Louis's pov
Aku sudah mengelilingi kota London hanya untuk mencari Eleanor. Bahkan aku sudah mencari ke Café tempatnya bekerja dan apartementnya tetapi Eleanor tidak ada disana. Aku sudah bertanya pada Danielle, bahkan dia tidak tahu.
Aku sudah menceritakan semua kejadiannya pada Danielle. Tentu saja Danielle marah padaku. Aku membiarkannya saat ia memaki dan menampar pipiku. Menurutku itu tidak masalah karena aku tahu jika aku yang salah.
Kudengar handphoneku berbunyi tanda jika ada telepon masuk.
Danielle called.
Segera kuangkat panggilan dari Danielle.
"Bagaimana? Kau sudah menemukan keberadaan Eleanor?" Tanyaku tanpa basa basi.
"Belum. Bagaimana ini? Hari sudah mulai malam louis tetapi Eleanor belum ketemu juga." Kudengar disebrang sana Danielle menghembuskan napasnya.
Kami sudah mencari dari pukul 10 pagi dan sekarang sudah pukul 8 malam.
"Kita bertemu di taman dekat kampus saja. Kita pikirkan lagi kemana kita harus mencari Eleanor." Ucapku.
Setelah itu, aku langsung melakukan mobilku menuju taman dekat kampus.
Saat sampai, aku langsung memarkirkan mobilku. Aku berjalan menuju taman. Mencari keberadaan Danielle.
Danielle melambaikan tangannya saat aku melihatnya sedang duduk disalah satu bangku.
"Kemana kita akan mencarinya?' tanyaku.
"Aku tidak tahu, Louis. Bagaimana jika kita istirahat terlebih dahulu?"
"Aku tidak bisa, Dan. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Eleanor sekarang. Kita tidak tahu dia berada dimana sekarang. Jika dia dalam bahaya bagaimana? Aku tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi." Ucapku.
Jujur saja, saat ini aku sangat cemas dengan Eleanor. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya.
"Andai saja kamu tidak berpelukan dengan Briana tadi, pasti semuanya tidak akan seperti ini." Ucap Danielle menyalahkanku. Lagi.
Kejadian itu tidak aku sengaja. Awalnya pagi-pagi sekali, seseorang meneleponku dan mengatakan jika Mr. Andrew mengadakan kelas pagi dadakan, setelah itu aku langsung bersiap-siap dan mengirim Eleanor pesan jika aku tidak bisa menjemputnya. Saat aku sampai di kampus, aku bertemu dengan Briana dan dia bilang jika kelas paginya dibatalkan. Aku kesal. Sungguh. Aku sudah terburu-buru agar tidak telat ternyata kelasnya dibatalkan. Setelah itu aku ingin pergi ke apartement Eleanor untuk menjemputnya namun Briana menahanku. Dia bilang jika ia ingin berbicara denganku. Dengan bodohnya aku mengiyakannya. Tadinya aku ingin mengajaknya ke cafetaria namun ia menolak, ia bilang bicara disini saja. Tanpa curiga aku mengiyakannya lagi. Briana mengatakan jika ia sudah putus dengan Max, mantannya. Aku tidak terkejut. Eleanor sudah menceritakan semuanya padaku. Aku hanya mendengarkan Briana berbicara. Tapi saat ia mengatakan jika ia masih menyayangiku dan ingin kembali bersama denganku, aku terkejut bukan main. Apalagi alasan mengapa ia putus dengan Max yang ia berikan padaku. Dia masih mencintaiku. Itu alasan ia dan Max putus. Aku hanya diam sedangkan Briana mulai menangis. Tidak lama ia memelukku. Aku sempat membeku dan tidak membalas pelukannya namun lama-lama aku merasa kasihan dan membalas pelukannya. Banyak mahasiswa yang melihat kejadian ini namun tidak kuhiraukan. Diluar dugaanku, Eleanor melihatnya dan ia salah paham. Aku sudah meneriaki namanya dan memintanya untuk berhenti namun ia tidak mendengarkannya. Aku sempat mengejarnya namun aku kehilangan jejaknya. Eleanor berlari terlalu cepat sehingga aku tidak bisa menyusulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold On
Short Storyaku mencintainya begitupula sebaliknya. namun itu tidak bertahan lama karena seseorang dari masa lalu kami datang menghancurkan semuanya.