Bisikan alarm mengusik tidur nyenyak Citra. Bukan bisikan tapi seperti teriakan kesal karena si empunya tidak segera bangun. Mungkin karena efek mengerjakan tugas semalaman hingga membuat dia susah segera bangun. Saat alarm itu berbunyi kembali, dengan geram dia melempar jam weckernya ke tempat sampah. Beberapa kali dia menguap karena rasa kantuk yang masih menyerangnya.
Sambil mengucek matanya, Citra meraih ponsel dan tak sengaja dia seperti menjatuhkan sesuatu. Dilihatnya sebuah gulungan kertas di lantai. 'surat? dari siapa?' batinnya bingung. Karena rasa penasarannya mulai akut, Citra meraih gulungan itu dan membacanya sambil duduk. Namun matanya nampak buram dan tulisan tersebut tidak terlihat jelas. Dia lupa jika saat ini tidak mengenakan kacamata bacanya. Dengan segera Citra meraih kacamatanya di sebelah lampu tidurnya.
'Pagi Citra,
Aku harap kamu ngga bangun kesiangan karena hari ini aku ngga bisa buat anter jemput kamu. Oiya aku entar suruh bi Oik buat nganter sarapan buat kamu. Jangan lupa minum obat karena aku hari ini bakal sibuk banget. Hati-hati di jalan 🌹
Raka-'Jadi dia ngga nganter jemput hari ini? Tumben? Masa bodolah' batin Citra dalam hati
Citra menggidikkan bahunya dan meletakkan kertas itu ke tempat asalnya. Diapun berlalu mengambil handuk dan segera menuju kamar mandi. Tak perlu lama bagi Citra untuk bersiap karena dia memang tidak suka ribet. Saat dia membuka pintu dia sedikit terkejut melihat seorang wanita paruh baya yang sangat Citra kenali sedang di depan pintu sambil membawa kotak bekal. Setelah mengunci pintu, Citra segera menghampiri wanita tersebut
"Loh bi Oik kok ngga masuk aja? Udah nunggu lama?"
"Kalau asal masuk aja ya namanya ndak sopan to non. Oh iya ini tadi bibi disuruh mas Raka buat nganter sarapan buat non" sambil menyerahkan kotak bekal
Citra membuka kotak bekal itu dan sedikit menghirupnya "Nasinya saya makan entar aja ya bi. Soalnya udah siang banget" menutup kotak bekalnya dan memasukkan ke dalam tas.
"Ya sudah bibi pamit dulu non" setelah sedikit membungkuk bi Oik pun segera meninggalkan rumah Citra
Saat Citra membuka pintu mobilnya , dia baru teringat "Bi, Rakanya kemana?" namun saat menoleh bi Oik sudah tidak ada di tempatnya
Setibanya di kelas kebetulan bel masuk masih 5 menit lagi, Citra segera membuka kotak bekal yang dititipkan Raka tadi. Memang sudah agak dingin namun cita rasa dari nasi goreng tidak berubah sama sekali.
"Baru sarapan Cit? tumben?" seseorang meletakkan tasnya di bangku sebelah Citra
"Kesiangan" jawab Citra tanpa menghentikan aktivitasnya
"Doi ngga jemput? Kok bisa?"
"Doi apasih Er?!" sergah Citra sembari mengemas kotak bekal
"Ceilah ngga usah ngeles kali. Coba deh cowok-cowok disini tuh pada ciut nyalinya buat deketin lo karena lo kan pacarnya mas Raka mahasiawa kedokteran semester 3"
"Udah deh "
"Ck dasar ya kalo ngomong sama lo tuh bisa makan ati. Ditanya jawabnya singkat banget. Ngga dikasih sianida kan lo sama Raka?" tanya Erin kesal
Citra hanya menggidikkam bahu. Begitulah dia dimata teman-temannya. Dia termasuk gadis yang moody banget. Alasannya simpel jangan ngajak dia banyak ngomong kalau masih pagi atau kalian bakal makan ati. Tapi kalo udah agak siang sifatnya bakal lebih baik.
Kringgg..bel masuk berbunyi membuat Erin mendengus kesal pasalnya dia belum selesai menyumpah serapahi Citra. Tak lama kemudian Pak Galih datang sambil menatap tajam Citra
'E buset tuh mata ngga jatuh apa liatin gue mulu' batin Citra
"Nyonya Citra Widyodiningrat silahkan anda kumpulkan tugas dari saya kemarin" perintahnya tanpa basa-basi
KAMU SEDANG MEMBACA
Wait You?
Teen FictionSeperti dandelion.. Dia terbang jauh menemukan kebahagiaan baru. Tapi akan tiba saatnya.. Dia rindu kebahagiaan sederhana dari tempat dia berasal. Karena perasaan yang tulus.. masih tertinggal. Lugas-Citra-Raka [Purindari]