You've ever promised not to leave, not to even make a step without my permission. I never know that your "forever" only lasts until this moment.
--
"Noona..."
Panggilan itu membuat Eun-ha tersadar. Eun-chan menatap sendu kakaknya yang sedari tadi hanya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Rumah kecil yang ia beli dengan hasil jerih payah dan tabungannya selama beberapa tahun habis dilahap api begitu saja. Ia tidak rela.. Ini semua tidak pantas terjadi padanya. Haruskah ia menyalahkan garis takdir yang begitu kejam?
Kini, rumah tempat ia berlindung hanya tinggal puing-puingnya saja. Keadaan sangat berantakan dan kacau. Ia dapat melihat beberapa petugas pemadam kebakaran yang tengah memungut barang-barang yang masih berguna.
"Eun-ha, jangan bersedih. Kau bisa tinggal di rumahku setelah ini" ujar Shin-bi sambil memeluk temannya itu.
Shin-bi dan Yu-gyeom memang sudah tahu tentang hal ini karena diliput oleh berita. Sudah lebih dari sehari sejak rumah Eun-ha dilahap api dan selama itu pula, Eun-ha hanya duduk di jalan sambil menatap puing-puing rumahnya dengan pandangan kosong. Baik Yu-gyeom dan Shin-bi sama-sama bersimpati melihat keadaan Eun-ha seperti ini. Gadis itu tidak makan atau minum sejak kemarin. Ia hanya berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah katapun seperti manekin.
"Bagaimana jika kau makan dulu? Kau belum makan apapun sejak kemarin" ucap Shin-bi khawatir.
"Itu benar, Noona. Kita bisa pindah ke tempat lain.. Tidak akan terjadi apa-apa." Ucap Eun-chan yang memang kelakuannya lebih dewasa daripada umurnya saat ini.
Eun-ha lagi-lagi diam. Eun-chan dan Shin-bi saling bertukar tatapan, seakan bertanya metode apa lagi yang harus mereka gunakan untuk membujuk Eun-ha. Yu-gyeom yang sedari tadi sibuk membantu petugas pemadam kebakaran pun menghampiri mereka. Ia mengulurkan tangannya pada Eun-ha.
"Berdirilah. Kau tidak bisa diam di sana sepanjang waktu. Kita harus melakukan sesuatu, meratapi rumahmu takkan menolongmu"
"Terima kasih"
Dua kata yang terlontar dari mulut Eun-ha pun menyedot perhatian dari mereka semua. Shin-bi pun membantu gadis itu berdiri. Kaki Eun-ha terasa sangat kaku hanya untuk sekedar berpindah tempat, itu tentu saja terjadi karena Eun-ha sudah duduk selama hampir dua puluh empat jam tanpa melakukan apapun. Melihat Eun-ha yang terlihat kesusahan, Yu-gyeom pun menggendong gadis itu ala bridal style, mengabaikan protes dari Eun-ha yang terlihat sangat lemah.
Yu-gyeom pun mendudukkan Eun-ha di mobilnya. Shin-bi dan Eun-chan pun turut masuk dalam mobil Yu-gyeom. Yu-gyeom yang mengusulkan akan membawa mereka ke tempat makan untuk mengisi perut.
Di perjalanan, Shin-bi mengeluarkan ponselnya. Sebuah video berhasil mencuri perhatiannya. Ia menatap Eun-ha yang masih berdiam di depannya. Saat ini memang posisi Eun-ha berada di sebelah supir, Yu-gyeom. Jujur, ia masih kaget dengan apa yang baru ia lihat. Setelah menimang beberapa saat, ia pun memberikan ponselnya pada Eun-ha.
"Eun-ha, mungkin waktunya sedikit tidak tepat untuk melihat ini. Tapi kau benar-benar harus melihatnya"
Eun-ha pun mengerjapkan matanya dan memutar video tersebut. Matanya terbelalak melihat objek yang ada di sana. Itu adalah video pertandingan Jung-kook dan Ten. Ia dapat melihat bagaimana pria itu tersungkur di lantai sambil memegangi pundaknya yang tampak kesakitan. Segenap perasaan bersalah menghampiri dirinya, ia teringat bagaimana ia segera berlari ke rumahnya setelah ia hampir saja sampai di tempat pertandingan. Ia mengingkari janjinya untuk melihat pria itu bertanding.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS #2] Shooting Venus ( Jungkook x Eunha)
Fanfiction"Aku menyukai... Galaxy" Jung-kook yang tersirat dan Eun-ha yang tidak peka. Kalimat yang terlihat seperti angin lalu, tetapi mewakili ketulusan sebuah hati. Hati yang pernah tersakiti dan tak ingin berbakti pada hati lain. ~He is the venus. Defini...