Bagian 8

18 0 0
                                    

Kring..kring..kring..kring
Bel berbunyi empat kali menandakan jika pelajaran pertama akan segera dimulai. Kedua sejoli ah sepertinya bukan baik jika dikatakan sebagai pasangan. Langkah mereka yang terkadang berlari kecil berirama. Sesekali mereka ditatap aneh aneh jika bertemu dengan mereka. Ya tadi memang keduanya bertemu di gerbang depan saat gerbangnya hampir tertutup sempurna.

Setibanya mereka di depan kelas, pintu sudah tertutup sempurna menandakan ada guru di dalamnya. Kedua pasang mata itu saling bertatapan seolah bertanya 'gimana?'

Lugas mengambil napas panjang sebelum kemudian dia mengetuk pintu. Melihat langkah yang diambil Lugas, Citra membulatkan matanya.

"Lo gila? Kita bis..."

'Kret'. Belum sempat Citra menyelesaikan ucapannya, pintu kelas sudah terbuka. Dan keluarlah guru kiler yang menatap tajam mereka seolah tengah mengintimidasi.

Mengusap kumisnya sambil menatap geram, "Ada alasan yang masuk akal yang mau kalian utarakan? 1 menit." Ucapnya sambil melihat jam tangan.

Citra menggaruk rambutnya yang Lugas tahu bahawa itu tidak gatal, "Itu Pak anu..."

Pak Galih mengibaskan tangannya, "Cukup ! Waktu kalian untuk berdalih sudah habis. Sekarang kalian berdiri angkat sebelah kaki dengan tangan hormat ke depan. Tunggu hingga jam saya selesai."

Lugas hanya mengangkat bahu sambil menempatkan dirinya untuk segera menjalankan hukumannya. Berbeda dengan Citra yang masih menghadap ke Pak Galih.

"Mau apa kamu Citra? Saya sudah bilang kalau kalian dihukum." Tanya Pak Galih dengan sorot meremehkan.

Citra mengepalkan tangannya di sebelah rok miliknya, "Tapi Pak kita baru terlambat 5 menit. Bapak juga ngga nanya alasan kita kenapa bisa terlambat. Kalau begini Bapak dosa dong udah menghambat dua anak yang seharusnya mendapat pendidikan yang layak."

"Kamu pernah dengar time is money? Waktu itu sangat berharga. Kalau masih sekolah saja kamu sudah tidak disiplin, gimana sama masa depan kamu? Jangan hanya karena orang tua kalian itu berada, jadi kalian bisa seenaknya saja. Ingat peraturan saya kalau siapapun yang terlambat tidak boleh mengikuti pelajaran di hari seseorang itu terlambat. Dan saya tidak membeda-bedakan siapa pelanggar itu. Silahkan jalankan hukuman kalian, saya mau melanjutkan untuk mengajar dan saya harap pertemuan berikutnya kalian tidak terlambat."

Setelah Pak Galih masuk kembali untuk mengajar, Citra segera berdiri di sebelah Lugas. Dia berdecak kesal sembari mengikuti apa yang dikerjakan laki-laki itu.

"Nyebelin dasar. Gue doain perutnya makin buncit terus meledeak deh. Makan gaji buta." Dumel Citra meniup-niup anak rambut yang mengenai dahinya.

Setelah Pak Galih kembali mengajar di dalam, samar-samar mereka mendengar suara laki-laki itu tengah menyindir mereka.

"Teman kalian di luar itu jangan dicontoh. Kapan Indonesia maju kalau pelajarnya saja datang terlambat. Time is money. Saya lebih baik kehilangan uang lima puluh ribu daripada waktu satu menit. Paham?"

Dari luar Citra mengepalkan tangannya, "Alah boong dia. Kemarin aja dia nungguin di warung Mbok Anis duit kembalian beli es teh 2 ribu. Dasar penjilat."

Lugas justru terkekeh saat mendengar omelan dari gadis yang ada di sebelahnya itu, "Ngga usah marah-marah. Emang gitukan dia? Kadang mereka juga perlu pencitraan."

"Pencitraan biar apa coba?"

Mengangkat bahunya tanda Lugas tidak mengerti namun dia berusaha menjawab setahunya saja, "Biar kelihatan hebat kali. Kan ngga mungkin kalau seorang guru jadi kelihatan ngga lebih hebat dari muridnya."

Wait You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang