Seven

39 3 0
                                    

Kamipun sampai di sebuah restoran. Aku berharap tidak ada drama lagi yang dibuat Kent.

Sejak diperjalanan menuju restoran ini tidak ada satupun diantara kami yang membuka pembicaraan, aku sedikit aneh dengan Kent tidak biasanya dia diam tanpa menggodaku.

"Ehm..." dehamnya " Ada yang mau gue ngomongin sama lo" tambahnya.

"Ngomong aja kali. Gak perlu basa basi"

"So, lo inget kan waktu gue ngechat lo beberapa hari yang lalu, yang gue nanya lo  lagi dimana"

"Ya gue inget. Ngapa emangnya" balasku ketus

"Sebenarnya gue gak sengaja liat lo. Lo jalan bareng sama cowok"

"Trus? Apa masalahnya sama lo"

"Dia siapa?"

"Bukan urusan lo. Emang lo siapa"

"Jelas itu urusan gue. Lo tinggal jawab dia siapa susah banget sih" balasnya dengan nada datar dan dingin.

Jujur baru kali ini aku melihat sisi seorang Kent yang benar-benar berbeda.

"Dia sepupu gue. Puas lo"

"Ohh. You know what Allesa? I love the way you move. I love the way you smile. I love the way you laugh. I love everything of you" dia mengucapnya sambil menatap mataku. Dan aku yakin saat ini dia jujur mengucapkan ini.

Dan sepertinya perasaan yang telah aku kubur dalam-dalam kembali lagi. Tapi aku belum yakin apakah aku bisa menerima Kent sebagai pengganti dirinya.

"Gak usah sok sweet gitu deh. Eneg gue"

"You know what Allesa? When you miss me close your eyes i'm maybe far but never gone." Well, aku sangat tahu kata-kata ini. Ini lirik lagu Never be Alone yang dipopulerkan oleh Shawn Mendes.

" Lo suka kan kata-kata itu. Gue tau lo suka lagu itu"

"Lo tau dari mana? Seinget gue, gue gak pernah tuh ngasih tau lo" tanyaku curiga.

"Insting aja." balasnya. Dan tentunya itu tidak membuatku percaya kepadanya. Jelas dia sedang berbohong.

"Jujur aja deh, kalo gak jangan ngarep lo bisa ngomong sama gue lagi!" balasku dengan tatapan tajam yang mampu membuat semua pria yang ada di dunia ini takut.

"Gue udah sejujur-jujurnya. Kalo itu cuma insting"

Mau tidak mau aku terpaksa percaya dengan ucapannya. Aku terlalu malas untuk hanya berdebat dengannya.

"Gue mau pulang. Bye" ucapku singkat tanpa meliriknya sama sekali.

"Gue yang ngater lo pulang. Tanpa penolakan!" ucapnya tegas.

Lalu kami meninggalkan restoran yang kami datangi tadi. Mobil sport Kent melaju dengan sangat cepat.

Tak perlu waktu lama, kamipun sampai di mansion ayahku. Aku yakin 100% Kent sudah menduga tempat tinggalku akan sebesar dan semewah apa.

                                 ¤¤¤
Kent Po V
Sebenarnya, soal lirik lagu Never be Alone tadi, itu bukan tentang instingku. Tentu saja aku bohong soal itu. Sudah beberapa minggu ini aku mencari tahu semua hal yang berkaitan dengan Allesa. Tentu saja aku mencari tahu melalui orang kepercayaan dari perusahaan ayahku yang bekerja di Paris.

I know everything about her. Aku tidak tahu kenapa aku bisa tergila-gila dengan dirinya. She's like some part of my body, and i can't let her go.

Dan jujur aku selalu suka melihatnya marah, ngambek, atau nangis. Well, bukan berarti aku suka buat dia nangis. Tapi aku suka ekspresinya. Mimik wajahnya.

She's so perfect. And i can't deny it.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang