Sama

1.4K 139 9
                                    


Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: OOC, AU, OC, Typo.

.

.

.

"Taiga,"

Aomine membuka pintu depan rumahnya setelah dia pulang dari olahraga paginya. Dia menuju ke dapur untuk mengambil air minum untuk menghilangkan dahaga setelah lari paginya dan masih tidak menemukan Kagami. Dia kemudian menuju kamar anaknya dan hanya melihat Akio yang masih tidur dengan memeluk boneka macan tanpa adanya keberadaan Kagami. Dia lalu menuju kamarnya dan kamar Kagami dan akhirnya melihat Kagami yang sedang membungkuk di depan lemari mereka. Aomine yang awalnya bingung dengan apa yang dilakukan Kagami, membulatkan matanya ketika melihat tumpukan harta karunnya di samping Kagami.

"Taiga, apa yang kaulakukan pada Mai-chan?" Aomine langsung menghampiri Kagami.

"Mai-chan harus pergi." jawab Kagami pendek, masih mencari-cari majalah tidak senonoh milik Aomine.

"Kenapa?" tanya Aomine kaget, otomatis memeluk tumpukan majalahnya.

"Akio sudah besar sekarang, dia bisa menemukan barang tidak berguna ini dan aku tidak mau Akio akan tumbuh menjadi sepertimu." balas Kagami yang sudah menemukan semua majalah Aomine dan bersiap membawanya untuk dibuang.

"Aku akan menyembunyikannya agar Akio tidak tahu," kata Aomine dan mencoba mencegah Kagami. Dia tidak ingin harta karunnya yang sudah dikumpulkannya sejak berumur enam belas tahun harus dibuang seperti itu.

"Tidak, Akio pasti akan tetap akan menemukannya. Di umurnya yang sekarang, dia pasti sedang sangat ingin tahu tentang apapun dan aku tidak ingin dia menemukan ini." balas Kagami dan akan keluar dari kamarnya tapi terhalang Aomine yang menggelayuti kaki Kagami.

"Taiga, aku akan menjual jiwaku padamu tapi jangan buang Mai-chan," mohon Aomine.

Kagami mengerutkan keningnya dan menyentakkan kakinya agar dilepaskan Aomine. "Bangunkan Akio, aku akan membuat sarapan." katanya dan keluar dari kamar mereka.

"Mai-chaaaaaaaan!"

.

"Papa, aku mau sosis lagi,"

"Kau mau berapa? Dua?" Kagami mengambilkan Akio sosis yang masih berada di panci penggorengan dan meletakkannya di piringnya.

"Terima kasih." kata Akio dan kembali memakan sarapannya.

Kagami tersenyum kemudian melihat Aomine yang duduk di samping Akio, cemberut karena semua majalahnya dibuang Kagami. "Daiki, makan sarapanmu."

Aomine makin cemberut dan memalingkan mukanya.

Kagami menghela napas, dia merasa seperti mempunyai dua anak seperti ini.

"Kalau Touchan tidak mau makan sarapannya, aku yang akan memakannya, Papa." kata Akio yang sarapannya sudah hampir habis.

"Oh ya, kau boleh memakannya Akio." balas Kagami.

Ketika Akio akan mengambil piring berisi sarapan Aomine yang masih lengkap, Aomine segera mengamankan sarapannya dari anaknya yang mempunyai perut karet seperti Kagami dan mulai memakannya.

"Papa, aku mau bermain di taman habis ini," kata Akio setelah mereka semua selesai sarapan dan Akio membantu Kagami mencuci piring sementara Aomine mandi.

"Main sama Touchan saja ya, Papa mau keluar sebentar." balas Kagami.

"Kenapa? Ini hari Minggu, Papa katanya libur kalau Minggu?" tanya Akio dengan wajah sedih.

"Papa hanya keluar sebentar oke, nanti Papa akan menyusulmu dan Touchan lalu kita bisa makan siang bareng," kata Kagami berjongkok agar bisa sejajar dengan anaknya dan menatap langsung mata berwarna biru itu.

Akio menundukkan kepalanya sedih yang membuat Kagami merasa bersalah tidak bisa ikut menemani Akio pada hari liburnya. Dia kemudian mengelus-elus rambut Akio. "Maafkan Papa, Papa janji akan membuatkanmu cheeseburger untuk makan siang, bagaimana?"

Akio hanya cemberut dan berjalan menjauhi Kagami. Kagami tiba-tiba merasakan déjà vu ketika melihat Akio yang cemberut. Dia merasa sudah mengalami situasi seperti ini pagi ini.

"Hei, kenapa, jagoan?"

Kagami mengalihkan perhatiannya dari piring-piring kotor yang sedang dicucinya ketika mendengar suara Aomine. Dia melihat Aomine yang membungkuk kemudian mengangkat Akio untuk menggendongnya. Akio tidak menjawab tapi malah menyembunyikan wajahnya di leher Aomine. Kagami menghampiri mereka.

"Akio ingin bermain di taman, kau bisa menemaninya, 'kan?" tanya Kagami.

"Aku ingin bermain dengan Papa," gumam Akio yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Kenapa kau tidak bisa ikut?" tanya Aomine ke Kagami dan mengelus-elus punggung Akio untuk menenangkannya.

"Aku tidak bisa, aku sudah berjanji pada Tatsuya akan membantunya membuat kue," jawab Kagami. "Aku berjanji akan sebentar dan akan langsung menyusulmu kalau sudah selesai."

Aomine menatap Kagami sebelum mencoba membujuk Akio. "Hei Akio, kau mau bermain basket lagi seperti kemarin?"

Akio mengangguk meskipun masih merajuk.

"Main sama Touchan saja oke," kata Aomine kemudian memandang Kagami. "Papa harus menjaga stamina untuk nanti malam."

Kagami memelototi Aomine dan memukul lengannya.

Akio akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku akan main dengan Touchan."

"Terima kasih, Daiki." kata Kagami dan mencium Aomine. Dia kemudian memeluk Aomine sekaligus Akio yang masih berada di gendongan Aomine. Aomine melingkarkan tangan kanannya pada pinggang Kagami untuk mendekatkan tubuhnya sementara tangan kirinya masih digunakan untuk menggendong Akio. Aomine kemudian mencium rambut merah Kagami dan berbisik di telinganya.

"Taiga, aku tidak bercanda. Kau harus bersiap-siap untuk nanti malam, karena kau sudah membuang Mai-chan, kau adalah pengganti Mai-chan mulai dari sekarang." bisik Aomine dan meremas pantat Kagami.

Kagami menarik napas ketika Aomine meremas pantatnya dan pipinya memerah. "A-apa yang kau bicarakan, Aho."

"Lihat saja nanti malam." balas Aomine dan meniup telinga Kagami.

.

"Aku pulang." sapa Kagami dan membuka pintu depan rumahnya. Ternyata rencananya membantu Himuro tidak berjalan sesuai rencana dan dia harus sampai siang. Jadi dia tidak bisa menyusul Aomine dan Akio karena Akio sudah capek dan ingin pulang. Sehingga dia langsung pulang tanpa mampir dulu di taman.

"Daiki? Akio?" panggil Kagami karena tidak ada yang menjawab "aku pulang"nya. Aomine sudah mengabarinya kalau mereka sudah di rumah jadi kenapa tidak ada yang menjawabnya. Ternyata dia melihat mereka sedang berada di sofa di depan televisi mereka dan tertidur dengan Akio yang tidur di dada Aomine yang secara protektif memeluk tubuh Akio.

Kagami tersenyum dan menghampiri dua cowoknya itu. Dia kemudian berlutut untuk mencium kening Aomine dan Akio. "Aku pulang." bisiknya sebelum berdiri untuk menyiapkan makan siang sehingga kalau mereka bangun nanti mereka tidak kelaparan.

"Taiga,"

"Papa,"

Kagami mengurungkan niatnya ketika mendengar namanya dipanggil bersamaan dan kembali berlutut. "Kalian sudah bangun?"

Aomine menguap lebar dan Akio mengucek-ucek matanya. Kagami tersenyum melihat tingkah lucu dua Aomine-nya dan mengacak-acak rambut Aiko. "Kalian lapar?"

Keduanya mengangguk secara serempak.

"Mau membantuku membuat makan siang?"

Keduanya berganti menggeleng dan Akio semakin meringkuk di dada Aomine.

Kagami tertawa kecil. "Baiklah, aku memberitahu kalian kalau makan siang sudah siap."

Keduanya mengangguk dan kembali memejamkan mata.

.

.

.

A/N: chapter dua yay~

KeluargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang