Deru laju kereta api seolah tak mampu menembus indra pendenganran Nari. Sudah hampir satu jam dia duduk disalah satu kursi kereta itu, namun hanya nampak raganya saja berada disana. Jiwanya seakan masih tertinggal disatu tempat. Membuatnya hanya bisa duduk diam dengan pandangan mata kosong. Bahkan pemanadangan khas pedesaan yang tersuguh di sepanjang sisa perjalanan, tak mampu menggugahnya.
Ya, semua terjadi begitu cepat. Dia masih membutuhkan waktu untuk mencerna semua ini. Dimulai dari kemarin. Dimana dia bertemu dengan Eunhyuk dan memutuskan untuk kembali bersama. Walau keadaannya tak memungkinkan, tapi Nari rela menunggunya. Lalu, paginya, ketika dia baru saja bangun dari tidur dan mimpi indahnya. Semua terjadi begitu saja.
Orangtuanya masuk kedalam kamarnya begitu saja. Membawa koran yang terbit pagi ini. Dibawah sana, dipelataran rukonya, terdengar riuh dengan suara wartawan yang menanyai Shindong. Padahal lelaki itu datang untuk bekerja dan tak tau apa-apa.
Eommanya terus mengomel. Meminta penjelasan dengan semua berita itu. Beritanya dengan Eunhyuk yang tertangkap sedang berciuman. Ataupun beritanya dengan Ki Bum yang mau tak mau kembali menjadi perbincangan.
Apa yang harus Nari jelaskan? Semua juga masih abu-abu uuntuk gadis itu. Appanya terus berusaha menanangkan amarah Eommanya. Saat itu, Nari tak ibsa berkata satu patah katapun -Sebenarnya samapi sekarangpun begitu-. Sampai akhirnya, Appanya memasukan beberapa pakaian miliknya kedalam tas. Karena berita kali ini sangat memojokan anak gadisnya, sang Ayah tak ingin anaknya itu terluka, lantas mengirinmya kedesa. Kerumah neneknya.
Dan disinilah dia. Di dalam kereta yang telah membawanya jauh dari Seoul. Dan dia, masih belum bisa memikirkan apapun lagi.
Nari tersentak ketika suara dari speker menyatakan sebentar lagi kereta akan berhenti di stasiun tujannya. Dia harus bersiap-siap untuk turun. Dan Ya! Dia harus menghubungi Eunhyuk.
***
Nari menatap rumah tradisional yang sebagian besarnya terbuat dari kayu. Dia menghembuskan nafasnya berat. Bukannya dia tak suka berada disini, tapi lebih pada keadaan yang membuatnya benar-benar merasa tertekan. Terlebih, nomor Eunhyuk tak bisa dihubungi.
"Kau sudah datang?" pertanyaan dari Halmeoni, sedikit mengagetkan Nari. "Kenapa tak langsung masuk? Ayo masuk." Wanita tua itu menuntun Nari untuk melangkahkan kakinya. Memasuki rumah sederhana itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi, eoh? Aku kaget ketika pagi tadi Ayahmu menelpon. Memberitahukan jika kau akan datang. Lalu aku memdengar beritanya dari radio. Sebenarnya..."
"Aku tak bisa menjelaskannya sekarang, Halmeoni," potong Nari. Gadis itu memasukan pakaiannya kedalam lemari kecil yang tersedia dikamar yang akan dia tempati. Dikamar itu tak ada ranjang. Jika ingin tidur, biasanya memakai kasur yang masih terlipat rapih di dalam lemari. Dirumah itu memang semuanya masih serba sederhana.
"Baiklah... aku tak akan memaksamu. Kau nampak lelah. apa kau mau istirahat? tapi lebih baik kau makan dulu. Aku baru saja memetik kubis dari ladang. Akan kumasakan sesuatu dari kubis itu untukmu."
"Tak perlu repot, Halmeoni. Aku ingin istirahat saja dulu." Mari mngeluarkan kasur dari lemari dan menggelarnya. Sebenarnya fisiknya tak terlalu lelah. Tapi ternyata kelelahan pikiran juga berpengaruh besar pada tubuhnya. Dia berbaring dan memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDOL IS (not) PERFECT
FanfictionNari hanyalah gadis biasa yang mempunyai seorang idola. Idola yang digilainya setengah mati. Idola yang dianggapnya dewa yang sempurna. Menjadi tak biasa setelah dia bertemu dengan Lee Eunhyuk, idolanya, dalam keadaan yang tak terduga. Sampai pada a...