Bagian 9.2 - Iblis Api Merah

9 1 0
                                    

Kai tidak mengerti. Zeta tidak mengerti. Veo tidak mengerti. Mereka bertiga tidak mengerti, bagaimana mungkin pasukan vambert tiba-tiba mengepung Helios. Pengepungan itu memang telah diramalkan, akan tetapi mereka masih tidak mengerti. Jumlah pasukan yang mengepung Helios jauh berada di luar nalar. Mereka dikepung oleh pasukan yang banyaknya tidak terkira.

"Dari mana pasukan-pasukan ini datang?" Zeta tetap bersiaga. Pedangnya siap mengayun kapan pun dia mau, akan tetapi dia lebih memilih menunggu pergerakan para pasukan.

"Tidak tahu." Kai mengayunkan pedangnya, memenggal kepala salah satu pasukan vambert dan melukai satu pasukan lainnya. "Yang penting kita harus mampu bertahan, tidak lebih."

Kai mengayunkan pedangnya berkali-kali. Ke kiri bawah, ke kanan, ke kiri, tebasan-tebasan itu terus berlanjut dengan tebasan yang lain. Dia tidak perlu berpikir untuk membasahi pedangnya dengan darah para vambert. Yang perlu dia lakukan hanya berusaha mempertahankan kuil, tidak lebih.

Entah sudah berapa banyak pasukan yang sudah Kai dan kawan-kawannya habisi. Kai sudah tak ingat lagi berapa banyak kepala vambert yang sudah dipenggalnya. Darah segar melumuri pedangnya yang biasanya nampak bersih lagi memantulkan cahaya. Meski begitu, pasukan itu bagai tiada habisnya.

"Padahal aku baru kembali dan situasinya sudah seperti ini?" di kejauhan seseorang yang begitu cantik dengan bermahkotakan surai kelam panjang berbicara. "Benar-benar merepotkan."

Dia memperhatikan tanah tersang yang agak jauh letaknya dari kuil. Tampak jelas di matanya segerombolan pasukan hitam yang menyerbu wilayah kuil. Mereka tengah tertahan karena dilawan oleh para ksatria yang menghadapi pasukan itu tanpa kenal takut.

"Tapi Anda akan langsung turun tangan kan, Captain Light Knight?"

Suara seorang wanita membuatnya menoleh. Seorang wanita cantik yang kulitnya seputih susu kini berdiri di sampingnya. Surai kelam panjang mereka berdua berkibar saat angin kencang berhembus dari arah timur. Wanita itu tersenyum, kemudian sang Captain Light Knight juga tersenyum.

"Kau pun seharusnya juga sudah tahu, Asheera." Sang Captain Light Knight mengambil kalung permata hitam yang tergantung di leher. "Mana mungkin aku bisa diam di sini?"

Bersama dengan lepasnya sambungan tali pada kalung tersebut, permata hitam yang nampak begitu indah berubah wujud menjadi sebuah sarung pedang. Asheera agak terkejut melihatnya. Setelah itu sang Captain Light Knight memanggil pedang kematian Icazus dan menyarungkannya. Dia menekuk lutut, bersiap melakukan sesuatu yang pernah dilihatnya dari si pemberi mutiara hitam.

Sejujurnya, Captain Light Knight masih tidak mengerti. Sejak kapan dia tahu cara menggunakan kekuatan sarung pedang itu, dia sama sekali tidak mengingatnya. Dia bahkan tidak pernah diajari cara menggunakan mutiara hitam yang diberikan kepadanya. Dia sudah mengetahui cara mempergunakan mutiara hitam itu sehari sesudah dia menerima mutiara itu, yaitu tatkala dia bangun dari tidurnya.

"Xi, dari mana kamu mendapatkan sarung itu?"

"Dari temanku yang berasal dari dunia yang adanya entah di mana," ucap Xi seraya mengukir senyum dan tanpa berpaling. "Sebaiknya kau menjauh. Tubuhku akan menjadi sangat panas."

Sarung pedang itu menjatuhkan dua buah selongsong kosong disertai suara letupan layaknya sebuah senapan otomatis. Api semerah darah berkobar dan menyelimuti raga Xi tanpa membakarnya. Kobaran itu membesar dan membesar, membuat Asheera menjauh darinya. Xi terlihat seperti iblis api, meski sejatinya dia adalah iblis, dan berada pada tingkat tertinggi pula.

"Well, let us do this, Haruka."

"Haruka?"

Xi bertolak dan melesat secepat kilat. Udara ditembus dengan mudahnya bagai tisu yang ditusuk jarum peniti. Angin yang cukup kencang berhembus kemudian, membuat surai kelam Asheera menari-nari dan menjadi berantakan sesudahnya. Dia hanya menatap Xi yang dengan cepat menjauh darinya.

Di sisi lain, Kai tengah berada di bawah tekanan. Dia bernapas terengah-engah. Tetesan keringat membasahi sekujur tubuhnya. Wajahnya telah bernodakan darah para vambert yang telah dibunuhnya. Masih ada begitu banyak vambert yang mengepungnya, dan pertarungannya masih panjang.

"Maafkan aku jika saat kau kembali aku sudah tidak ada, Xi."

"Kalau itu aku keberatan." Sayup-sayup dapat Kai dengarkan suara Xi. Kedua matanya terbuka lebar, satu dari beberapa pertanda yang menunjukkan keterkejutannya.

"Xi?"

Kemudian ledakan besar itu terjadi. Api berkobar di sana sini, semakin meluas bersama kobaran yang bergerak. Satu per satu vambert terbakar hingga habis. Kobaran api yang berwarna semerah darah menghanguskan lebih dari setengah pasukan, menyebabkan sebagian pasukan berjalan mundur tanpa sadar.

"Xi? Kamu kah itu?"

"Aku keberatan kalau kau habis di sini, Kaivan the Captain Sirius Knight!"

Kai berpaling. Agak jauh dari tempatnya kini berdiri Xi baru saja mendarat dengan tanah yang telah hangus karena ledakan tadi. Asap mengepul dari raga para vambert yang hangus oleh kobaran api semerah darah. Xi berdiri, dan sarung pedangnya menyemburkan asap putih selama sedetik.

Sang pangeran teratai hitam telah kembali. Dia telah kembali dari dunia tempat sang naga putih pernah hidup. Dia telah berada di dunianya sendiri, di Erstle, setelah selama beberapa hari dia tidak ada di sana karena urusannya dengan ramalan seorang peri yang meramalkan kehancuran dunianya.

Dia, Xi, sang Captain Light Knight sekaligus raja iblis di dunia Erstle telah kembali.

Independent Sky - Against the White DragonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang