Bagian 5 - Tiga Ksatria dan Sang Naga

7 1 3
                                    

Sepasang mata indahnya terbuka lebar menandakan ketidakpercayaan. Bayangan seseorang yang begitu cantik dengan surai kelamnya terpantul di kedua bola mata. Dia terpana, dia terpaku. Dia merasa tengah melihat sesuatu yang tak mungkin ada. Nalarnya tidak cukup kuat untuk memahaminya.

Gadis bersurai perak itu tidak dapat mempercayai penglihatannya. Wujud seseorang yang kini berdiri di hadapannya tampak begitu mirip dengan kekasihnya yang kini berjuang di baris depan. Paras ayunya, surai kelamnya, tatapan lembutnya, bentuk raganya, dia mengenali semuanya. Hanya zirah dan sayapnya saja yang tidak dapat dia kenali, yang memembedakan orang itu dari sang kekasih.

"Haruka?" gadis itu mengucapkan nama kekasihnya sendiri. Dia sama sekali tidak tahu bahwa seseorang yang kini berdiri di hadapannya juga bernama Haruka.

"Clara?"

Tidak hanya si gadis bersurai perak yang terkejut, melainkan si surai kelam juga. Gadis bersurai perak yang ada di hadapannya terlihat sangat mirip dengan istrinya yang kini menunggu kepulangannya di rumah. Mereka berdua tampak agak berbeda hanya karena usia, dan selebihnya, si surai kelam tidak dapat menemukan perbedaan lain. Mereka berdua tampak begitu mirip di matanya.

"Ah, maaf," ucap Haruka dengan suara yang lirih. Dia sadar gadis di hadapannya bukan istrinya meski mereka berdua tampak sangat mirip. "Aku salah mengiramu sebagai orang lain."

Kemudian mereka berdua disadarkan oleh raungan agung sang naga. Tatapan mereka kembali beralih menuju ia sang penguasa. Haruka menatap sang naga dengan tajam, dan perhatiannya saat ini hampir tidak mungkin dialihkan lagi. Perhatiannya telah terkunci.

"Kalian semua pergilah dari sini," ucap Haruka dengan tegas. "Tempat ini berbahaya."

"Tidak." Gadis itu melangkah maju. "Aku tidak bisa pergi sedangkan Haruka sedang berjuang di baris depan. Aku harus membantunya dari sini. Aku harus menyanyi untuknya."

Awalnya Haruka kebingungan saat mendengar perkataan gadis itu. Menyanyi untuk Haruka, dia tidak tahu bagaimana caranya menyanyi di tengah hutan dapat membantu orang yang sedang berjuang di medan laga. Namun, tatkala dia menatap mata gadis itu sekali lagi, Haruka bisa mengerti. Ada sesuatu pada nyanyian gadis itu, yang membuat gadis itu tampak begitu percaya diri.

"Jika kamu yakin nyanyianmu dapat membantu Haruka yang kamu maksud, maka menyanyilah," ucap Haruka seraya tersenyum kepada gadis itu. "Aku yakin perasaanmu akan sampai kepadanya."

Haruka kembali berbalik dan menghadap sang naga. Katananya bersinar dengan terang. Lima pasang sayapnya mengepak dengan kuat. Dia siap untuk bertolak dan melesat menuju sang naga, akan tetapi tatkala dia hendak mengangkasa, suara gadis itu kembali menghentikannya.

"Anu." Gadis itu awalnya merasa ragu. Namun, pada akhirnya dia meyakinkan diri dan bertanya, "namaku adalah Shion Rosenin. Siapa namamu? Kenapa kamu terlihat begitu mirip dengan Haruka?"

"Hana," jawab Haruka. Dia hanya menyebut satu dari dua buah aksara yang menyusun namanya. "Namaku adalah Hana. Mari kita berbicara nanti, setelah semua ini selesai."

Haruka mengangkasa, meninggalkan Shion yang hanya dapat menatap kepergiannya. Dengan cepat Haruka melesat menuju sang naga yang tengah bertarung melawan para pejuang. Kelima pasang sayapnya mengepak dengan kuat dan menyebabkan angin berhembus hingga mengibaskan surai Shion.

"Shion Rosenin dan Haruka, ya?" Haruka tersenyum saat kembali mengingat kedua nama itu terucap dari gadis yang baru saja ditemuinya. "Sungguh kebetulan yang luar biasa."

"Kebetulan bukan kebetulan, mereka berdua adalah leluhurmu," bisik Izanami yang sekarang ini wujudnya tidak tampak. "Menyelamatkan dia adalah keputusan yang bagus."

Independent Sky - Against the White DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang