3. I want you. (LP)

15.5K 122 3
                                    

Aku melangkahkan kaki memasuki lift untuk menuju lantai bawah. Ini jam makan siang dan aku memilih makan di luar dibandingkan restoran yang ada di perusahaan ini.

"Hey, y/n! Mr.Payne mencarimu." Ucap Cole, bendahara di perusahaan ini.

"Aku? Untuk apa dia mencariku? Bukankah ia sudah pindah ke perusahaan lain?" Tanyaku bingung.

Ya, Mr.Payne adalah mantan ceo perusahaan ini. Aku menjabat sebagai sekretarisnya selama ia berada disini. Namun, ia pindah ke perusahaan lain yang kuyakini memberikan untung lebih padanya untuk bekerja menjadi ceo disana. Sekarang aku masih menjadi sekretaris, namun dengan ceo yang lebih tegas, dan itu menyebalkan.

"Aku tidak tau, ia menunggumu di luar." Ucap Cole yang kemudian berlalu meninggalkanku.

Aku berjalan menuju pintu keluar dan menemukan Mr.Payne keluar dari mobilnya untuk berjabat tangan dengan Mr.Barnard, ceo perusahaanku saat ini.

"Hey, y/n!" Panggil Mr.Payne.

Aku menghampirinya yang berada disamping Mr.Barnard, "Yes, Mr.Payne?"

"Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku akan menjemputmu?" Ucap Mr.Payne.

"Sejak ka-" Ucapanku dipotong oleh Mr.Payne, "Okay, aku membutuhkannya untuk mengerjakan sesuatu di kantorku untuk sementara waktu." Ucap Mr.Payne pada Mr.Barnard.

"Tapi pekerjaanku masih belum selesai." Ucapku memandang Mr.Payne dan Mr.Barnard bergantian.

"Oh, tidak apa. Aku akan menyuruh karyawan yang lain untuk mengerjakannya." Ucap Mr.Barnard padaku.

"Baiklah, terimakasih atas izinnya Mr.Barnard." Ucap Mr.Payne dan membuka pintu mobilnya untukku.

Aku memasuki mobil Mr.Payne, begitupun dengannya. Kemudian, supirnya melajukan mobil ini, "Maaf Mr.Payne, apakah kita telah merencanakan ini sebelumnya?" Tanyaku bingung, karena kurasa aku belum membuat janji apapun dengannya.

"Oh, kau tidak perlu khawatir dengan pekerjaanmu. Bukankah kau mendengar apa yang dikatakan Mr.Barnard?" Ucap Mr.Payne.

Aku terdiam dan hanya mengikuti perkataannya karena ia adalah seorang ceo. Aku yakin Mr.Barnard memperbolehkanku pergi karena ia tidak mau kerjasama perusahaannya dengan Mr.Payne menjadi hancur, mengingat Mr.Payne adalah salah satu ceo muda terkaya di negara ini.

Setelah sampai di perusahaannya, aku mengikuti Mr.Payne menaiki lift dan menuju ruangannya. Ruangan Mr.Payne di hias dengan paduan warna putih dan hitam.

"Kemarilah." Ucap Mr.Payne padaku yang membuatku mendekatinya.

Mr.Payne membuka pintu itu dan mataku menemukan ruangan putih dengan banyak buku, kurasa ini adalah ruang bacanya. Terlihat sebuah lemari besar berwarna putih di sudut dinding. Mr.Payne membuka lemari itu, ia menyingkirkan bajunya yang digantung di dalam lemari itu. Aku melihatnya melakukan fingerprint di alat itu. Kemudian bagian dalam lemari itu terbuka dan menampilkan sebuah ruangan. Ruangan rahasia.

Mr.Payne merangkul pinggangku yang membuatku sedikit terkejut, kemudian ia menggiringku masuk kedalam ruangan itu dan menutupnya kembali. Aku menyapukan pandanganku di ruangan ini. Ruangan ini terlihat seperti sebuah kamar. Aku menemukan sebuah sofa dan sebuah tv besar yang menempel di dinding. Sebuah kulkas besar yang bersandar di dinding, bahkan sebuah tempat tidur besar dengan dua meja di setiap sisinya. Ruangan ini dihiasi dengan lampu kuning redup yang menambah kesan mewahnya.

Aku memandang Mr.Payne yang melepaskan dasi dan jasnya lalu meletakkanya diatas sofa, kemudian ia berjalan kearahku, "Maafkan aku Mr.Payne, tapi ini tidak terlihat seperti ruangan... pekerjaan?" Ucapku bingung.

Mr.Payne meletakkan kedua tangannya di pinggangku dan menghilangkan jarak diantara kami, "I want you." Ucap Mr.Payne yang kemudian meremas bokongku dengan kedua tangannya.

Aku terkejut dengan perlakuannya, "Uhm, maaf Mr. Payne, tapi b- bagaimana jika kekasihmu mengetahuinya? Bagaimana jika ada seseorang yang tau? Bagaimana-"

"Shhh.. shh.." Ucap Mr.Payne yang mengisyaratkanku untuk diam, "Pertama, aku tidak memiliki kekasih. Kedua, tidak akan ada yang tau karena ruangan ini kedap suara. Ketiga, aku menginginkanmu." Ucapnya mengulangi keinginannya.

Aku membungkam karena jarak wajahku dengan Mr.Payne hanya sekitar dua sentimeter. Namun, Mr.Payne kembali menghilangkan jarak diantara kami, ia menempelkan keningnya padaku dan membuat hidung kami bertemu. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang bersatu denganku.

Mr.Payne menciumku, ia meremas bokongku dan mencoba masuk kedalam mulutku. Aku menutup mulutku rapat, lalu Mr.Payne menggigit bibir bawahku yang membuatku mendesah kecil. Ia menggunakan kesempatan itu untuk masuk ke dalam mulutku dan mengakses gigiku satu persatu. Lama kelamaan aku tidak bisa menahan keinginanku untuk membalas ciumannya. Aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku. Namun, aku membalas ciumannya.

Mr. Payne melepaskan ciuman kami dan menyeringai, "Just call me Liam." Ucapnya dan aku membalasnya dengan anggukan.

Ia kembali menciumku. Ciuman kali ini lebih panas dari yang sebelumnya. Mataku tertutup karena menikmati ciuman yang diberikannya. Mr.Payne memegang ujung dressku dan mengangkatnya melewati kepalaku. Ia kembali menciumku, ciuman ini menjadi panas dan basah.

Mr. Payne mengangkatku dan menghempaskanku ke kasur. Ia kembali menciumku, tanganku mencoba untuk membuka kancing kemejanya dan aku berhasil melakukannya. Mr.Payne melepaskan kemeja putihnya dan melemparnya ke sembarang arah. Ia melepaskan ciuman kami. Kemudian, ia melepaskan kedua heels-ku dan juga melepaskan celana dalamku.

Ia berjalan ke tepi ruangan dan membuka sebuah laci, terlihat bahwa ia mengambil satu foil kondom dan kembali menutup lacinya. Ia kembali berjalan kearahku, melepaskan celananya dan menariknya turun selutut kemudian memasang kondom di penisnya. Aku menelan ludahku karena miliknya benar benar besar. Aku tidak tau apa aku sanggup menghadapinya atau tidak.

Mr.Payne menaikiku, menumpukan berat badannya pada kedua tangannya dan kembali menciumku. Ia melepaskan kaitan bra-ku dan melemparnya ke sembarang arah. Ia menggigit dan menghisap leherku kemudian ia meremas dan menghisap kedua payudaraku bergantian. Tanganku tenggelam di dalam rambutnya dan menjambaknya karena menikmati sentuhan yang ia berikan padaku.

"Hmhh..Mr..." Desahku karenanya.

Ia menghentikan aktifitasnya sejenak, "It's Liam." Ucapnya kemudian mencium bibirku kembali.

Ia mendorong masuk ke dalamku, "Ahh.." Desahku karenanya, kemudian ia memompaku.

"Mphh..mhh." Desahku lagi karenanya.

Tangannya kembali bermain di payudaraku, membuatku kembali menjambak kecil rambutnya karena sesuatu yang ia perbuat, "Ahh..fasterr..Mr."

Ia tidak mempercepat temponyaa, "Ahh..fas..terr.." Pintaku lagi.

Namun, ia masih tidak mempercepat temponya, "Liam..fasterr.." Ucapku dan kemudian mempercepat temponya.

Kurasakan aku sudah dekat dan Liam masih memompaku dengan cepat, "Ahh..Liam.." Desahku ketika mencapai klimaks.

Liam masih memompaku empat kali sebelum ia juga mencapai klimaks, "Ohh.. y/n.." Desah Liam ketika mencapai klimaksnya dan mengeluarkannya dariku. Kemudian, ia berbaring di sampingku.

***

15++ Vote for next chapter??

BABY GIRL [1D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang