Pak boss

106 10 5
                                    

Ruang kerja kuhh

"Astagfirullah, ada ya lelaki seperti pak Bagas itu. Orangnya suka marah-marah. Nggak bisa apa sopan sedikit sama karyawannya!? Kesel kan aku jadinya." Ucapku kesal

"Eh ya Allah maafkan Isma. Tidak seharusnya Isma berbicara seperti itu. Isma harus bisa mengerti serta menerima sikap pak Bagas." Sontak aku sadar dari godaan satanic yang terkutuk.

Waktu begitu cepat rasanya. Kini jam yang mengitari pergelangan tanganku telah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Aku tidak sadar bahwa sekarang sudah petang, mungkin karena aku terlalu fokus dan pekerjaanku hari ini lumayan banyak, belum skripsi ku. Jadi, malam ini aku lembur.

Tidakkkk!!!

"Aduh kerjaanku belum selesai, skripsi ku juga." Desah aku kesal

"Fatimah maafkan kakak, kamu jadi sendirian lagi dirumah." Teringat ku pada Fatimah.

Waktu kini menunjukkan pukul 22.00 WIB. Ku beristirahat sejenak dengan meluruskan kakiku di atas lantai.

"Aduh, pegal sekali kaki ku. Perlu di urut nihh."

"AHA! Untung aku bawa G*U. Tinggal digosok terus pijat deh. Adem rasanya." Menikmati sedikit demi sedikit urutan oleh tanganku sendiri.

"HEI! Siapa kamu disana?" Teriak seseorang yang kini berjalan menuju ruangan ku. Ya, siapa lagi kalau bukan pak Bagas. Dia sering keliling-keliling kantor setelah semua karyawan pulang karena, takut ada seseorang yang masuk diam-diam kedalam kantor.

"Eh pak, gimana kabarnya? Sehat?" Ucapan basa-basi kini keluar dari mulutku.

Aku tidak mau pak Bagas datang langsung marah-marah padaku karena, aku belum selesai mengerjakan tugas yang ia berikan. Aku harap dia dapat mengerti dengan keadaanku yang sibuk dengan skripsi ku ini.

Tapi nyatanya salah, dia malah marah besar. Ya aku hanya bisa berkata 'maaf' padanya.

"Kamu bukannya buru-buru beresin pekerjaanmu malah enak-enakan selonjoran di lantai. Ini jam berapa? Mau sampai pagi kamu disini?" Bentak dia padaku.

"Maaf pak, pekerjaan saya hari ini banyak. Belum lagi skripsi saya. Kaki saya pegal sekali, jadi saya istirahat sejenak untuk meluruskan badan serta kaki saya ini pak." Ucapku lemah mungkin karena aku capek.

'Subhanallah. Wanita ini semangat sekali kerjanya.' batin Bagas terharu.

Sebenarnya Bagas lembut juga orangnya, baik, tampan tapi, dia lebih suka marah-marah karena, dia takut jika ada karyawan wanita yang menyukainya. Kan dengan marah-marah seperti ini, semua karyawan wanita menganggap bahwa dia itu lelaki yang kasar. Caelah 😂

Tapi sepertinya tidak dengan Isma. Walaupun dia kesal dengan sikap pak Bagas tapi, dia sangat menghargai dan selalu lembut kepadanya karena, pak Bagas adalah atasan Isma di kantor. Ya walaupun pak Bagas sering sekali membentak Isma.

"Kamu Isma kan?"

"I.. iya pak." Ucapku gugup karena takut.

"Kamu itu seorang wanita. Karyawan wanita yang lainnya sudah pulang dari tadi. Kenapa kamu keras kepala untuk mengerjakan tugas ini sampai larut malam? Nanti kalau sakit bagaimana?" Ucapnya lembut sambil membereskan berkas-berkas kantor dan memasukannya ke dalam tasku.

Deg!

"Bapak?" Ucapku bingung.

'Subhanallah pak Bagas ternyata lembut sekali orangnya. Sudah tampan, lembut. Tapi, kenapa dia suka marah-marah jika dalam jam kerja?' tanya batinku

"Astagfirullah" ucapku pelan

"Sudah, kamu jangan ge-er begitu. Saya ini meminta kamu untuk pulang karena, saya takut kalo besok kamu nggak kerja karena sakit, terus urusan kantor gimana? Kan repot. Pekerjaan kamu banyak lagi. Lelet banget sih kerjanya." Ucapnya dengan nada tinggi lagi dan lagi. Karena terpaksa takutnya salah paham.

'Isma Isma, kamu ini kaya anak zaman sekarang aja 'baper'. Tidak mungkin pak Bagas perhatian sama kamu Ismaaa. Aduhh ukhti ukhtii.' batinku sadar.

'Maaf Isma. Selama ini aku tidak bermaksud untuk menyakiti dan membentak mu. Aku hanya tidak ingin ada kesalah pahaman karena aku bersikap lembut padamu dibanding kepada karyawan lain. Kamu wanita Sholehah yang aku temui di kantor tante ku ini. Kamu cantik, kamu baik." Lukisan kecil yang kini tergambar di wajahnya Bagas.

"Bapak, pak, mahsya Allah ngelamun si bapak. Bismillahirrahmanirrahim. BAPAK!!" Teriakku ke telinga pak Bagas.

"Aduhh Ismaaa. Sakit telinga saya, kamu berani tanggung jawab kalo telinga saya budek?" Sontak dia kaget. Kini lagi-lagi bentakan yang didapat oleh ku.

"Maaf pak, habis tadi bapak ngelamun, saya sudah manggil bapak berkali-kali tapi, bapaknya tidak dengar. Maaf ya pak."

"Emm.. yasudah saya mau pulang dulu ya pak. Assalamu'alaikum." Ucapku langsung pergi.

"Tunggu.."

"Saya anter kamu, lagian ini udah malam. Kamu kan seorang wanita."

"Hah? Tidak usah pak, saya bisa pulang sendiri kok pak. Terimakasih sebelumnya pak." Senyumanku kini terlukis di wajahku.

"Jangan kaya batu kamu. Ayo ikut saya." Titahnya

"Tapi pak say-"

"Udah jangan banyak omong kamu. Orang mau beramal aja kamu tolak. Dosa kamu" Bentak lagi dia padaku.

"Yasudah pak, maaf."

Kini aku dan pak Bagas pergi menuju tempat parkiran, diamana tempat parkir itu terdapat mobil yang cukup bagus menurutku. Ya, itulah mobil pak Bagas.

"Ayo naik! Bisa buka sendiri kan?"

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Kebiasaan kamu. Ayo cepet naik."

"I..iya pak." Kunaiki mobil itu dengan hati-hati, lalu kududuki kursi yang kini membuatku nyaman sekali.

'Aduh aku tidak pernah berada di dalam mobil berdua seperti ini. Tapi ini 'madorot' ya Allah. Maafkan aku. Jika aku sendiri 'apakah ada angkutan umum jam segini?' tidak mungkin aku jalan, rumahku kan jauh. Yasudah lah bismillah saja, semoga tidak ada syaiton yang membuat napsu baik kepadaku ataupun pak Bagas. Aamiin.

************************************

Gimana ceritanya?

Vomment jugaaa

Terimakasih 😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pegang Erat Tangan Ku, Bu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang