Chapter 12

3.7K 404 94
                                    

Inginnya segala rasa ini berakhir, Seungcheol tak lagi peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Mengakhiri hidup adalah sebuah pilihan. Di mana rasa sakit tak lagi ada, dengan segala beban tertinggal bersama tubuh yang tak lagi bernyawa. Orang-orang bilang, mengakhiri hidup adalah sebuah jalan pintas. Di mana keputusasaan telah mencapai ujung jalan, diiringi berakhirnya segala kesakitan yang ada.

Pilihan atas jalan pintas itu kerap kali terlintas setelah Doyoon melangkahkan kaki meninggalkan rumah yang menaungi mereka selama ini. Masa depan yang tak lagi terlihat menjadi sebuah dorongan kuat untuk mengamini pilihan itu. Inginnya menyudahi segalanya, namun, satu-satunya tujuan hidup Seungcheol masih bernafas di sisi lain kota. Yoon Jeonghan merupakan alasan kuat yang selalu diingat olehnya tiap kali pilihan itu datang mengganggu.

Segala kepedihan mungkin berakhir, namun tidak bagi orang-orang yang ditinggalkan, terlebih soulmate-nya. Bagaimanapun juga, meski ia tak tahu perasaan macam apa yang disimpan Jeonghan untuk dirinya, kehilangan sosok yang seharusnya menjadi teman hidup itu sangat menyakitkan, kan? Membayangkan Jeonghan kembali menangis karena dirinya bukanlah sebuah pilihan bagi Seungcheol.

Tetapi di sisi lain, kepergiannya mungkin menjadi jalan tengah untuk rumitnya hubungan mereka. Pemilik tattoo merah saling mengasihi satu sama lain, berbagi kesedihan yang hanya dipahami oleh keduanya. Tanpa adanya Seungcheol sebagai penghalang, bukankah itu terdengar seperti masa depan yang baik untuk Jeonghan? Toh, Kim Mingyu mampu membahagiakan Jeonghan, lebih baik dari dirinya bahkan.

Tetapi, hal itu jugalah yang membuatnya menahan diri untuk mengakhiri segalanya. Seungcheol belum ingin menyerah, ia masih akan terus hidup untuk Jeonghan. Keinginan untuk terus berada di sisi soulmate-nya, sekedar melihat senyuman di wajah Jeonghan dengan dirinya sebagai alasan utama. Untuk itu, Seungcheol selalu meyakinkan diri agar tetap bertahan, setidaknya demi Jeonghan.

Seungcheol bertahan, meski apa yang dilakukannya kini tak dapat dikatakan sebagai kehidupan. Air mata itu memang tak lagi ada, sama sekali tak memberi guna untuknya. Seungcheol membiarkan dirinya berada dalam keterpurukan tanpa celah untuk kembali berdiri, setidaknya untuk beberapa saat ini. Ia hanya menginginkan waktu untuk dirinya sendiri, merasakan sakit tanpa perlu berpura-pura.

Makan dan minum ketika lapar, sekedar penopang bagi jantungnya berdetak. Ruang kerja menjadi tempatnya berlindung, terkunci tiap kali ia berada di sana. Sofa memang bukanlah tempat tidur yang nyaman, namun ruang kerja merupakan satu-satunya ruangan yang hanya memiliki jejaknya seorang dalam rumah itu. Seungcheol tak lagi hirau pada keadaan sekitarnya, ia membiarkan foto-foto pengingat hubungannya dan Doyoon berserakan di seluruh penjuru rumahnya setelah ia menghempaskannya dengan tega dari tempat semula.

Kepanikan yang Seokmin tunjukkan ketika asistennya itu datang beberapa hari kemudian tak lantas menggerakkannya untuk kembali menjalani hidup seperti sedia kala. Kata-kata yang terucap dari bibir Seokmin seolah tak mampu ia pahami, dunianya berada dalam keheningan di mana hanya ada dirinya di sana. Pintu ruang kerjanya kini bahkan tak pernah terbuka setelah kedatangan asistennya.

Beberapa makanan ringan dan air mineral dalam lemari pendingin kecil di ruang kerja adalah penyambung hidup untuknya. Beruntung, dulu ia mendesain ruang kerja dengan dilengkapi sebuah toilet di dalamnya. Ketukan dari arah pintu tak kunjung berhenti, Seokmin seolah tak lelah membujuknya untuk sekedar melangkahkan kaki keluar dari tempat berlindungnya.

Malam itu, entah hari ke berapa setelah Doyoon meninggalkannya, ketukan di pintu akhirnya berhenti. Suara kehidupan samar yang biasa Seokmin timbulkan di luar, pun tak lagi terdengar, menyisakan keheningan dalam penjuru rumahnya. Demi sedikit angin segar, Seungcheol kemudian memutuskan untuk melangkah keluar dari ruang kerjanya beberapa saat.

Kata TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang