Bismillah

129 11 7
                                    

Alhamdulillah, shalat Dzuhur usai sudah ku kerjakan. Ku berdo'a pada sang Ilahi agar ibuku secepatnya mendapatkan donor ginjal.

Aku tak dapat menahan lagi. Tak dapat menahan air yang kerap membendung di mataku. Ya Allah aku tidak tega melihat ibu dalam kondisi seperti ini. 😭😭

"Yaa Rabb, tiada Tuhan yang aku sembah melainkan engkau. Tiada tempat untuk aku meminta selain padamu ya Allah. Hamba yakin, engkau tidak akan membebani seorang manusia diluar kemampuannya. Ya Rabb, berikanlah hamba petunjuk, berikanlah hamba kemudahan serta kesabaran untuk menghadapi semua cobaan ini ya Rabb. Sehatkanlah ibu hamba, angkat penyakit yang ada di tubuhnya, agar hamba dapat berkumpul kembali bersamanya.
Aamiin yaa rabbal'alamiin." Do'a ku

Tak lama, sosok anak yang tadi sempat menakutiku, kini ia menghampiriku dan bertanya padaku.

"Kakak. Kakak kenapa nangis?" Tanya dia

"Hah? Kakak tidak apa-apa dek." Jawabku sambil menghapus air mataku yang kini telah membasahi wajahku

"Oh iya kak, ngomong- ngomong kakak belum tau kan nama aqoh?" Tanya dia padaku

"Oh iya belum Adek." Jawabku sambil menepuk keningku

"Nama qoh Devan kak, aku duduk di kelas 3 SD. Rumahku di jalan Indah komplek A. Kalo kakak mau main ke rumah ku dateng aja ya kak, pintu rumahku selalu terbuka untuk kakak cantik. Sayangnya, aku ngga punya siapa-siapa, aku kan anak tunggal kak." Jelas dia pada ku dengan raut wajah masam.

"Kamu ini! Tidak boleh ngomong begitu. Seharusnya kamu bersyukur, walaupun kamu tidak punya seorang kakak kamu kan masih mempunyai seorang ayah dan ibu yang begitu sayangg sama Devan." Jelasku padanya

"Emm, iya kak maafkan aqoh. Kini aku bersyukur kok, Allah telah memberiku orang tua yang sayang padaku." Jawabnya riang

"Nah begitu dong hantu kecilku! Yasudah ayo kita kembali ke ruangan ibumu, kakak antar kamu kesana." Ajakku padanya sambil melangkahkan kaki ku keluar masjid.

"Eh tunggu!" Ucap Devan tiba-tiba.

"Kenapa dek?" Tanya ku penasaran

"Tadi kakak bilang apa? Hantu kecilku?" Tanya dia padaku.

"Upss!!!" Sontak tanganku menutup mulut

"Ihhh kakak, na aqoh sentil ya? Jahadd kakak padakuhh." Ucapnya marah dengan logat alaynya

"Yahh maaf Adek manis, jangan getoh dongss maafkan kakak cantik mu ini 😢" pintaku. Eh, ngomong-ngomong kok aku alay ya? Ini anak juga alay!?Huh, jadi kebawa alay deh aku sama ini anak kecil. Tapi gapapa sekali-kali, hehe.

"Yaudah kali ini aku maafin kakak, tapi inget yup kalo kakak masih panggil aku begituan, gatau ah aku pundung." Pintanya padaku

"Iya adik manis, kakak janji." Jawabku

"Nah gitu dongs. Enak kan dengernya kalo aku dipanggil adik manis." Jawabnya senang

"Yasudah ayoo kak, kita pergi ke ruangan ibuku." Ajak dia padaku

Kulangkahkan riang kakiku dengan sosok anak kecil yang bernama Devan ini. Dia lucu, dia telah membuat hatiku kini senang kembali. Bersyukur aku bertemu dengannya, ya walaupun dengan cara menakutkan hehe.

********

Ruang Anggrek 02

Yup! Itulah ruangan dimana ibunya Devan dirawat. Ruangannya nyaman sekali, tidak seperti ruangan ibuku, yang dalam 1 ruangan itu berisi beberapa orang. Tapi tidak apa-apa, yang aku inginkan sekarang hanya ibu segera lekas sembuh.

"Assalamu'alaikum, mih" panggil Devan pada ibunya.

" Wa'alaikumsalam, eh anak mamih udh pulang dari masjid." jawabnya lirih

"Aku bawa siapa coba?"
"Kamu bawa siapa, nak?"

"Assalamu'alaikum. Kenalin tante. Saya Isma, temannya Devan, kebetulan tadi bertemu di masjid." Kenalku sambil mencium punggung  tangannya ibu Devan. Aku tidak berani mengatakan padanya bahwa anaknya tadi sempat menakutiku.

"Wa'alaikumsalam, ohh terimakasih ya nak, sudah menemani dan mengantar Devan kemari."

"Iya tante sama-sama. Em, yasudah Isma mau pergi dulu ya tante. Assalamu'alaikum" Ucapku sambil mencium punggung tangan ibu anak kecil itu.

"Iya hati-hati Isma. Wa'alaikumsalam."

******

Waduh.. kriuk kriuk yaa ceritanya?
Maaf hehe.

Terus ikuti ya dan jangan lupa vote and comment Ok. 😊


Pegang Erat Tangan Ku, Bu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang