang wajah.
Grey tersenyum "Apa terjadi sesuatu?"
"Tidak!" Ujarku dan Aysa, bersamaan.
"Haha, ok" Kata Grey.
Ah, wajahku pasti merah. Tidak mungkin kami bisa membohongi Grey. Tapi syukurlah Grey sangat pengertian, ia bahkan sengaja mengganti topik.
"Dari sini ke Sage's Tower cukup jauh." Kata Grey. "Gimana kalo kita ke ibu kota dulu? Nyewa karavan."
"Ya.." Kataku. "Memang memutar, tapi setidaknya kita tidak akan lelah."
"Ok, fix. Kita ke pasar. Stock bekel hampir abis." Kata Grey.
Tiba-tiba aku merasa diikuti. Apa ia yang memata-mataiku di kapal? Aku tidak tau. Cuma ada 1 cara untuk memastikan.
"Maaf Grey, aku ada urusan." Kataku.
Aysa menarik bajuku, lembut. Tak rela melepas kepergianku.
"Cuma sebentar kok." Balasku, mengelus kepala Aysa.
"Ok..." Katanya, melelas bajuku.
"Kalo gitu," Kata Grey. "1 jam lagi, di gerbang barat"
"Tentu." Balasku.Aku pun berjalan ke arah lain. Melihatku mempercepat langkah, penguntitku pun mempercepat langkahnya, berjalan ke arahku. Sudah kuduga! Dia mengikutiku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ortus : The Last Hope
FantasyCan you survive? - Di dunia penuh monster, sihir dan tragedi ini? Will you survive? - Di keputusasaan, kegelapan dan penderitaan tiada akhir ini? Tanpa peringatan, pasukan gelap menyerang kerajaan Luxidia dan menghancurkannya dalam semalam. Semua d...