Meski masih sedikit demam namun Citra tetap memaksakan diri untuk pergi ke sekolah. Padahal Raka sudah melarangnya, tapi yang namanya kepala batu ya susah buat diomongin.
Dari berbagai alasan yang Citra lontarkan hanya ada satu alasan yang membuat Raka mengijinkannya sekolah dengan kutip 'terpaksa' yaitu : "Bentar lagi ujian, sayang kan kalau harus ketinggal pelajaran. Ya walaupun di rumah ada pengajar yang handal, tapi kan lebih asyik kalau belajarnya sama teman-teman".
Tidak bisa dipungkiri jika Citra masih merasakan berat di kepalanya dan wajahnya sedikit pucat. Namun Citra tetap bersemangat untuk pergi ke sekolah.
Pada saat Citra tiba di bangkunya, dia sedikit terkejut saat teman sebangkunya berubah menjadi laki-laki. Seseorang itu tengah tiduran di mejanya.
'Erin jadi tomboy ya? Tapi kok kayak kenal dari pawakannya? Semoga buk..'
Belum selesai Citra berdoa, harapannya langsung sirna begitu saja saat seseorang itu menegakkan badan. Sial ! Orang yang sangat tidak dia harapkan.
"Lo ngapain disini?" tanya Lugas sambil menguap.
Citra bergidik ngeri "Ini bangku gue. Lo yang ngapain disini?"
"Ha? Ya tadi gue disuruh sama wali kelas. Katanya anak baru harus sebangku sama juara kelas" jawab Lugas sekenanya.
Citra menyelidik "Gue ngga percaya. Mending sekarang lo pergi"
"Yaudah kalau ngga percaya. Males ah pergi ini tempatnya enak banget. Jarang ada juara kelas yang nyari bangku di pojok belakang gini" sahut Lugas menjengkelkan.
"Gue bilang pergi ya pergi !! Gue males liat muka lo di kelas ini !! " teriak Citra sambil berkacak pinggang.
Sudah demam sekarang laki-laki semakin membuatnya jengkel saja.
"Jadi kamu ngusir saya?" tanya seseorang dari belakang Citra.
Citra terkejut mendengar suara orang yang sangat dia kenal. Dia pun membalikkan badannya dan melihat Pak Galih yang tengah menatapnya garang. 'Mampus lo Cit'.
"Eh Pak Gal-lih. Udah lama pak?" sapa Citra sambil meringis.
"Eh Pak Galih udah lama pak?" Pak Galih menirukan gaya bicara Citra "Kamu tidak ingin saya mengajar di kelas ini?"
Citra menggeleng "Engga kok pak. Itu tuh tadi si ikan Lele yang saya suruh pergi"
"Ikan lele? Wahh pelanggaran itu pak, pencemaran nama baik. Setiap nama kan doa, masa dia jelek-jelekin nama saya." protes Lugas sambil mengompori.
Citra menggeram kesal. Bisa-bisanya laki-laki itu memojokkannya agar dia mendapat hukuman yang lebih berat.
"Citra.. Tidak baik mengganti nama orang. Sebagai gantinya kamu harus membersihkan taman belakang sampai tidak menyisakan sehelai daun" perintah Pak Galih
Citra bergidik ngeri "Lah pak itu saya kalau ketinggalan pelajaran bagaimana?" tanyanya berusaha mencari alasan.
"Kamu tidak perlu khawatir karena hari ini saya tidak mengajar. Dan sebagai gantinya supaya kalian tidak keluyuran, kalian kerjakan tugas halaman 102 hingga 107 beserta langkah dan jawaban finishnya." tutur Pak Galih membuka buku tebalnya.
"Yah Pak itu kan banyak banget... Bapak mau bunuh saya?" tanya Udin siswa peringkat terakhir di kelas menirukan logat yang biasa Citra gunakan.
"Kalau mau sudah dari dulu saya kasih kamu racun tikus din Udin" ujar Pak Galih geram
"Hahah syukurin tuh din" ledek Citra
Pak Galih menatap Citra "Siapa yang suruh kamu tertawa?" semprotnya sukses membuat Citra bungkam "Sekarang kamu pergi ke halaman belakang dan segera bersihkan seluruh kotoran yang ada" lanjutnya sambil menyerahkan 2 batang sedotan kepada Citra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait You?
Teen FictionSeperti dandelion.. Dia terbang jauh menemukan kebahagiaan baru. Tapi akan tiba saatnya.. Dia rindu kebahagiaan sederhana dari tempat dia berasal. Karena perasaan yang tulus.. masih tertinggal. Lugas-Citra-Raka [Purindari]