Aku mendengar ketukan pintu apartemenku yang membuatku berdecak kesal. Bagaimana tidak? Aku baru saja selesai mandi dan belum memakai pakaian. Jadi, aku mengabaikannya dan mengeringkan rambutku dengan handuk.
"Shit!" Umpatku kesal karena seseorang diluar pintu itu mulai menggedor pintu dengan keras.
Dengan balutan handuk aku berjalan menghentak hentakkan kakiku karena kesal dan membuka pintunya, "Hai." Ucap lelaki curly yang memakai baju kaos putih ini.
Aku memutar bola mataku saat mengetahui bahwa ia adalah Harry sahabatku, "Tidak bisakah kau menunggu sebentar?!" Bentakku yang langsung meninggalkannya di depan pintu.
Kudengar suara pintu yang kembali ditutup oleh Harry, "Mengapa kau terlalu cepat pulang dari pesta?" Tanya Harry yang berjalan mengikutiku kedalam kamar.
Aku membuang nafas dengan kasar, "Untuk apa aku berlama lama disana jika aku tidak dipedulikan?" Ucapku sembari kembali mengeringkan rambutku dengan handuk.
Harry berjalan kearah tempat tidurku dan duduk diatasnya, "Kau salah. Justru aku kemari karena aku peduli padamu."
Aku memandangnya, "Bagaimana dengan yang lain? Apa mereka peduli?" Ucapku.
"Bahkan mereka bermain tanpa diriku." Sambungku dengan kesal, mengingat Lou, Liam, Niall, dan Zayn tidak mengajakku memainkan permainan bodohnya itu.
"Well, kau awalnya mengatakan bahwa itu adalah permainan bodoh, jadi mungkin mereka berpikir bahwa kau tidak ingin bermain." Ucap Harry.
"Ya aku memang berpikir itu permainan bodoh. Permainan mengoper satu lembar kartu menggunakan bibir dari satu orang ke orang yang lainnya dalam lingkaran." Ucapku.
Aku berjalan ke depan cermin, "Sejujurnya aku ingin mengikutinya, namun aku tidak ingin duduk disamping Naughty Boy. Bagaimana jika kartunya terjatuh dari bibirku?" Sambungku.
"Jadi kau ingin duduk disampingku?" Tanya Harry yang tersenyum dan memandangku dari pantulan cermin.
"Well, setidaknya duduk disamping kau, Lou, Liam, Niall, dan Zayn tidak seburuk itu." Ucapku menyebutkan nama sahabatku satu persatu.
Aku memandang Harry dari cermin, "Apa yang kau perhatikan?" Tanyaku.
"Your ass." Jawab Harry yang membuatku memutar bola mataku.
Harry bangkit dari duduknya dan menghampiriku yang berada di depan cermin. Kemudian ia memelukku dari belakang, "Let's play!" Ucap Harry yang membuatku mengerutkan keningku.
"Play what?" Tanyaku heran.
"Play something that will make you feel better." Ucap Harry lalu mengecup pipiku.
"Oh Harry, aku sedang berada di mood yang tidak bagus." Ucapku.
Oke, sejujurnya aku dan Harry memang lebih dari sahabat, kurasa kami saling mempunyai perasaan satu sama lain semenjak kami melakukan hal itu. Namun, aku dan Harry belum pernah mengatakan perasaan yang masih terpendam itu sekalipun.
"Maka karena itu aku ingin membuat mood-mu bagus." Ucap Harry yang langsung memutar tubuhku untuk menghadapnya.
Harry mencium bibirku dan menggigit bibir bawahku. Spontan aku menutup mataku dan membuka mulutku kecil untuk memberinya jalan. Sementara jari jariku tenggelam di dalam rambut ikalnya yang lembut ini.
Harry melepaskan handuk yang membaluti tubuhku dan bermain dengan kedua payudaraku. Kemudian, ia mengangkatku ke pinggangnya. Aku melingkarkan kakiku di sekitar pinggangnya sambil membalas ciumannya yang lembut ini. Ciuman harry turun menuju leherku. Ia menggigit dan menghisap leherku, membuat beberapa jejak tertinggal disana.
Kaki Harry melangkah dan tiba tiba ia menghempaskanku di kasur. Aku menontonnya membuka baju kaos putih dan skinny jeansnya. Aku tidak tau mengapa ia selalu terlihat seksi dan panas dalam keadaan rambut yang berantakan. Kemudian, aku memandang Harry hanya mengenakan boxer hitam ketat dan sedang mengambil satu foil kondom di saku celananya.
"Kau ingin memasangkannya?" Tanya Harry menaikkan kedua alisnya.
"Kau yang menginginkannya, bukan aku." Ucapku yang membuat Harry memasang muka datarnya, aku terkekeh.
Dalam hitungan detik, Harry melepas boxernya dan membuka bungkusan foil itu dengan giginya. Aku selalu berpikir bahwa ia selalu ingin membuatku kehilangan nafas saat ia melakukan suatu hal dengan mulutnya itu.
Dan dengan segera aku diperlihatkan pada Harry yang memasangkan kondom di penisnya. Aku selalu menahan nafasku saat ia memasangkan benda itu pada penisnya. Entahlah--aku tidak bisa berkata bahwa sesuatu yang ada pada diri Harry terlihat kecil. Itu salah. Salah besar.
Harry menumpukan berat badannya pada kedua tangannya dan menatapku. Ia memposisikan penisnya dan mulai mendorong masuk. Sontak tanganku yang bebas langsung mencengkram lengannya kokohnya itu.
"Ahh Harry.." Desahku ketika ia memenuhiku.
"You're so tight y/n.." Ucapnya dan mulai menggerakkan pinggulnya.
Harry memompaku dan menenggelamkan wajahnya di bahuku. Sesekali ia menggigit leherku, aku dapat mendengar desahannya yang seksi itu dengan jelas setiap ia memompa masuk.
"Nghh..ahh.." Desahku.
Harry menggigit telingaku kecil, "Pelankan suaramu, kau akan membuat tetanggamu terbangun." Ucapnya berbisik di telingaku.
Kurasakan milikku mulai berkedut, "Ahh..Harryyyy.."
Harry mempercepat temponya, "Hold on baby.."
Aku menggigit bibirku untuk menahan keributan yang akan kuperbuat, "mphh.."
"Ahhh..y/n." Desah Harry dengan suara seraknya, saat kami serentak mencapai klimaks.
Harry mengeluarkannya dariku dan berbaring disampingku. Aku mencoba mengatur nafasku yang tidak beraturan.
"Hey.." Ucap Harry yang membuatku memandangnya, kulihat kening Harry berkeringat.
"I love you y/n." Ucap Harry dan mengecupku bibirku lama kemudian memelukku.
***
Woaa, sorry if this chapter is bad? We have Niall for next chapter!
Vote and comments!
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY GIRL [1D]
RomanceJust something like smuts or dirty imagine book. This book going private as soon as possible. So, read this book before it going private babe and don't forget to leave ur vote or comments! Warning! Don't be horny if u read this book! Written in baha...