2

4.3K 246 9
                                    

Al keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai.

Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh, Norman berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Al masih menimbulkan memar-memar di sana sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati,

"Bagaimana dia?" tanya Al dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan... Anda sendiri Tuan Al, anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan perempuan itu..."

Al melirik pada Norman dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah,

"Tadinya aku berniat membunuhnya."

"Kalau begitu kenapa anda menyelamatkannya?"

Al membalikkan tubuhnya dan menatap Norman dengan mata menyala-nyala,

"Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati," mata cokelat Al bagaikan berbinar di kegelapan, "dan kau...Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"

Norman menatap Al, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar, "Saya tidak sengaja membiarkannya lolos."

"Kau pikir aku bodoh?" suara Al menajam, setajam tatapannya, "Kau adalah pengawalku paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya gadis itu, kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya."

Norman menelan ludahnya, "Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita."

Al melempar handuknya dengan marah ke sofa,

"Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku, dengarkan ini baik-baik Norman," suara Al dalam dan mengancam, "sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat aku bisa!"

Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji Iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.

***

Ketika Yuki terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya, dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal." Suara Al membawa Yuki kembali pada kesadarannya.

Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Al sedang duduk di tepi ranjangnya, Yuki beringsut sejauh mungkin dari Al dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Al,

"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?" nada gelipun tersamar dalam suara Al.

Kurang ajar. Batin Yuki dalam hati. Dia berjuang meregang nyawa, dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya.

Tetapi, apakah benar Al yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Al sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?

"Ya aku memang menyelamatkanmu," Al bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Yuki, "tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."

Yuki menatap Al geram,

"Apa maksudmu?"

Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Yuki bergidik dan beringsut menjauh.

"Aku tidak suka bercinta dengan mayat," Senyum di bibir Al tampak kejam, "kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."

Ketika Yuki menyadari maksud Al, sudah terlambat, lelaki itu mencengkeram kedua lengannya dengan satu tangan.

Mrs. & Mr. ALKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang