Chapt 11

1.4K 145 6
                                    


"Ahhh ada-ada aja sih pake nelfon segala, pake bilang kangen lagi, biasanya kalau ketemu juga cek cok, dasar Eunhyeon"

Eunri mengambil tas kecilnya dan menyangkutkannya pada bahu kanannya. Dan berjalan ke luar apartement menuju rumah sakit untuk menjenguk Hoseok, yang memang sudah ia rencanakan.



"Rim kapan sih kira-kira Hoseok sembuh? Aku bahkan belum ngeliat ia membuka matanya", tanya Eunri pada Hyerim di dalam kamar inap Hoseok.

Mereka berdua duduk bersebelahan di samping ranjang Hoseok, Hoseok masih setia melanjutkan mimpinya. Sepertinya begitu.

"Hmm sebenernya Hoseok udah ga bisa disembuhin, Ri"

Mendengar perkataan Hyerim, Eunri langsung menengokkan kepalanya ke kiri dan melihat Hyerim yang menundukan kepalanya.

"Maksudmu apa?", Eunri mulai khawatir

"Ya, Hoseok sudah mengalami kanker hati stadium akhir, dan ini tak ada obatnya. Aku sebenarnya ingin bisa menyembuhkan Hoseok, bagaimana pun caranya. Tapi sayang, cara itu tak ada. Harus kah aku mendonorkan hati ku untuknya??",Hyerim terlihat menahan tangisnya

Eunri langsung memegang tangan temannya, dan berusaha menenangkannya.

"Jangan Rim, kurasa ini semua sudah takdirnya seperti ini. Aku juga sebenarnya sedih, kau tau Rim? Adikku sangat menyayanginya, mungkin melebihi menyayangi ku. Namja ini yang membuat ku selalu melihat adikku tersenyum dan tertawa, bahkan hampir setiap hari dengan tingkah laku konyolnya. Kau bisa bayangkan kan, bagaimana jadinya jika seseorang yang membuat hidupmu lebih baik, pergi meninggalkanmu?", Eunri terus menggenggam tangan Hyerim hingga akhirnya terdengar suara isakan yang tak lain dari Hyerim.

Hyerim menangis, air matanya membasahi telapak tangan Eunri yang masih setia menggenggamnya.

"Aku tau, aku merasakannya, karna aku juga sangat sangat menyayangi Hoseok"

Hyerim mengangkat kepalanya, dan menatap sedih Hoseok yang masih terlelap dengan wajah tenangnya. Tangisan Hyerim makin menjadi saat Hyerim mencoba menggenggam tangan Hoseok yang mulai dingin, entah karna pendingin ruangan atau hal lain.

Eunri memeluk Hyerim dengan erat bahkan Eunri juga meneteskan air matanya, dan mulai membasahi pundak Hyerim. Hyerim tak melepaskan genggamannya dari tangan Hoseok walau Hoseok tak membalasnya. Dan tiba-tiba.....


"Tittttttttttttt"

Suara yang tak ingin ia dengar terdengar di indra pendengarannya, Hyerim melepaskan pelukan Eunri dan berbalik melihat keadaan Hoseok dengan nafas terengah-engah dan sesenggukan yang masih saru terdengar.

"Garis itu?? Hoseok!!!!!! ANDWAE!!!"

Alat pendeteksi jantung tersebut merubah garis-garis yang ada di dalamnya menjadi satu garis lurus, yang terbentang panjang. Tanda makhluk tersebut sudah tak bernyawa.

"Hoseok, andwae!! Yakkkk bangun Hoseok!!!"

Hyerim mengambil alat kejut untuk membangunkan Hoseok kembali, Hyerim terus berusaha dan perlahan banyak suster yang datang ke ruang Hoseok yang membantu Hyerim.

"Kumohon Hoseok, jeball!!"

Hyerim terus mencoba, hingga memasangkan setrum tertinggi pada alat kejut tersebut berharap Hoseok bangun, tetapi hasil mengkhianati usaha. Nihil.

Hyerim terjatuh lemas, sungguh kakinya sangat lemas bahkan untuk berdiri saja. Para suster membantu Hyerim bangun tapi Hyerim menepisnya. Dan malah menangis, ia sungguh menyesal tak dapat menyelamatkan Hoseok.

Eunri sudah terjungkai lemas di pojok kamar, saat melihat Hoseok tak sama sekali membuka matanya, dan melihat Hyerim yang menangis sambil berusaha membangunkan Hoseok. Tapi semuanya sudah berakhir beberapa detik lalu.

Para suster mulai melepaskan selang-selang yang berada di sekujur tubuh Hoseok, Hyerim tak mampu melihatnya, ia masih menangis dalam posisi yang sama.

"Dokter Hyerim kami harus membawa pasien menuju...."

Omongan salah satu suster terpotong setelah Hyerim berdiri dan berbicara dengan mata merah sembabnya.

"Biar aku saja, kalian rapihkan peralatannya saja"

"Baik dokter"

Setelah semua suster keluar ruang inap Hoseok, Hyerim menghampiri Hoseok yang sudah tanpa nyawa.

"Lihat dirimu Hoseok, kau bahkan tetap terlihat seperti malaikat walaupun jiwamu sudah pergi. Tanganmu dingin, bibirmu memucat, berarti saat ku genggam tanganmu tadi kau sudah memberitahuku ya? Kalau kau mau pergi", Hyerim berbicara sambil menahan tangis

"Hoseok kau tau sesuatu tidak?? Saat kau bilang kau sudah melamar kekasihmu, hati ku terasa sakit sangat sakit. Tapi melihatmu seperti ini ternyata lebih sakit. Dan kau tau? Aku...aku mencintaimu Hoseok... naneun saranghae...", Hyerim menangis di samping jasad Hoseok

Eunri berjalan mendekati Hoseok sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan sesegukkan yang masih jelas terdengar

"Hoseok... kau mendengar noona? Noona ingin bilang termakasih, Hoseok telah membuat Eunhyeon lebih bahagia. Gomawo Hoseok...", Eunri mengusap kepala Hoseok

"Hyerim, sebaiknya Hoseok cepat dipindahkan dan segera pulangkan ia ke Gwangju untuk pemakaman, aku akan memberitahu Eunhyeon"

"Ya"

Hyerim baru saja keluar dari kamar inap Hoseok setelah mengantarkan Hoseok ke ruang khusus orang yang sudah meninggal. Tiba-tiba...

"Hyerim!!!!"

Hyerim membalikkan badan dan melihat eomma Hoseok yang sedang berlari kearahnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Hyerim, Hoseok?", eomma Hoseok menangis dan mulai memeluk Hyerim dan Hyerim membalasnya

"Maafkan Hyerim, eomma. Hyerim tak bisa menyelamatkan Hoseok, Hyerim sudah berusaha keras untuk membuat Hoseok hidup kembali, tapii...."

Eomma melepaskan pelukannya

"Hyerim bisa antarkan eomma pada Hoseok?"


"Hoseok akan eomma bawa pulang kembali ke Gwangju dan memakamkannya di sana. Eomma sangat berterimakasih padamu Hyerim"

"Ne eomma..."

"Eomma, saat aku merapihkan barang-barang Hoseok, aku menemukan ini di laci", Hyerim menyerahkan sepucuk surat yang dia temukan

"Hmm terimakasih Hyerim..."

"Hmm eomma Hyerim duluan ne, masih ada pasien yang harus Hyerim periksa", Hyerim pamit dan membungkukkan badannya, lalu pergi memasuki salah satu ruang

Tatapan eomma beralih pada kertas yang diberikan oleh Hyerim, eomma lalu membukanya dan membacanya. Selama membaca, eomma hanya menggumamkan nama 'Hoseok', dan melipat kertas tersebut. Eomma menemukan satu buah cincin di dalam amplop tersebut, eomma hanya tersenyum dan memasukan surat itu kembali.

"Ternyata kamu masih berniat melamarnya"



See you next chapter...

thanks for your voment..

bakal sering update kok

I NEED U HOSEOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang