Violita POV’s
“Vio, ayo cepat”,suara mama memanggilku dari bagasi mobil
“iya ma,sebentar”,kataku sembari memakai selop sepatuku berwarna ungu. Aku segera menuruni tangga rumahku dan bergegas ke bagasi.
“ayo ma”,kataku setelah duduk di samping mamaku
“Pak Udin, jalan pak”,perintah mama pada pak udin
“siap nya”,pak udin mengiyakan. Aku meraih handphone di sakuku. Ku dengarkan lagu dari James Arthur. Dalam mobil aku nampak bingung memikirkan teman yang bisa aku ajak untuk reuni Smp, walaupun suara merdu James Arthur telah mengalun disisi telingaku. Bagamaina aku tidak bingung, apa kata Bobi nanti kalau aku kesana tanpa pasangan. Bisa di ejek terus-terusan aku. Secara dia adalah orang yang menantangku mencari pacar lebih dulu. Taruhan macam apa itu?. Bilang aja dia belum bisa move on. Gerutuku dalam hati. Aku mengacak rambutku bingung.
“Kenapa sih kak?”,mama menyadari keresahanku
Aku menghadap ke mama. “Mama, aku harus ngajak siapa?”
“Mengajak? Siapa ? Kemana?”, pertanyaan mama itu menambah kebingunganku.
“Mama, banyak banget deh pertanyaannya. Malah nambah bingung”, kataku kesal
“Mama kan nggak tau sayang”,jawab mama
“Jadi gini ma,mama ingat kan tentang reuni itu?”,aku mengingatkan. Mama mengangguk.
“Ya itu ma, Vio bingung harus ngajak siapa? Kan nggak lucu nanti kalau aku kesana tanpa pasangan secara diundangannya tertulis bawa pasangan walaupun hanya teman. Terus apa kata Bobi nanti kalau aku kesana tanpa bawa pasangan?”,kataku antusias manja. Mama tertawa ketika aku menyebut nama Bobi. Secara mama adalah orang yang paling tau hubunganku dan Bobi. Ya, walaupun papa juga mengerti.
“Mama kok malah tertawa sih”protesku
Mama masih dalam tawanya.”Yaudah ajak Bima aja kak?”.
“Nah itu masalahnya. Bima udah diajak sama Tasya ma”,jawabku.
“Apa sama saya aja non”?,pak Udin yang dari tadi diam ikut nimbrung.
“Bener nih pak? Aku mah mau aja asal pak Udin mau aku dandanin kayak Song Jong ki biar terlihat keren”,kataku
“Kok malah didandani sepeda jengki sih non?” jawab pak Udin. Aku sama mama saling tatapan. Kemudian tawa kami pun meledak. Pak Udin nampak garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Song jong ki pak Udin ,bukan sepeda jengki”,tawaku pun meledak kembali. Pak Udin pun terkekeh pula.
“Gimana kalau mengajak anak tante Mira?”,mama mengusulkan
“Mama yang bener aja”,kataku yang fokus pada hp membalas chat group MIPA 1.
“Iya, kan tante Mira itu anaknya cowok semua. Ganteng-ganteng lo kak”,kata mama.
“Yakali ma , kenal aja nggak”,jawabku.
“Nanti mama kenalin deh”,mama begitu bersemangat
Aku menaikkan satu alisku.”Kok jadi mama yang bersemangat?”
“Ya ,siapa tau kakak jodoh dari salah satunya”,mama menggodaku.
“Mama..”,pipiku memerah.
Mama terus menggodaku. Hingga tanpa disadari mobil honda jazz putih kami berhenti di suatu rumah yang sangat mewah.
“Ayo kak”,mama yang keluar lebih dulu memanggilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENCI?
Teen FictionKukira aku benci, ternyata aku peduli, kukira aku dendam ternyata ini rasa yang terpendam ( Roman Picisan the series)