Hening...
Untuk sesaat, mereka semua terdiam. Hanya suara detikan jarum jam yang terus berjalan, beradu dengan suara detakan jantung mereka sendiri.
Hamil? Kata-kata itu berputar-putar dibenak Eunhyuk dan Nari. Nari yang tercengang beberapa saat, merasakan kepalanya pusing. Dia sampai harus bertumpu pada meja kecil yang ada didekatnya. Membuat meja itu hampir terbalik jika saja Nari tak kembali berdiri tegak.
Gerakan Nari itu membuat Eunhyuk tersadar. Dia menggelangkan kepalanya.
"Tak mungkin! Kau sendiri tau jika kita selalu mengenakan alat kontrasepsi setiap kali kita berhubungan!" elak Eunhyuk.
"Dan kau sendiri tau, jika alat itu tak 100% dapat mencegah kehamilan! Sekarang aku menuntut pertanggungjawabanmu!" balas gadis itu tak mau kalah.
Nari mendengar perdebatan itu dengan segala rasa yang berkecamuk didadanya. Terkejut. Marah. Binggung. rasanya semuanya bergulung menjadi satu. Dia hendak pergi dari apartement itu ketika Eunhyuk mencekal tangannya.
"Tolong kau jangan pergi dulu. Tunggulah dikamar. Aku akan membicarakan ini dulu dengannya." Eunhyuk membimbing Nari untuk masuk kekamarnya. Tak ada yang bisa dilakukan Nari kecuali menurut. Sekarang bahkan untuk sekedar bersuara saja Nari merasa tak mampu.
"Siapa dia? Maian barumu?"
"Bukan urusanmu. Kemari kau."
Percakapan singkat itu Nari dengar sebelum Eunhyuk menutup pintu kamar. Mainan baru? Benarkah kini Nari telah menjadi salah satu dari gadis-gadis bodoh yang menjadi mainan Eunhyuk?
Nari menutup wajahnya tepat ketika airmatanya menitik. Sebenarnya dia tak ingin menangis, tapi airmata sialan itu terus saja bergulir tanpa henti. Bahkan kini isakan tak bisa lagi ditahannya. Nari berjongkok. Menyembunyikan wajah diantara lututnya. Berusaha meredam suara isakan yang membuat hanya bahunya yang nampak bergetar.
Setelah beberapa saat lamanya, Eunhyuk kembali kekamar menemui Nari. Gadis itu sedang terduduk lemas dilantai dengan pandangan kosong. Airmatanya sudah tak terlihat. Tapi melihat hidung merah dan mata sembabnya, Eunhyuk yakin gadis itu habis menangis.
Nari seolah tak menyadari keberadaan Eunhyuk dikamar itu. Gadis itu memang masih bergelut dengan berbagai macam pikiriannya sendiri. Eunhyuk mendekati dan membelai pipi Nari, membuat gadis itu tersentak. Dan saat melihat raut Eunhyuk, Nari tau semua menjadi kacau kini. Nari segera berdiri.
"Hm... sepertinya aku harus pulang. Eomma pasti akan menggantungku hidup-hidup karena tidak pulang semalaman." Nari melewati Eunhyuk, tapi lelaki itu segera mencekal tangannya. Menghentikan langkahnya.
Perlahan, Eunhyuk memeluk Nari dari belakang. Menyembunyikan wajah frustasinya pada lekukan leher gadis itu.
"Aku tak tau apa yang sedang terjadi kini. Inikah balasan atas semua sikap burukku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDOL IS (not) PERFECT
Fiksi PenggemarNari hanyalah gadis biasa yang mempunyai seorang idola. Idola yang digilainya setengah mati. Idola yang dianggapnya dewa yang sempurna. Menjadi tak biasa setelah dia bertemu dengan Lee Eunhyuk, idolanya, dalam keadaan yang tak terduga. Sampai pada a...