Bahagia adalah, ketika seseorang yang kita cintai berada disisi kita. Itulah yang dirasakan kedua orang itu. Kim Nari dan Lee Eunhyuk. Mereka nampak bahagia bersama. Nampak serasi. Sedikitpun tak nampak jika mereka sedang diselimuti masalah yang membebankan.
Punggung mereka bertemu, saling bersandar. Nari menyandarkan kepalanya di punggung Eunhyuk seraya memejamkan matanya. Mereka sedang duduk diatas batu besar di pinggir sungai. Menikmati hangatnya mentari pagi. Gemericik air mengangir rasanya mampu menenangkan syaraf yang akhir-akhir ini lebih banyak menegang.
"Jika saja selamanya kita bisa seperti ini." Pernyataan Eunhyuk, mau tak mau membuat Nari ingat masalah mereka. Gadis itu membuka matanya. Perlahan duduk dengan tegak, meninggalkan punggung Eunhyuk yang tadi jadi sandarannya. Kini gadis itu justru memeluk lututnya sendiri.
"Kau harus kembali ke Seoul. Selesaikan semua masalah ini."
"Kau sendiri tau, masalah ini tak dapat selesai jika Ji Hyo belum melahirkan." Eunhyuk memutar posisi duduknya agar berhadapan dengan Nari. Tapi gadis itu menunduk, menatap sepasang sepatu usang yang tengah dia kenakan.
"Aku.... Entahlah, aku merasa kita tak akan pernah bisa bersama."
"Apa yang kau katakan, eoh?" Eunhyuk menarik dagu Nari. Memaksa gadis itu menatapnya. "Selamanya... kita selamanya akan bersama. Kau, aku, dan cinta kita." Eunhyuk mengecup singkat bibir Nari. Hanya sebuah kecupan ringan. Tapi mampu membuat dada Nari berdebar.
"Kita hanya bisa berharap. Bagaimana jika Tuhan memang tak menggariskan kita untuk bersama?"
"Kau... sungguh ingin berpisah denganku? Sungguh tak ingin bersamaku?"
Nari menggelang. "Justru itu yang paling kutakutkan. Tapi, sebagai manusia, kita tak bisa melakukan apa-apa untuk melawan takdir." Airmata Nari menitik.
"Takdir apa yang sedang kau bicarakan?" Eunhyuk menghapus jejak airmata dipipi Nari. "Yang aku tau, takdir adalah kau. Takdir adalah kita."
"Kita? Lalu dimana semua orang itu? Ji Hyo. Anakmu. Dan... Kim Ki Bum."
"Kenapa tiba-tiba kau membicarakan dia? Bukankah dia sama sekali tak berhubungan dengan kita? Kecuali jika ternyata kau membalas perasaannya." Eunhyuk menatap Nari penuh selidik. Mencari sesuatu diraut gadis itu.
"Tidak.... aku hanya merasa dia juga berhak mendapatkan kebahagiaan. Selama ini, dia yang membantuku melewati masa sulit. Dia yang menguatkanku. Dan dia...."
"Cukup!" potong Eunhyuk cepat. "Sekarang katakan, apa yang ingin kau lakukan? Membalas perasaannya? Berdiri di sisinya untuk membahagiakannya? Aku tetap tak melihat dia mempunyai hubungan dengan masalah kita. Kecuali jika kau ingin bersamanya tentu saja!"
"Bukan begitu makasudku...."
"Lalu apa?!" nada suara Eunhyuk sedikit meninggi. Lelaki itu nampak sedang menahan amarahnya. Dia berdiri dengan kedua tangan mengepal. "Rasanya memang percuma bicara padamu. Takut hanyalah alasanmu untuk pergi dariku. Sekarang, terserah padamu!" Eunhyuk melangkahkan kakinya. Meloncati beberapa batu hingga dia memijakan kakinya ditanah pinggiran sungai, lalu melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDOL IS (not) PERFECT
FanfictionNari hanyalah gadis biasa yang mempunyai seorang idola. Idola yang digilainya setengah mati. Idola yang dianggapnya dewa yang sempurna. Menjadi tak biasa setelah dia bertemu dengan Lee Eunhyuk, idolanya, dalam keadaan yang tak terduga. Sampai pada a...