Ikhwan

130 17 6
                                    

Kini, terbitlah mentari di pagi hari menghiasi ku seperti sosok ibu yang selalu bersamaku. Untung saja, hal yang tadi sempat aku alami itu hanya sekedar mimpi buta ku di senja hari. Jadi teringat aku dengan ucapan ibu...

'nak, kamu harus belajar. Biasakanlah sesudah shalat tahajud itu hendaklah membaca Al-Qur'an, dan satu lagi janganlah kamu tidur setelah melaksanakan shalat subuh. Itu tidak baik, nak!'. Lamunanku teringat perkataan ibu.

"Iya ya bu. Begini deh alhasilnya jika aku tertidur dipagi buta." Pikirku sambil terkekeh pelan.

******

Pukul 08.00 WIB.

Tibalah aku di universitas Inayah. Tempat dimana aku mencari ilmu. Tak lama, ada seseorang memanggilku dari belakang.

"Assalamu'alaikum, Ismaaa". Sapa Ifah padaku

Yup!! Arifah Nur Azizah, biasa disapa Ifah. Dia adalah sahabatku, sejak dari SMA dia selalu bersamaku hingga saat ini pun kami tetap bersama.

"Wa'alaikumsalam, Ifah". Sapaku padanya dengan lukiskan raut wajah sedih diwajahku.

"Mahsya Allah ukhtii ku, ada apa denganmu? Sepertinya ada masalah, ya? Ceritalah padaku Isma." Tanya dan pinta Ifah padaku

"Nanti saja ya Fah, udah mau masuk nih." Jawabku padanya.

"Iya iyaa. Tak apa".

Lamanya aku berada dikelas, memperhatikan seseorang yang membuat aku tak bisa berkata apa-apa. Ya, ibu Syifa. Beliau adalah seorang guru yang baik hati, yang dapat membawa semua siswanya masuk kedalam dunia materi yang ia ajarkan.

Wushh!!!

Belajarpun usai sudah. Aku berniat untuk menceritakan cerita ku pada Ifah. Kisah sedih, takut, yang tadi ku alami didalam mimpi. Namun entah kenapa batinku rasanya tidak enak. Hingga aku memutuskan untuk tidak bercerita kepada sahabatku, Ifah.

'kok aku kepikiran ibu' batinku.

'Apa jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi pada ibu?' tanyaku pada diriku sendiri

Aku langsung bergegas pulang, kulangkahkan kakiku dengan cepat. Hingga sampai aku di dekat rumahku, seseorang memanggilku..

"Ismaaa". Ucap wanita itu
"Iya ibu ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku
"Bukan ma, i.. it..Itu ibumu masuk rumah sakit." Ucap wanita itu terengah-engah
"Astagfirullah.. ibuku? Masuk rumah sakit?" Sontak aku kaget
"Iya ma, sekarang ada di RS. Mitra kasih, yasudah ibu pergi dulu ya ma." Kabar dari wanita itu, lalu pergi
"Iya ibu terimakasih". Ucapku lirih

'Bu, kenapa ibu bisa masuk rumah sakit sih, bu? Jangan tinggalkan aku Bu, jangan jadikan mimpiku tadi menjadi kenyataan. Aku tidak mau Bu, aku tidak sanggup jika aku kehilanganmu. Ya Allah, jangan kau ambil ibuku, biarkanlah beliau hidup untuk mengisi hari-harinya denganku. Hamba mohon ya Allah.' Ucap batinku, sambil ku berjalan seribu langkah menuju rumah sakit.


************

Rumah sakit.
Tempat dimana ibuku berbaring dan tertidur pulas, dengan dibalut selimut panjang yang menutupi kaki hingga sampai bagian tangannya.

"Fatimah." Teriakku meneteskan air mata 
"Kakakkk..." Tangis Fatimah memelukku
"Suttt, jangan menangis dek, kita harus berdo'a semoga ibu baik-baik saja." Tenangku pada Fatimah. Sebenarnya aku tidak kuat menahan air mata ini, melihat Fatimah menangis rasanya aku juga ingin mengeluarkan air yang sudah menggenang di mataku.

"Kakak, ibu tidak apa-apa kan kak?" Tanya Fatimah.

"Insya Allah dek, ibu tidak apa-apa. Tapi, kamu tahu dari mana ibu masuk rumah sakit?" Jawabku sekaligus tanyaku pada Fatimah.

"Tadi ada tetangga kita yang ngasih tau Fatimah bahwa ibu masuk rumah sakit kak." Jawab adikku

Tak lama dokter pun datang menghampiriku...

"Saudari Isma!?" Panggil dokter
"Iya dok, saya Isma."
"Mari ikut keruangan saya!"
"Baik dok."

***

"Em... Gimana dok keadaan ibu saya? Beliau sakit apa?" Tanyaku penasaran

"Maaf Isma, ibu anda mengalami gangguan pada ginjal, sehingga harus segera dilakukan operasi donor ginjal. Jika tidak segera melakukannya, maka akan membahayakan nyawa ibu kamu, nak."

"Astagfirullah ibuu". Air mataku jatuh membasahi wajahku

"Ayo dok, lakukanlah yang terbaik untuk ibuku. Masalah biaya, nanti saya yang menanggungnya." Pintaku pada dokter

"Tapi Isma, di rumah sakit ini tidak ada ginjal yang cocok untuk ibumu. Jadi saran saya segeralah kamu mencari ginjal yang cocok untuknya."
Saran dokter padaku

"Emm.. dokter jika ginjal Isma cocok, ambil saja ginjal Isma dok."

"Kamu yakin? Tapi ini bahaya untuk anak se-usia mu Isma."

"Tidak apa-apa dok, insya Allah Isma siap."

"Emm.. yasudah besok kamu cek kesehatan, juga cek apakah ginjal kamu cocok dengan ginjal ibumu atau tidak". Perintah dokter padaku
"Baik dok." Jawabku

Harus bagaimana lagi, ini adalah satu satunya cara untuk bisa menyelamatkan ibu. Isma rela, Isma ikhlas memberikan salah satu ginjal yang Isma punya pada ibuu. Bertahan ya buu...

-----------------------------------------------------------

Bagaimana ceritanya?
Bantu yaa supaya saya dapat menyelesaikan cerita iniii

Jangan lupa vote dan comment kawan 😘😘

Oh iya, saya mau tanya.
"Akankah kalian bisa seperti Isma yang ikhlas memberikan salah satu ginjal nya untuk sosok yang selama ini kamu cintai?"

Ayooo jawab. Heheh 😊

Pegang Erat Tangan Ku, Bu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang