MIANHAE

5.5K 407 24
                                    

Disini, diruang serba putih dengan bau obat obatan yang begitu menyeruak di setiap sudutnya. Terlihat seorang pria tampan tengah terbaring tak berdaya dengan selang infus yang bertengger di tangan kirinya, juga masker oksigen yang masih setia menempel di hidung bangirnya dan alat pendeteksi detak jantung yang menempel didada bidangnya. Matanya masih saja terpejam. Tak ada sedikitpun pergerakan.

Sihyuk... Dia masih setia berada di sisi kanan putranya itu. Diusapnya pelan,tangan yang empat jam lalu masih bergerak lincah namun sekarang diam dan tak berdaya. Hatinya tak henti berdoa, memohon agar anak yang selama ini ia rindukan segera membuka matanya...

"Tae, maafkan appa adeul... Jeongmal mianhae." hanya kalimat itu yang sedari tadi ia ucapkan. Sakit sekali rasanya melihat anak semata wayangnya yang selama 20 tahun ia sayangi terbaring lemah dihadapannya karna ulahnya sendiri.

Sihyuk benar benar merutuki kebodohannya kali ini. Ia sama sekali tidak memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada putranya itu.

"Sudahlah oppa, tae baik baik saja, bogum sudah memastikan itu bukan? Kita hanya perlu menunggu taehyung sadar. Lebih baik oppa sekarang pulang bersamaku." bujuk jaeha pada sihyuk. Jaeha tahu, bahkan sangat tahu jika suasana hati kakaknya itu sedang tidak baik.

"Aniya Jaeha-ya... Aku akan tetap disini menunggu taehyung bangun.." tolak sihyuk...

Jaeha mencoba kembali membujuk sang kakak.
"Tapi oppa, kau juga harus menjaga kesehatanmu. Aku tak ingin kau sakit, bahkan taehyung pun pasti akan marah jika tahu ayahnya sakit karna terus menungguinya." jelas jaeha.

"Biarkan aku disini Jaeha-ya.. Jeball!!" rayu sihyuk...

"Mengertilah hyung, kau sungguh perlu istirahat, lebih baik hyung pulang bersama jaeha noona. Biar aku bersama bogum hyung yang menjaga taehyung disini" kali ini Daejoon ikut mencoba membujuk.

Sihyuk tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujui bujukan daejoon untuk pulang bersama jaeha.

Mereka akhirnya pulang setelah memberi salam pada taehyung dan daejoon. Sebenarnya ada sedikit rasa ketidak inginan untuk pergi dari samping putranya didiri sihyuk. Tapi ia sadar, sekarang ia benar benar membutuhkan yang namanya istirahat...



Member BTS kini sudah berada dilorong rumah sakit tempat taehyung dirawat. Raut wajah cemas jalas terlihat dari wajah masing masing. Derap langkah kaki mereka terdengar jelas dilorong rumah sakit ini. Hingga akhirnya mereka tiba di depan pintu kamar rumah sakit tempat taehyung dirawat, kamar vvip no 95.

Dengan hati hati rapmon mencoba membuka pintu... Saat pintu terbuka pandangan semua member tertuju pada seseorang yang tengah terbaring tak berdaya dengan berbagai alat medis yang terpasang ditubuhnya...

Daejoon yang awalnya memperhatikan, menjadi jengah karna tak ada satupun dari mereka yang memasuki ruangan. Mereka masih setia berada di ambang pintu dengan mimik muka tak percaya...

"Jika kalian tetap berada disana, akan ku pastikan kalian tak akan pernah masuk untuk bertemu taehyung.!!" seru daejoon tegas..

Mereka tersentak, satu persatu dari mereka mencoba untuk masuk, kemudian menghampiri manajer mereka.

"Kookie kemarilah..." panggil seokjin pada jungkook, pasalnya anak itu tetap diam tak bergeming dengan pandangan yang masih tertuju pada taehyung.

"Ayo.." jimin menarik lengan jungkook. Mendekatkan dirinya dengan hyungdeul yang lain.

"Apa yang sebenarnya terjadi hyung?" tanya yoongi, yang kemudian diangguki hoseok.

"Apa aku harus memberi tahu kalian sekarang?" daejoon malah bertanya balik pada mereka.

"Tentu saja hyung, dia dongsaeng kami. Jadi kami, harus tahu apa yang terjadi padanya." ucap rapmon

Daejoon menghela nafasnya kasar, mencoba menstabilkan perasaannya.

"Maafkan aku... Jeongmal mianhae." daejoon berucap lirih, membuat semua member mengkerutkan keningnya bingung.

"Apa yang kau maksud hyung, mengapa kau meminta maaf pada kami?" tanya seokjin bingung.

"Aku benar benar minta maaf pada kalian karna sudah menyembunyikan semua ini." lagi lagi daejoon membuat mereka bingung.

"Tolong jelaskan semuanya,hyung.." titah jungkook dengan mimik muka datarnya..

"Sebenarnya.......

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Jungkook POV

Bagai diterpa ribuan jarum, hatiku sakit mengetahui kenyataan jika tae-hyung telah membohongi kami selama ini. Namun, ada yang lebih menyakiti hatiku dari pada itu, yaitu mengetahui jika tae-hyung mengidap kelain jantung. Sungguh, ini membuatku menjadi adik yang tidak berguna karna tidak mengetahui semuanya.

Belum habis rasa kekagetanku tentang tae-hyung, manajer hyung kembali mengagetkanku dengan kenyataan bahwa produser kami, pd-nim, ia adalah ayah kandung dari tae-hyung. Mungkin bukan hanya aku yang kaget, semua hyungdeul pasti merasakan apa yang aku rasakan.

Aku berada disamping tae-hyung sekarang. Kulihat semua hyungdeul juga manajer hyung sudah terlelap di alam mimpi mereka masing masing.

Kembali ku alihkan pandanganku pada tae-hyung. Lihatlah, betapa pucatnya wajah itu.

"Hyung wae?? Kenapa kau membohongiku..." satu tetes airmata tak terasa sudah membasahi pipiku..

"Ireona hyung... Jeball!!!" aku semakin terisak. Ada rasa sakit yang begitu menyeruak didalam hatiku melihat hyung yang aku sayangi tak berdaya seperti ini.

"Bukankah kau sudah berjanji padaku hyung..." aku berucap lirih.
"Kau tak akan membuatku khawatir... Kau tak akan membuatku cemas... Tapi mengapa kau tidak menepatinya... Kau berbohong hyung... Kau berbohong..." aku kembali terisak, menenggelamkan wajahku pada ranjang, tanganku masih setia menggenggam tangannya.

Lama sudah aku terbawa dalam kesedihan. Hingga tak menyadari bahwa tangan yang ku genggam ini bergerak perlahan...

"Hyung.." aku mencoba memanggilnya..

Tae-hyung mencoba membuka matanya, rasa bahagia sedikit demi sedikit kini memenuhi hatiku.

"Hyung... Kau sadar??" kulihat tae-hyung mengangguk lemah. Membuatku sedikit tersenyum bahagia.

"Apa yang sakit hyung?? Apa kau butuh sesuatu?? Atau perlu ku panggilkan bogum uisai??" kulihat tae-hyung menggeleng pelan.

"Tidak perlu kookie... Gwenchana.." samar samar aku mendengar apa yang tae-hyung katakan. Aku hanya dapat mengangguk mendengar ucapannya...

"Lebih baik hyung istirahat... Aku akan menungguimu disini..." kataku. Dia mengangguk menyetujui.

Kulihat tae-hyung kembali tertidur. Tanganku bergerak mengusap surai coklatnya. Ada rasa tenang dihatiku saat ini melihat tae-hyung sudah siuman.

"Cepatlah sembuh hyung.." ucapku sebelum ku baringkan kepalaku disisi ranjang tae-hyung. Perlahan mataku mulai memberat. Dan kupastikan, sekarang aku mulai memasuki alam mimpiku.

"Tuhan tolong lindungi Tae-hyung "

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

NEXT????

#KimTaeWi

DisappearedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang