Part 8

495 46 20
                                    


Seorang gadis berumur 14 tahun sedang berjongkok di bawah tempat naungan kecil sambil menatap genangan air yang ada di atas tanah akibat hujan. Meskipun sudah berteduh, ia tetap terkena tetesan air hujan. Gadis itu terlihat sangat menyedihkan semua bajunya basah kuyup dan kotor akibat ulah teman-teman yang suka membulynya di sekolah. Bahkan sepatunya saja hilang sebelah karena berlari tadi.

Gadis bernama Tzuyu itu sedang bersembunyi dari dunia yang kejam dan menakutkan ini, jika ia menangis sekarang takkan ada yang tahu, ahh mungkin tidak ada yang peduli. Karena tak tahan lagi akhirnya Tzuyu menangis sekeras-kerasnya. Air matanya terus mengalir, mengingat perlakuan tidak adil yang semua orang berikan padanya. Kalau bisa pergi, ia akan pergi sejauh-jauhnya dan tak akan pernah kembali.

"Apa kau sudah puas menangis Tzuii-ya?" Suara seorang namja terdengar dari arah belakang Tzuyu.

Membuat Tzuyu langsung menoleh karena suara tersebut adalah suara yang sangat ia kenal. Dengan mata sembab ia menatap namja itu.

"Mingyu-ya.."

Namja bernama Mingyu itu tersenyum tipis lalu mendekat kearah Tzuyu dan ikut berjongkok disamping Tzuyu.

"Apa mereka memperlakukanmu tidak adil lagi?"

Tzuyu hanya mengangguk, air matanya kembali menetes. Ia tak pernah bisa menahan air matanya dihadapan Mingyu.

Tangan Mingyu menarik kepala Tzuyu untuk bersandar di bahunya. "Sudahlah jangan menangis lagi Tzuii, kau harus kuat. Kau masih punya aku yang akan selalu berada disampingmu apapun yang terjadi. Mereka memperlakukanmu seperti itu karena iri kau adalah gadis yang sangat special" ucapnya sambil mengelus lembut rambut panjang Tzuyu.

Tzuyu mengusap air matanya walaupun masih terisak, "Benarkah? Kau benar-benar tak akan meninggalkanku kan apapun yang terjadi?" lirihnya.

Mingyu mengangguk sambil tersenyum lebar, lalu diciumnya kening Tzuyu dengan lembut. "Aku janji Tzuii" jawabnya.

Keduanya masih berada di bawah tempat naungan kecil tersebut sambil menunggu hujan berhenti. Mingyu melepaskan jaket yang dikenakannya dan menutupi tubuh Tzuyu agar tak kedinginan dengan tangan kanannya yang melingkar di pundak gadis itu.

Tak lama setelah itu hujan pun berhenti, langit yang tadinya gelap berubah menjadi cerah. Begitu juga dengan wajah Tzuyu yang tadinya terlihat sedih sekarang berubah menjadi ceria. Ya penyebabnya adalah Kim Mingyu. Entah mengapa setiap Tzuyu sedang sedih lalu ia menatap wajah Mingyu, semua luka dan beban dihatinya serasa terlupakan. Bagi Tzuyu hanya ada dua orang yang paling penting dalam hidupnya. Pertama adalah Nana dan yang kedua adalah Mingyu. Mereka berdua adalah segala-galanya dalam hidup Tzuyu.

"Kajja.." ucap Mingyu yang sudah berdiri seraya menjulurkan tangannya dihadapan Tzuyu yang masih duduk berjongkok. Namun matanya tak sengaja menatap kearah kaki Tzuyu, ia mengerutkan kening melihat Tzuyu hanya memakai sepatu di bagian kanan saja.

"Sepatu mu hilang lagi?"

Tzuyu menyengir lalu mengangguk. Membuat Mingyu menggelengkan kepala sambil terkekeh.

"Aigoo penyakit ceroboh mu itu tidak bisa sembuh. Kau selalu saja kehilangan sepatumu" kekeh Mingyu, namun segera berjongkok membelakangi tubuh Tzuyu. "Naiklah" sambungnya.

Tzuyu tersenyum lebar menatap punggung yang tegap tersebut, tanpa berfikir panjang ia langsung naik keatas punggung Mingyu.

"Gomawo Mingyu-ya.." gumam Tzuyu digendongan Mingyu. Keduanya dengan santai menelusuri jalan yang sepi tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never forget you [ga lanjut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang