Part 4 - Perasaan bersalah

24.4K 901 7
                                    

Tuhan menakdirkan kita bertemu hanya sebatas berkenalan, tidak lebih, tidak untuk jatuh cinta, apalagi saling memiliki.

-The Melody-
_____________________________

   Lantunan melodi piano mengalun indah mengisi kesunyian sebuah ruangan besar bernuansa monokrom.

Sebuah bola berwarna oranye tergeletak di samping nakas tempat tidur. Sedangkan di atas nakas terdapat sebuah jam weker digital berwarna hitam.

Sebuah ranjang tempat tidur berukuran besar dengan seprei berwarna kelabu terpasang di tengah ruangan. Jarak beberapa langkah, ada sebuah sofa berukuran sedang dengan warna putih yang terlihat senada dengan ruangan besar itu.

Kevin berbaring di tempat tidurnya, matanya menatap langit-langit kamar, entah kenapa ia merasa bersalah dengan sikap yang telah ia lakukan kepada Melody saat pulang sekolah.

Kevin mengacak rambutnya kasar.
Dirinya bangkit dari tempat tidur, kemudian duduk di tepi ranjang.

"Kenapa pikiran gue jadi kalut gara-gara cewek aneh itu!"
Gumam Kevin, cowok itu memutar bola matanya ke arah jendela.

"Tapi, kalo di perhatiin dari deket, tuh cewek manis juga ya."
Ucap Kevin, tanpa sadar ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman.

"Lah, kenapa gue jadi kepikiran cewek aneh itu lagi?!
Jangan sampe gue suka sama dia." Lanjut Kevin.

"Gimana caranya supaya gue bisa menebus semua kesalahan tadi?"
Kevin bergumam, ia menggigit bibir bawahnya.

Tiba-tiba ponsel Kevin berdering berkali-kali.
Puluhan chat masuk di ponselnya.
Kevin mendengus kesal.
Kemudian, dengan wajah malas
ia segera mengambil ponsel yang terletak di samping tubuhnya.

Lagi-lagi, hal ini membuat Kevin berdecak heran.
Puluhan chat masuk di ponselnya setiap hari.
Tertulis jelas di layar ponselnya nama cewek-cewek yang sudah familiar di kalangan para siswi SMA Merah Putih.
Rentetan nama siswi terkenal seperti, Moli, Amira, Syaza, Gabriella dan yang terakhir adalah Stevanie.
Siswi terkenal di SMA Merah Putih.
Mereka menyukai Kevin, bahkan kelimanya saling berlomba untuk memperebutkan hati si kapten basket yang terkenal dingin kepada setiap orang.

Namun tidak dengan Kevin, secantik apapun mereka, tetap saja hati Kevin masih memilih Vanessa.
Pacar pertamanya sewaktu ia duduk di bangku SMP.

Kevin masih terus mengejar Vanessa.
Tetapi Vanessa memilih diam, sama sekali tidak merespon segala macam perhatian yang di berikan Kevin padanya.

Saat ini, Kevin menanamkan sebuah keyakinan bahwa ia tidak akan pernah menghubungi Vanessa lagi. Ia berjanji.

Lelah rasanya bila kita harus memperjuangkan dan menunggu seseorang yang pada akhirnya tidak menghargai segala macam usaha yang telah kita buat.

Baiklah, hari ini, esok dan seterusnya, Kevin berjanji akan berusaha melupakan Vanessa selamanya!

••••••

   Suara merdu Adam Levine mengisi kesunyian di dalam kamar Melody. Gadis itu sedang membaca novel di dalam kamarnya.

Tak lama, sebuah pesan masuk di ponselnya.
Gadis tersebut mendengus kesal, karena ada suatu hal yang mengganggu hobinya saat ini.
Dengan terpaksa, Melody memberhentikan aktivitasnya sebentar.

085389xxxxxx
Saya mau minta maaf tentang masalah tadi.
-Kevin

Seketika mata Melody terbelalak melihat sebuah pesan yang tertera di layar ponselnya.

Ia merasa tidak percaya jika seseorang yang mengirim pesan kepadanya saat ini adalah Kevin.
Dia fikir itu hanyalah ulah orang iseng saja, maka dari itu Melody tidak berniat untuk membalas pesannya.

Melody hanya membaca pesan tersebut, kemudian melemparkan ponselnya di tempat tidur.
Dan segera melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda sesaat.

Baru saja Melody membaca dua paragraf di novelnya, telfonnya berdering kembali.
Ternyata nomor tersebut yang sedang menelfonnya saat ini.

"Halo?"
Sahut Melody dari balik ponselnya.

"Hai, saya Kevin. Saya cuma mau--"
Kevin belum sempat menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba Melody langsung memutuskan sambungan telfon.

"Eh, gue kenal banget sama suara itu! Berarti bener kalo yang ngechat gue barusan kak Kevin?"
Gumam Melody sambil berdiri dan berjalan mondar-mandir di kamarnya.

"Dia dapet nomor gue dari mana?"
Tanya Melody dalam hati.
Tangannya masih menggenggam erat ponsel itu, ia menggigit bibir bawahnya dan otaknya menerka-nerka siapa yang telah berani mengirim nomor ponselnya pada Kevin.

Beberapa menit selanjutnya, mulut Melody ternganga saat ia melihat bahwa Kevin mengirim sebuah pesan kepadanya, lagi.

085389xxxxxx
Kenapa sambungannya di putusin? Masih marah ya sama saya?

Melody tampak kebingungan sendiri, gadis tersebut bingung harus menjawab apa.

Apakah memaafkan Kevin adalah jalan yang terbaik agar dirinya dan Kevin dapat berdamai tanpa sebuah permusuhan lagi?

Ah, tidak semudah itu bagi diri Melody.
Kevin itu rivalnya di sekolah.
Baiklah, Melody akui bahwa Kevin adalah tipikal cowok yang cool.

Tapi, Melody sama sekali tidak jatuh cinta dengannya, bahkan sedikit rasa pun tidak ada.

Namun entahlah, semuanya belum bisa terjawab sekarang, hanya waktu yang dapat menjawabnya di kemudian hari nanti.

•••••

The MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang