Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi
WARNING: OOC, AU, OC, Typo.
Catatan: Akio: 16 tahun
.
.
.
"Papa, aku diterima menjadi anggota baru di klub basket Seirin," beritahu Akio malam itu ketika mereka sedang makan malam.
Setelah Akio beranjak remaja, dan tentu saja tumbuh tinggi dengan gen yang diwarisinya dari kedua orang tuanya. Dia bahkan lebih tinggi dari kedua orang tuanya dan tentu saja dia juga suka sekali dengan basket. Saat SMA, dia memutuskan untuk bersekolah di sekolah papanya dulu meskipun Aomine sudah mencoba untuk membujuk Akio kalau SMA-nya dulu juga sangat bagus.
"Bagus sekali, Akio." kata Kagami dan memberikan Akio ciuman di pipi.
"Hei, hei, aku kemarin juga diterima sebagai anggota baru gym di seberang jalan, kenapa aku tidak mendapat ciuman juga?" protes Aomine.
Kagami memutar bola matanya dan Akio memandang ayahnya dengan aneh.
"Jadi, apa saja yang kaubutuhkan? Besok kita bisa langsung membelinya bersama," tanya Kagami yang sudah selesai memasak dan memulai untuk menata makanan yang sudah dimasaknya untuk anak dan suaminya.
Akio langsung berdiri dan membantu ayahnya untuk menata makan malam mereka. "Ehm... mungkin sepatu, aku belum mempunyai sepatu basket. Sepatuku yang dulu sudah tidak muat."
"Kita bisa membelinya di toko langgananku besok," kata Aomine.
"Touchan ikut juga?" tanya Akio agak kecewa karena sebenarnya dia hanya ingin berduaan dengan papanya.
"Tentu saja, memang siapa yang akan membelikanmu sepatu?" tanya Aomine balik dambil menyeringai.
Akio mendengus sebal dan kembali duduk di tempatnya untuk memulai makan malam.
"Kenapa kau tidak memakai sepatu Papa saja?" Kagami mencoba memberikan solusi.
"Sepatu yang mana?" Aomine dan Akio bertanya bersamaan yang membuat Kagami mengerutkan kening. Sekarang setelah Akio sudah tumbuh besar, kemiripannya dengan Aomine bahkan menjadi bertambah. Kalau saja Akio tidak lebih tinggi dari Aomine atau tidak lebih muda, orang-orang pasti akan mengira kalau mereka adalah saudara kembar.
"Sepatu yang kauberikan dulu," jawab Kagami ke Aomine. "Aku tidak pernah memakainya lagi, jadi mungkin lebih baik dipakai Akio daripada sepatu itu hanya menganggur di sini."
"Jangan!" kata Aomine keras.
"Kenapa?"
"Taiga, itu adalah tanda pernikahan kita, kau seharusnya menjaga sepatu itu baik-baik." jawab Aomine.
"Kau memberikan sepatu itu waktu kita masih enam belas tahun,"
"Oleh karena itu," balas Aomine. "Aku sudah memberikannya padamu sejak lama sekali, itu membuktikan cintaku padamu tidak lekang oleh waktu."
Akio mengeluarkan suara muntah palsu mendengar perkataan ayahnya.
"Daiki, kau sakit?" tanya Kagami penuh selidik karena Aomine yang tiba-tiba bertingkah aneh.
"Tidak," jawab Aomine kemudian berdiri dan menghampiri Kagami. "Aku mencintaimu."
"Hei, hei, ada anak kecil di sini." kata Akio ketika Aomine akan mencium Kagami.
Aomine mengerutkan keningnya. "Makanya cari pacar sana."
"Aku belum ketemu yang seperti Papa."
"Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga
FanfictionAnaknya itu memandang Kagami sebentar dan menguap kemudian memejamkan matanya lagi untuk melanjutkan tidur. "Ya, dia memang mirip denganmu."