Sekarang kamu harus kuat.
Karena Tuhan selalu mendatangkan yang lebih baik dari yang pernah hilang.
Bersabarlah, dan semuanya akan baik-baik saja.-The Melody-
_________________________________________Kejadian beberapa jam lalu masih membekas di ingatan. Terutama saat guru Bahasa Indonesia yang hendak mengajar di kelas---menegur Kevin karena dandanannya berantakan---mencerminkan sikap tidak patuh aturan.
Padahal, itu semua ulah tiga makhluk akhir jaman yang super menyebalkan.
Kevin heran, entah dosa apa yang ia punya sampai di beri anugrah berupa teman-teman laknat serupa Rino, Radit dan Fathir.Saat ini, jam istirahat pertama baru saja berbunyi. Buru-buru Kevin bangkit dari posisinya, mencengkram kerah seragam Radit dan menggiring cowok itu ke pojokan kelas. Tentu saja mengundang tawa siswa lainnya---apalagi saat Radit berkali-kali meminta ampun supaya Kevin membatalkan niat untuk menghabisinya.
"Bikin malu, bangsat!" Kevin mengumpat kasar, mendorong Radit pada pojok kelas hingga terdengar suara benturan punggung Radit yang menghantam dinding.
"Tolong, woy tolongin gue anjir!" Radit meronta-ronta, meminta bantuan pada Rino dan Fathir yang tak berani berkutik sedikit pun. Masalahnya, melawan Kevin sama dengan membangunkan singa tertidur. Mending jangan deh, bahaya!
"Sorry, Dit. Hari ini lo bukan temen gue." Rino berujar dramatis, lalu pura-pura mengusap air mata---membuat Kevin berdecih.
Kevin sudah mengepalkan tangan, bersiap melayangkan satu pukulan pada pemuda di hadapannya. Namun, Radit selicin belut. Dengan cerdik ia berhasil meloloskan diri, berlari keluar kelas untuk menghindari kejaran Kevin.
"Melody, pacar lo kumat!" Radit kembali berteriak, berlari mengitari koridor kelas sampai mengundang rasa penasaran para murid yang melintas disana. "Siapa pun tolongin gue! Kalau laki-laki gue anggap sebagai kembaran gue. Kalau perempuan gue jadiin calon bini." Ujar Radit dengan napas tersengal-sengal. Ia menoleh ke belakang, lantas menemukan Kevin yang semakin mendekat. "Woy, tolongin gue!!!"
"Najis, sayembara macam apa itu?" Rino berdiri di depan kelas, kemudian menoleh pada Fathir yang sibuk mengunyah donat coklat di ambang pintu.
"Bantulah sana kawan kau itu! Malas aku. Malu punya teman macam Radit." Fathir berujar santai, ia tak menatap lawan bicaranya karena sibuk pada ponsel.
Seperti yang kalian tahu, siklus hidup Fathir yaitu makan-tidur-mabar game online dan begitu lagi seterusnya.
Karena kasihan, Rino ikut membantu Radit. Ia memotong jalan. Langsung berlari ke lapangan sebab Radit sudah kewalahan berlari dan duduk di sisi lapangan voli. Belum lama ia beristirahat, Kevin sudah datang lagi, membuat Radit berinisiatif lari untuk menyelamatkan diri ketimbang menjadi perkedel jagung karena habis di hajar Kevin.
Kebetulan sekali, dari ujung koridor rombongan murid dari 10 IPA 2 sudah berjalan menuju lapangan di balut kaus olahraga lengan pendek dan training panjang.
Padahal ini masih jam istirahat pertama, tapi mereka semua sudah berbondong-bondong menuju lapangan untuk berolahraga. Memang dasar murid-murid kerajinan.
Melihat kesempatan emas itu tiba, Radit kembali berteriak.
"Melody, cowok lo kumat! Lo kan pawangnya, bilangin dong jangan kejer-kejer gue lagi. Bengek nih gue!" Radit berteriak kencang, mengalihkan perhatian para murid yang sedang beraktivitas di lapangan saat ini.
Tidak tahan berlari, Radit memilih duduk pada bangku panjang di bawah naungan pohon rimbun. Dia menyerah. Terserah Kevin akan menghukumnya bagaimana, yang jelas napas Radit tidak kuat lagi jika terus-terusan mengelilingi lapangan sembari berteriak padahal tidak ada yang mau menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Melody
Novela Juvenil#25 in teenfiction 23 Oktober 2017 Kevin William Alvano, adalah definisi cowok dengan pahatan paling sempurna di SMA Merah Putih. Dia kapten basket dengan tubuh tinggi dan atletis, senyum semanis gula sintetis, serta sikapnya yang sulit tersentu...