"Yang aku tahu cinta itu indah hanya saja aku belum sepenuhnya paham"
Masa sma adalah masa yang banyak dikatakan sebagai masa emas, masa yang paling indah dan masa dimana seseorang mulai merasakan sebuah jati diri mereka yang sebenarnya. Tak sedikit yang beranggapan bahwa masa ini adalah titik balik seseorang untuk menentukan kesuksesannya.
Namun siapa yang tak tahu jika masa sma adalah masa pergejolakan batin. Dimana perasaan,mental dan kesungguhan seseorang diuji. Tidak hanya dunia yang penuh dengan kerlap-kerlip dunia yang memabukkan tapi juga mencuramkan.
Hal itu sebagian dari anggapan seorang Citra. Namanya adalah Citra Widyodiningrat. Gadis keturunan Jawa dan Jerman yang saat ini tengah menyelesaikan tingkatan akhirnya di salah satu sekolah menengah atas negeri yang cukup terkenal di Yogyakarta.
Pagi itu dia sedang sibuk merias diri sebelum berangkat ke sekolah. Hanya polesan sederhana. Dia tak suka dengan dandanan yang terlalu berlebihan. Karena menurutnya 'orang lain akan bilang kita cantik jika kita terlihat natural'.
Suara ketukan pintu bebarengan dengan tangannya yang tengah memoles bibirnya dengan lipbalm tipis. Meskipun belum selesai tapi dia segera turun untuk membukakan pintu.
"Ini untukmu" seseorang menyerahkan sebucket mawar merah setibanya dia di depan pintu.
Tangannya terulur untuk menerima mawar itu "Raka? Kamu udah dateng? Ini masih pagi banget dan aku aja belum kelar dandan." tanya Citra dengan wajah terkejut.
"Memang kenapa kalau aku pingin jemput kamu sepagi ini? Tadi aku kira kamu malah belum bangun. Lagian ngapain juga dandan? Kamu tuh udah cantik tau meski ngga dandan" orang yang dipanggil Raka itu jistru balik nanya sambil duduk pada sebuah sofa.
"Oke..bentar aku ambil tas dulu" pamit Citra menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Setelah mengambil tasnya, Citra segera diantar oleh Raka menggunakan mobil. Sebenarnya dia bisa membawa mobil sendiri, lagipula meskipun orang tuanya jarang di rumah namun segala fasilitas yang dia butuhkan selalu tersedia. Raka sudah menjemputnya kan? Siapa wanita yang akan tega menolak orang yang akan mengantarnya ke sekolah. Datang sepagi itu pula.
Mungkin menurut sebagian besar wanita perlakuan romantis dari seorang pria adalah hal yang sangat diharapkan. Tapi tidak menurut Citra, dia adalah wanita yang kurang suka dengan perlakuan romantis. Menurutnya keromantisan yang terlalu berlebihan tidak akan memberikan sesuatu apa-apa bagi seorang wanita dan laki-laki.
"Belajar yang rajin..jangan cuma bikin keributan di kelas" pesan Raka memberantakan rambut Citra sebelum gadis itu turun.
Merapikan rambutnya "Memang aku bisanya cuma bikin onar terus apa? Aku juga bisa kok jadi cewek baik-baik" bantah Citra dengan wajah cemberut.
"Iya iya tadi cuma bercanda kali. Udah masuk gih keburu telat loh" sambil melepas seatbelt yang Citra gunakan.
"Yaudah aku masuk. Kamu hati-hati pulangnya" pamit Citra keluar dari mobil.
Raka belum berniat untuk beranjak dari parkiran, dia masih menunggu Citra masuk ke dalam. Baru setelah gadis itu menghilang dari pandangannya, dia pun melajukan mobilnya keluar dari perkarangan sekolah.
Bel berbunyi tiga kali menandakan jam pelajaran akan segera berbunyi dimulai. Langkah terburu-buru dari kaki mungil Citra menuju tangga yang membawanya ke rooftop sekolah. Dia tidak perduli mengenai hukuman yang harus diterimanya jika meninggalkan pelajaran matematika. Menurutnya hanya buang-buang waktu mengikuti pelajaran yang bahkan materi yang diajarkan sudah dia kuasai diluar kepala.
Semilir angin sedikit membuat rambutnya berantakan namun menjanjikan kedamaian dunia. Citra merentangkan tangan dan memejamkan mata sembari menikmati angin yang menerpa wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait You?
Teen FictionSeperti dandelion.. Dia terbang jauh menemukan kebahagiaan baru. Tapi akan tiba saatnya.. Dia rindu kebahagiaan sederhana dari tempat dia berasal. Karena perasaan yang tulus.. masih tertinggal. Lugas-Citra-Raka [Purindari]