2.Orion

123 11 3
                                    

Namaku Orion Grey, bisa dibilang aku tidak nyata namun aku benar ada dan hidup, meski tidak di dunia kalian.
Aku hidup di dalam buku, dan ya, aku adalah tokoh utama dalam buku yang selalu dibaca Ella.

Huft, biar kujelaskan, karena tampaknya kalian bingung.

Setiap buku yang kalian baca, setiap buku yang kalian miliki, semua tokoh yang di dalam buku itu hidup dan bisa melihat pembaca mereka.

Kami melakukan peran sesuai dalam cerita kami tanpa diketahui pembaca bahwa kami benar hidup di dalam buku tersebut.

Setumpuk buku di kamarmu yang sudah tidak kamu baca pun, setiap tokoh didalamnya akan tetap hidup dan memantaumu dari dalam dunia buku.

Kira-kira begitulah penjelasan singkatnya.

Sekarang aku sedang duduk di jendela memandang jalanan dibawahku yang dimana sedang dipenuhi orang yang berlalu-lalang. Aku sedang berada di duniaku, dunia buku.

Sebenarnya jalanan dalam dunia kami tampak seperti jalanan di dunia manusia,
orang-orang yang berjualan, orang biasa yang berlalu-lalang dan tentunya dengan tambahan orang berkostum seperti pada
hari Halloween, yah, Halloween setiap hari. Karena ini adalah dunia buku yang ditempati tokoh-tokoh dalam buku.

Ada yang membawa tongkat sihir dan sapu terbang, ada yang memakai baju ala yunani kuno, ada wanita yang memakai sepatu dengan hak tinggi terbuat dari besi yang kelihatannya sangat berat, ada juga yang berpakaian serba hitam dengan taring yang keluar sedikit dari bibirnya yang pucat.

Namun pandanganku terfokus pada seorang anak perempuan berjubah dan bertopi hitam dengan rambut coklat keriting yang panjang.

Anak tersebut tampak sedang membaca buku mantra sihir sambil melambai-lambaikan tongkat sihir yang digenggamnya.

Aku mengenalnya, dia adalah penyihir cilik yang sedang heboh dibicarakan karena baru-baru ini membuat rumah seorang vampire terbakar akibat mantra sihir yang salah diucapkannya.

Karena terlalu fokus pada si anak perempuan itu, tanganku yang sedang memegang sisi jendela terlepas dari genggamannya dan yup, aku terjatuh dari lantai 3 rumahku.

Mungkinkah ini akhir dari hidupku?

Tunggu, ini jelas tidak mungkin akhir dari hidupku, karena jika aku mati sekarang maka cerita ini tak akan berlanjut bukan?

Dan yah, sekarang aku sedang terjun bebas di udara.

Pernah membayangkan rasanya terjatuh dari lantai tiga?

Biar kujelaskan bagaimana rasanya.

Dengan rambut yang berterbangan keatas seolah melawan hukum gravitasi, seluruh organ dan isi tubuhmu terasa seperti tertarik keatas sedangkan tubuhmu sendiri melaju dengan cepat kebawah menuju tanah.

Dan perutmu akan terasa sangat mual seakan berisi kupu-kupu yang berterbangan tak karuan yang biasanya kalian bilang dirasakan saat sedang jatuh cinta.

Mungkin karena jatuh dari lantai tiga dan jatuh cinta sama-sama sedang dalam keadaan 'terjatuh' maka rasa yang ditimbulkan juga sama, hmm.

Baiklah, mari kita kembali ke keadaanku yang sedang terjun bebas sekarang.

Tepat sebelum pantat rataku ini menyentuh tanah, penyihir cilik tadi mengacungkan tongkat sihirnya padaku dan mengucapkan mantra aneh yang tak sempat ditangkap oleh telingaku.

"BRUK!!!"

≡≡≡≡≡

Saat mataku terbuka, yang terlihat hanyalah langit-langit ruangan dengan bola lampu yang terpasang.

Aku berada tepat di depan sebuah pintu.

Sepertinya aku sedang berada di dalam rumah seseorang.

Aku berusaha untuk duduk, sekujur punggungku terasa sangat sakit seperti baru saja jatuh dari lantai teratas gedung Empire State....lupakan saja, siapapun akan mati jika jatuh dari lantai teratas gedung Empire State.

Aku berusaha mengingat-ingat kenapa aku bisa berada disini.
Teringatlah kejadian terjun bebas dari jendela rumahku tadi.

Teringat wajah penyihir cilik yang terkejut karena aku jatuh tepat dihadapannya, dan mulutnya yang bergerak-gerak mengucapkan mantra aneh.

Aku tersentak setelah mengingatnya dan melihat sekelilingku dengan seksama.

Mungkin penyihir cilik tadi salah mengucapkan mantra lagi sehingga aku berada di rumah orang lain.

Beruntung mantranya hanya membuatku berada di rumah orang lain, bukan membuatku kehilangan hidungku.

Aku bangkit berdiri dengan bantuan pegangan pintu disampingku.
Namun pusing langsung melanda kepalaku, agar tidak terjatuh, aku pun menyandarkan tubuhku pada pintu tersebut.

"Kriett.."

Pintu tersebut langsung terbuka saat aku baru saja menyandarkan tubuhku padanya, untungnya aku berhasil mendapatkan keseimbanganku kembali agar tidak terjatuh lagi untuk kedua kalinya.

Saat pintu tersebut terbuka, terlihat ruangan berukuran sedang dengan dinding yang berwarna pink pastel.
Terdapat meja kecil, lemari, dan tempat tidur yang dimana ada seseorang sedang tertidur pulas diatasnya.

Pintu tersebut adalah pintu kamar seseorang yang pastinya sedang tidur nyenyak karena tidak terbangun oleh suara pintunya yang baru dengan tidak sengaja kubuka.

Sambil berusaha tidak membuat suara apapun, aku berjalan mendekati orang yang sedang tertidur tersebut.

Tanpa penerangan dari lampu, kamar tersebut sangat gelap, hanya ada cahaya bulan yang dengan remang-remang menyelinap melalui gorden jendela putih yang tipis.

Setelah semakin dekat, aku mulai bisa mengenali wajah orang tersebut.

Seorang gadis berambut hitam panjang yang sedang tertidur lelap.

Ella. Aku langsung mengenalnya, bagaimana tidak, hampir setiap hari aku bertemu Ella, menatapnya dari duniaku saat dia membaca bukuku setiap hari.

Namun Ella benar-benar berada dihadapanku sekarang, tidak terpisah oleh dua dunia yang berbeda seperti biasanya.

Mungkinkah mantra itu membuatku jatuh ke dalam dunia manusia?

Aku hendak menyentuh wajahnya, namun kutarik kembali tanganku karena takut membangunkannya.

Akupun hanya menatapnya sambil tersenyum hingga Ella mulai mengigau,

"Matt..dimana kamu?"

"Matt..Matthew.."

Tiba-tiba saja kedua mata Ella terbuka,
dan sambil berhadapan muka, kami saling menatap hingga Ella mulai membuka mulutnya.

Tahu akan apa yang akan terjadi selanjutnya, secepat kilat aku menutup mulutnya dengan tangan kananku.

"Jangan berteriak, aku takkan menyakitimu", bisikku sambil menaruh jari telunjukku dibibirku.

"Mmhh", erang Ella karena tanganku yang masih berada di mulutnya.

Sadar akan apa yang kulakukan, akupun langsung melepas tanganku.

"Oh, maafkan ketidaksopananku"

"S-siapa kamu?"

"Kau mengenalku Ella, namaku adalah Orion Grey".

※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※

If you like the story,please tell me by clicking on that little star at the corner.

The BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang