Chapter 7

389 63 4
                                    

Krieeeet...

"Mau ngapain lo kesini?"

Hermione menoleh ke belakang dengan kaget. Kemudian menghela napas dan berdecak saat mengetahui siapa yang bicara padanya.

Draco Malfoy. Lagi.

Sekitar dua puluh menit lalu, Hermione masuk ke ruang belajar ini dan mencari buku untuk esai Bahasa Inggris di sekolah. Esai tentang kisah lama yang terkenal itu harus ditulis dengan bahasa inggris. Hermione menuliskan cerita tentang Sir Lancelot dan Guinevere untuk PR nya. Tapi semua yang Hermione ketahui hanya mencapai setengah halaman. Jadi Hermione pergi ke ruangan ini dan mengerjakan PR nya.

Sampai Draco datang ke ruangan ini.

"Hah?" Hermione menatap Draco.

"Hah hoh, hah hoh," cibir Draco. "Ngapain lo disini?"

"Ngerjain PR," jawab Hermione polos.

"Keluar," usir Draco tanpa dosa. "Gue butuh konsentrasi."

"Nggak. PR ku belum selesai," tolak Hermione.

"Keluar, gue bilang!"

"Tapi PR ku belum selesai, Malfoy."

"Keluar!"

"Nggak."

"What the f...?" gerutu Draco tidak percaya. Dia tidak menyangka betapa menyebalkannya Hermione. Sedetik kemudian dia mendekati Hermione pelan-pelan dengan matanya menatap mata Hermione tajam-tajam.

Hermione tidak mundur. Dia tetap diam di tempatnya, dan dia membalas tatapan Draco dengan mata yang tidak kalah galak.

Selama beberapa saat mereka diam di tempat dengan mata yang menatap tajam ke depan. Tidak ada yang mau mengalah. Hingga kemudian Draco mengerang kesal sambil mengacak rambutnya.

"Akh terserah lo deh!" serunya. "Makan apaan anjir itu anak tadi..."

Hermione tersenyum menang. Dia kembali membuka-buka buku dan menulis lagi.

Menyisakan suara dengung AC dan langkah kaki Draco yang sedang mencari buku sambil mengerutu kiri-kanan.

"Esai-mu tentang apa?" Hermione bertanya sambil mencari terus menulis.

"Apa peduli lo?" ketus Draco.

Hermione membalik bukunya sambil mengangkat bahunya. "Kepo doang."

Draco diam. Beberapa saat terasa sunyi hingga cowok berambut pirang itu berkata, "Cerita Raja Arthur."

"Oh," Hermione mengangguk-angguk. "Kalo aku, Lancelot dan Guinevere."

"Bodo." Draco mendengus. "Gue kan nggak kepo, nggak kayak lo."

"Jangan salah ya. Kepo itu bisa menjadi pekerjaan yang menghasilkan uang."

"Apaan contohnya?"

"Wartawan."

"Emang lo pengen jadi wartawan?

"Nggak sih. Tapi who knows kan?"

Draco mendengus, kemudian fokus dengan PR nya kembali.

Hermione menutup bukunya. Dia sebenarnya sudah selesai. Tapi dia merasa menarik juga kalau dia mengganggu Draco. Setelah Draco yang selalu galak padanya.

"Apa lo liat-liat?" ketus Draco, menyadari Hermione menatapnya sambil cengar-cengir. "Balik ke tempat lo sana. PR lo udah selesai, gue tahu!"

"Sok tahu!" sergah Hermione. Tapi ya emang bener sih, aku Hermione dalam hati sambil cekikikan.

"Tch." Draco yang sudah menyerah, hanya mencibir. Biarkan saja. Hermione sekarang ini terlalu susah untuk disuruh pergi.

Keheningan di antara dua manusia itu diisi dengan detak jam dan suara gesekan pulpen Draco. Hanya dua puluh menit mengerjakan, akhirnya Draco selesai dan menutup bukunya, lalu buku itu dimasukkan ke ransel sekolahnya. Kemudian, sambil mengenakan tasnya, dia menoleh kearah Hermione yang ada di belakangnya.

Hermione ketiduran.

Draco melengos. Dia melangkah ke pintu dan membukanya. Tapi sebelum keluar, dia berhenti.

Niatnya ingin meninggalkan cewek itu sendirian disini. Tapi hati Draco berkata lain.

Dia memasukkan buku Hermione ke tasnya. Lalu ia meletakkan tangannya di leher Hermione, tangan satunya di belakang lutut cewek itu, dan dia mengangkat Hermione.

Draco menggendong Hermione ala bridal.

Dibawanya pelan-pelan tubuh Hermione ke kamarnya. Tiba di kamarnya, Draco membaringkan Hermione di tempat tidur dan menarik selimutnya.

Draco menatap wajah tidur Hermione sekali lagi.

"Tidur yang nyenyak," katanya lalu pergi menjauh.

Tapi Draco berhenti dan menolehkan kepalanya kearah Hermione.

"Dan jangan ngorok ya."

Kemudian Draco keluar dari kamar Hermione.

***

Dititipin [Dramione Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang