Chapter 7.5

3.1K 431 68
                                    

Seungcheol akan menikmati setiap takdir yang ia tulis, baik senang ataupun sedih.

Itu adalah teorinya. Namun pada kenyataannya, Seungcheol tak dapat menikmatinya dalam waktu yang bersamaan. Perasaan senang yang sudah pasti bukan miliknya meliputi dengan sangat kuat, namun sedih miliknya menyeruak seolah ingin mendominasi di sisi lain. Foto-foto soulmate-nya di Everland kini beredar luas di dunia maya, jemarinya menggenggam sosok lain yang tentu bukan dirinya. Jeonghan tersenyum dan tertawa, namun mata setengah bulan yang selalu ia kagumi kini tak memberikan kebahagian bagi Seungcheol.

Sebagaimana yang selalu ia lakukan, netizen memuji paras Yoon Jeonghan yang kini menyandang status sebagai 'soulmate' Kim Mingyu. Mereka mengatakan bagaimana Jeonghan terlihat begitu serasi berdampingan dengan composer muda itu, dan sekuat tenaga Seungcheol menahan diri untuk tidak membocorkan kebenaran yang ada. Dadanya bergemuruh hebat, bayangan kebersamaan Jeonghan dengan orang lain terus berkelibat dalam pikirannya meski ia telah berusaha untuk melupakannya. Seungcheol terikat pada Jeonghan, dan ia tak mampu melepaskan diri.

Sebaliknya, Kim Mingyu, sosok itu kini mengikatkan diri pada soulmate-nya, menggantikan kewajibannya sebagai pendamping bagi Jeonghan. Seungcheol memang tak mengenalnya, hanya ada ingatan samar di masa kuliahnya sebagai salah satu teman dekat Jihoon, namun kini ia merasa iri luar biasa padanya. Laki-laki itu menggenggam jemari soulmate-nya dengan rasa bangga, tak ada rasa takut untuk mengakui keberadaan Jeonghan seperti yang selalu ia rasakan.

Tapi, seperti yang dikatakan Jisoo waktu itu, kebahagiaan Jeonghan merupakan hal yang utama, dan Seungcheol tak sampai hati menghancurkannya hanya demi kepuasan diri semata. Jeonghan telah memilih jalan hidupnya sendiri, menjauhinya yang kini hanya terdiam ditemani takdir yang tertawa di atas penderitaannya.

Seungcheol sadar, segala yang terjadi saat ini merupakan benih yang ia tanam sendiri. Jeonghan memilih laki-laki itu sebagaimana ia memilih Doyoon di awal pertemuan mereka, dan jika Kim Mingyu dapat melimpahinya dengan kasih sayang yang tak dapat ia curahkan, mungkin Seungcheol justru harus berterima kasih padanya. Berterima kasih karena telah bersedia untuk menjaga malaikat Tuhan yang ia sia-siakan.

Tetap tanpa ada penyesalan atas segala pilihan yang telah dibuatnya, Seungcheol mensyukuri kehadiran Doyoon yang tetap berada di sisinya tanpa tanya sedikitpun. Kekasihnya itu tersakiti sejak tattoo hitam di pergelangan tangannya hadir sebagai pemisah, namun tak menuntut apapun darinya. Seungcheol kini bukanlah laki-laki yang dulu mengikat janji pada Doyoon, hatinya terbagi pada sosok lain yang tak juga ia ungkap kebenarannya. Doyoon merawatnya dengan tulus ketika Seungcheol jatuh sakit akibat keberadaan tattoo hitam itu, menghujaninya dengan kecupan saat air mata Seungcheol berderai.

Kekasihnya tahu persis penyebab segala rasa sakit yang dialami Seungcheol, namun tak sekalipun mendesak untuk memberikan pengakuan. Doyoon justru memberikan kata maaf atas kehadirannya dalam hidup Seungcheol, membuatnya semakin merasa bersalah pada kekasihnya itu. Mungkin, sebatas kata terima kasih tak akan cukup untuk membalas segala hal yang telah Doyoon berikan padanya, dan Seungcheol bertekad akan membahagiakan kekasihnya, lebih dari apa yang telah ia lakukan sebelumnya.

Meski sakit kepala yang teramat sangat tengah mendera, siang itu Seungcheol mengendarai mobilnya membelah jalanan kota demi senyuman di wajah kekasihnya. Sebuah toko bunga kecil di dekat perempatan jalan menjadi pilihan Seungcheol. Seorang anak perempuan manis menyambutnya ketika ia memasuki toko itu. Ia memesan sebuah buket besar berisikan mawar merah muda dan lili putih pada wanita paruh baya yang berada di balik meja kasir, tak lupa meminta agar wanita itu merangkainya dengan cantik.

Ketika pesanannya telah selesai, Seungcheol sempat berkontemplasi untuk beberapa saat. Toko bunga itu terletak tak jauh dari Dream Café, mengirimkan buket bunga lain ke café itu mungkin akan memberikan sebuah keadilan bagi Jeonghan, meski ia tak tahu apakah soulmate-nya tengah berada di sana. Seungcheol memang kalah, tak mampu mendapatkan hati Jeonghan untuk dirinya sendiri, namun ia ingin soulmate-nya tetap mengetahui dan mengakui kehadirannya sebagai pemilik tattoo yang sama.

Kata TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang