[16] Indirect Confession

2.7K 447 32
                                    

Author minta maaf karena ga update kemarin, hehe. Sebagai gantinya, hari ini dua chapter sekaligus (?) 

Happy Reading

--

A confession doesn't have to be sweet, the meaning plays more important role.

Kini, Jung-kook dan Eun-ha pun berakhir di taman bermain karena tiket dari Tae-hyung. Awalnya, Jung-kook tidak ingin datang ke sini, namun melihat Eun-ha yang tampak girang setelah menerima tiket tersebut membuat dia mau tidak mau datang. Bagi Jung-kook, tempat ini tidak lebih dari tempat yang diperuntukkan anak kecil yang mungkin baru bisa berjalan.

Namun, teori tidak berdasar pria itu terbukti salah karena dari posisi ia duduk saat ini, ia dapat melihat banyak pasangan yang berkencan, sekedar bergandengan tangan atau bahkan berpelukan seakan dunia milik mereka berdua. Tempat ini memang tempat kesukaan anak kecil, tapi bukan berarti penghuninya adalah anak kecil. Banyak keluarga dan pasangan kekasih juga menghabiskan waktu mereka di sini.

Jangan kira Jung-kook dan Eun-ha juga sama seperti pasangan-pasangan tersebut. Awalnya, mereka memang datang berdua karena Eun-ha yang mengajak pria itu. Namun, mereka tidak bermain satupun arena permainan karena Eun-ha sendiri takut dengan permainan-permainan yang memacu hormon adrenalin. Akibatnya, ia sendiri bagai pria kesepian yang duduk di bawah pohon yang rindang.

Well, dia memang tidak punya kekasih bukan?

Jung-kook kembali menatap Eun-ha yang kini sibuk bermain dengan gerombolan anak kecil. Gadis itu menirukan gaya menembak dengan tangannya dan terus berteriak Tang! Tang! Tang!, kemudian anak-anak itu pun berlari ke sembarang arah menghindari tembakan Eun-ha.

Itu terlihat konyol dan sangat kekanakan tapi entah mengapa Jung-kook malah tersenyum bahkan tidak mengalihkan pandangannya. Seketika ia teringat percakapannya dengan Tae-hyung. Tae-hyung mengatakan bahwa perasaan seseorang itu tak dapat dikendalikan. Jatuh cinta? Itu bisa terjadi kapanpun, di mana pun dan pada siapa pun.

Lantas, apakah ia jatuh cinta pada Eun-ha? Ia menyukai gadis mungil itu? Pertanyaan itu merambat di sel otaknya, menciptakan tanda tanya yang besar, bagaikan misteri alam yang tak terpecahkan. Ini bahkan lebih rumit dari rumus-rumus fisika Albert Einstein. Ia jadi berpikir apakah Isaac Newton juga sepusing ini ketika menciptakan tiga Hukum Newton.

Bayangkan saja, Newton juga duduk di bawah pohon ketika melihat buah apel jatuh dari atas sehingga ia menemukan gaya gravitasi. Dia juga duduk di bawah pohon saat ini, sama seperti Newton, tapi mengapa ia tidak mendapatkan jawaban atas apa yang ia tanyakan?

Ia menggelengkan kepala mendengar pemikiran konyolnya. Ia menatap Eun-ha yang kini tengah sibuk meraba-raba udara, mencari keberadaan anak-anak kecil tersebut dengan mata yang ditutup oleh sehelai kain. Ia menatap jam tangannya, sudah hampir dua jam sejak mereka tiba di sini dan Eun-ha menganggapnya seperti makhluk tak kasat mata karena gadis itu mengabaikannya sedari tadi.

Bagaimana jika ia memang benar-benar jatuh cinta pada Eun-ha? Apa itu berarti ia telah menentang prinsip yang sudah ia pegang teguh selama dua puluh satu tahun hidupnya? Apakah itu berarti tembok pertahanan yang sudah ia bangun selama dua puluh satu tahun runtuh begitu saja hanya karena satu kata lima huruf, C-I-N-T-A?

Benar-benar terdengar klise dan memuakkan, ia benar-benar berharap bahwa ia tidak jatuh cinta pada siapapun, termasuk pada Eun-ha. Namun sekali lagi, ia sadar betul bahwa hal yang menyangkut perasaan dan emosi bukanlah hal yang bisa ia kontrol. Sama halnya dengan takdir dan waktu. Bukankah dunia akan lebih baik jika ketiga hal tersebut dapat ditangani oleh manusia?

[BTS #2] Shooting Venus ( Jungkook x Eunha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang