Chapter 4

459 68 1
                                    

Menerima saran apabila ada kesalahan atau typo

Happy reading guys 😉

.

.

.

[.]

Hermione menggesek-gesekkan rambutnya yang masih basah sehabis mandi. Tubuhnya sudah rapi memakai T-shirt putih polos dan celana panjang katun hitam.

Hermione memperhatikan kembali kamar mandi tempatnya mandi tadi. Mewah sekali. Disediakan juga sandal jepit lucu untuk dipakai di dalam rumah.

Dibukanya pintu kamar mandi, dan dilihatnya jam dinding di kamarnya. Pukul 6 sore. Narcissa sudah menyampaikan juga tadi kalau makan malam akan dilaksanakan pukul 6.30, sementara sarapan pukul 6.00 dan makan siang pukul 12.15.

Hermione menyisir rambutnya yang sudah setengah kering. Dia agak kesusahan, karena rambutnya yang keriting itu agak kusut. Huh, seandainya aku punya rambut lurus, gerutu Hermione dalam hati.

Beberapa menit kemudian, akhirnya rambutnya bisa juga dijinakkan. Setelah menyematkan jepit rambut untuk bagian depan rambutnya, Hermione keluar kamar.

Setelah menutup pintu kamarnya, dia berbalik dan matanya melotot melihat siapa yang ada di depannya. Orang itu sedang menutup pintu di depan pintu kamarnya, dan dia juga terlihat kaget melihat Hermione.

"Elo?"

"Draco?" ucap Hermione, bersamaan dengan orang di depannya tersebut.

"Kamar lo disitu?" tanya Draco. Hermione mengangguk.

"Tu-tunggu," gagap Hermione. "Kamar kamu disitu ya?" Hermione menunjuk pintu yang tadi ditutup Draco.

Draco menggeram, artinya 'iya'.

Hermione akan mengatakan sesuatu lagi, ketika Draco akhirnya berjalan ke ruang makan mendahuluinya.

Hermione mencibir. Dia yakin sekali tadi Draco tahu dia mau mengatakan sesuatu, tetapi Draco tidak peduli dan malah meninggalkannya.

Dasar ferret albino!

[.]

Ketika sampai di ruang makan Hermione melihat seluruh keluarga telah berkumpul. Tidak hanya Narcissa dan Draco, tapi juga dua laki-laki dan satu perempuan lainnya. Sepertinya itu pasangan Lestrange dan ayahnya Draco, Lucius.

"Oh Hermione? Sini!" seru Narcissa. "Tante udah siapin kursi buat kamu!"

Ya, Hermione bisa melihatnya. Di meja yang besar itu ada enam kursi. Tiga kursi di sisi kiri, sudah diisi Draco dan pasangan Lestrange. Di sisi kanan, dua kursi sudah diisi orangtua Draco, menyisakan satu kursi yang berarti untuknya. Kursi itu terletak di paling pinggir meja, di samping Narcissa dan di depan Draco.

Saat Hermione menempati kursinya, satu pelayan mendorong kereta makanan yang berisi banyak piring. Dua pelayan lain menata makanan tersebut di atas meja. Ada ikan balado, ayam lada hitam, tumis buncis pedas dan puding teh sebagai penutup. Untuk minumnya, tersedia air putih dan teh lavender.

Nasi mengepul ditaruh di piring. Hermione tidak meminta banyak nasi, toh dia tidak pernah banyak makan.

"Kenapa makannya sedikit, Mione?" tanya Narcissa. "Kamu diet?"

"Eh bukan, tante." Hermione menggeleng. "Ini emang porsi saya biasanya."

"Oh gitu." Narcissa mengangguk paham.

"Ini ya, anak teman kamu yang kamu ceritakan?" tanya Lucius.

Narcissa mengangguk.

"Mione, ini Om Lucius," kata Narcissa memperkenalkan.

Hermione tersenyum, yang dibalas senyum ramah oleh Lucius.

Gimana ceritanya ya orang seramah Om Lucius dan Tante Cissy punya anak se-ngeselin Draco? Hermione bertanya-tanya. Ngidam apa sih Tante Cissy dulu?

"Itu kakak tante, Bellatrix, dan suaminya, Rodolphus."

Bellatrix tersenyum. Rambutnya ikal hitam panjang, dan wajahnya cantik. "Panggil aja Tante Bella. Dan suami tante, panggil saja Om Rodie."

"Halo." Rodolphus tersenyum lebar.

"Katanya kamu sekolah sama Draco, Hermione?" tanya Lucius.

"Oh iya, om."

"Kamu sekelas sama Draco?" Sekarang Bellatrix yang bertanya.

"Ya, tante. Di IPA 1."

Bellatrix berseru senang. "Sebangku nggak?"

"Nggak, tante." Hermione melirik Draco yang cuek memakan ayam lada hitamnya, tidak ikut pembicaraan. "Aku duduk di depan, kalo Draco...ngg, di belakang."

"Yah, sayang banget," keluh Bellatrix sambil mengunyah makanannya. "Draco kalo di sekolah gimana orangnya?"

"Eh.." 

Sekarang Hermione menghentikan makannya karena kebingungan. Pasalnya, masa' dia mau mengatakan kalau Draco itu songong, berandal dan sengak di depan keluarganya? Mana sekarang Draco juga sudah tidak konsen makan. Sekarang Draco malah melirik Hermione dengan tatapan gue-tendang-lo dari-rumah-ini-kalo-lo-cepu. Itujuga jadi alasan kenapa Hermione tidak segera menjawabnya.

"Bandel ya?" Bellatrix menatap Hermione menyelidik. "Suka godain cewek ya?"

"Apa sih, tante?" Draco menyergah. "Nggak mungkin lah aku kayak begitu!"

"Ya siapa tahu," Bellatrix nyengir menatap Lucius dan Narcissa. "Kayak ayah kamu yang suka godain bunda kamu dulu gitu."

"Bella!" Lucius melotot, meski dia tidak bisa menyembunyikan parasnya yang memerah. Sedangkan pipi Narcissa sudah memerah, dia tidak bisa berkata-kata.

Hermione nyengir. Satu, karena dia tidak akan digorok Draco malam ini. Dua, karena melihat ronamerah di wajah  pasangan Malfoy ini.

Selesai makan malam, Hermione kembali ke kamarnya. Saat akan membuka pintu kamar, dia dikejutkan oleh Draco yang sedang membuka pintu kamarnya juga.

"Draco," panggilnya. Draco menoleh dengan wajah aneh.

"Apa?"

Hermione hanya nyengir. "Selamat malam. Sampai ketemu besok."

"Ya, ya terserah lo." Lalu pintu kamar Draco menutup.

[.]

Dititipin [Dramione Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang