Chapter 6

442 68 8
                                    

Ini sore kedua yang Hermione habiskan di rumah Keluarga Malfoy. Jam di dinding menunjukkan pukul 5. Masih satu jam lagi sebelum makan malam.  

Hermione kini sedang menonton film di kamarnya. Laptop yang menayangkan film berjudul The Scorch Trials itu bagaikan bioskop baginya.

Film itu hampir selesai. Saat Hermione tiba di bagian tokoh bernama Minho yang dibawa pergi oleh WCKD yang membuatnya sedih sekali, pintu kamarnya dibuka.

Hermione menoleh kaget. Kepala Draco muncul di pintu. Mata abu-abu itu menatapnya dengan heran.

"Nggak bisa ketuk pintu ya?" Hermione mengusap air mata yang keluar secara tak sengaja.

"Kenapa lo nangis?" Draco tidak menghiraukan ucapan Hermione.

"Hah? Nggak apa-apa. Ini kok, cuma film."

"Yaelah." Draco memutar matanya. "Cengeng lu. Film doang. Ayo keluar."

Kepala Draco menghilang dibalik pintu.

"Kemana?" tanya Hermione sambil menutup laptopnya.

"Jangan tanya-tanya," sahut Draco dari luar. "Nanti gue jelasin."

Hermione cemberut. Dasar cowok nggak jelas. Menyuruh-nyuruhnya, seenaknya bilang 'jangan tanya-tanya'.

"Bunda nyuruh gue ngajak lo keliling rumah," ujar Draco setelah beberapa meter mereka berjalan di koridor.

"Kenapa Tante Cissy nyuruh kamu?" Hermione bertanya balik.

"Mungkin takut lo nyasar." Draco mengangkat bahu. Hermione jadi ingat perkataannya yang lancang pada Narcissa kemarin. Mungkinkah Narcissa mencoba menyindirnya?

Ah nggak mungkin, pikir Hermione. Tante Cissy bukan orang yang begitu.

"Hoi, semak! Lo dengerin gue nggak sih?!"

Hermione gelagapan. "Eh oh maaf. Tadi kamu bilang apa?"

Draco menggeram. "Makanya jangan bengong. Gue bilang, itu tangga ke kamar pembantu."

Hermione mengangguk-angguk.

Tur dilanjutkan. Selanjutnya ada ruang musik, semua alat musik ada disana. Ada ruang kerja Lucius dan Rodolphus yang berdampingan. Ada ruang belajar. Buku-buku, kamus dan ensiklopedia untuk anak SD hingga kuliah berderet di lemari. Ada beberapa kamar tamu.  Ruang-ruang serbaguna yang berisi kursi-kursi dan meja.

Rumah itu bernuansa gelap, gapi elegan. Pilar-pilar tinggi berwarna hitam yang ditempeli lampu, membuat lorong-lorong terlihat remang-remang. Dindingnya dilapisi wallpaper berwarna cokelat muda, kadang abu-abu. Wallpaper itu bermotif kuno kecil-kecil.

"Rumah ini warisan turun temurun ya?" tanya Hermione.

"Iya, kayaknya dari bokapnya kakek gue," angguk Draco.

Hermione bergumam. Pasti lorong-lorong ini terlihat seram kalau malam hari.

"Udah waktunya makan." Draco memeriksa arlojinya. "Kita langsung ke ruang makan aja."

Hermione mengangguk, dia membiarkan Draco jalan lebih dulu.

Aneh, pikir Hermione. Padahal baru tadi siang Hermione dan Draco bertengkar di mobil, tapi sekarang sudah berjalan berdua di lorong rumahnya. Ya ya, Hermione tahu, Draco disuruh Narcissa. Tapi tetap saja...

"Lo kalo jalan cepetan kenapa?!" Hermione mendengar Draco mengomel di depannya. "Gue laper nih!"

"Sabar dong." Hermione cemberut. Orang ini benar-benar deh, kerjanya marah-marah terus, rutuk Hermione dalam hati.

"Lama lo ah!" tukas Draco tidak sabar, lalu menyambar pergelangan tangan Hermione dan menggandengnya berjalan cepat.

"Eh?!" Hermione melotot kaget. Hampir ia terjatuh karena Draco langsung menarik tangannya.

"Draco! Pelan-pelan aja sih!" seru Hermione sambil menarik-narik tangannya, berusaha melepas tangan Draco dari pergelangan tangannya. Tapi Draco lebih kuat. Dia menarik Hermione sambil terus berjalan cepat.

Mereka terus menuruni tangga. Kadang berbelok di pertigaan lorong lalu turun tangga lagi. Hermione makin yakin dia akan tersesat kalau berjalan-jalan di rumah ini sendirian.

Draco tiba-tiba berhenti, dan melepaskan tangannya. Hermione baru akan bertanya, ketika dia melihat apa yang ada di depannya.

Mereka sudah sampai di ruang makan. Rodolphus baru duduk di kursinya, sama seperti Draco.

Hermione duduk di samping Narcissa seperti kemarin, dan langsung diberikan pertanyaan oleh wanita itu.

"Tadi Draco ngajak kamu keliling nggak?" tanya Narcissa. Hermione mengangguk sebagai jawaban.

"Bagus, berarti tugas pertama kamu beres!" Narcissa tersenyum. Draco terperangah.

"Tugas pertama? Tunggu, berarti nanti ada lagi?"

"Iya ada lagi. Tapi nanti dulu," kata Narcissa tidak peduli sambil mengambil makanan. Draco menghembuskan napas. Berusaha tidak peduli lagi.

Dititipin [Dramione Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang