6

4.7K 288 41
                                    

Entah berapa jam proses operasi yang
menyiksa itu dan Al duduk di sana dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa. Norman masih menungguinya di sana, sementara Serena sudah berpamitan, karena puteranya membutuhkannya. Serena bilang akan kembali besok pagi.

Lalu terdengar tangis bayi. Tangis
bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya.

Al terkesiap dan saling berpandangan
dengan Norman, tubuhnya makin menegang. Apakah itu suara anaknya?

Tiba-tiba lampu menyala hijau, dan
seorang perawat keluar, memanggilnya, "Tuan Al Raveno."

Al diajak masuk ke ruangan dalam di
bagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang operasi,

"Ini putera anda tuan Al, kami
menunjukkannya sebelum dia dibawa ke kamar bayi."

Bayi itu menangis begitu keras,
seolah-olah memprotes kenapa dia direnggut dari kehangatan yang nyaman di perut ibundanya ke dunia yang penuh mara bahaya ini.

Al mengamati bayi itu dengan takjub,
makhluk kecil tak berdaya itu, yang selama ini tumbuh di perut Yuki, darah dagingnya, yang tumbuh dari percintaannya dengan Yuki. Makhluk itu begitu tak berdaya, dan ingatan bahwa Al memusuhinya dulu terasa begitu konyol.

Anak laki-laki ini anaknya. Buah
cintanya dengan Yuki.

Perawat itu menunjukkan alat kelamin bayi itu, anak laki-laki yang sehat. Dan wajahnya itu, yang bahkan sudah menunjukkan kemiripannya dengan seluruh keturunan Raveno, lalu membawa sang bayi ke ruangan khusus.

Sejenak Al masih tertegun di sana,
lalu teringat kepada Yuki. Yuki, bagaimana isterinya?

"Suster," Al memanggil suster itu,
berusaha agar tidak terdengar panik, "Bagaimana dengan isteri saya?"

Suster itu melirik ke ruang operasi,
"Masih belum sadar tuan, kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi waktu-waktu mendatang, Anda bisa menengoknya nanti ketika dia sudah dipindah dari ruangan operasi ke ruangan ICCU." Lalu suster itu pergi meninggalkannya, memaksanya menunggu ke dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.

Kalau dulu, Al pasti akan membentak, memaksa, menggunakan cara kasar agar bisa dituruti kemauannya. Dia ingin melihat Yuki segera! Kenapa para dokter tidak becus itu begitu lama menanganinya???

Tetapi Al menahan dirinya. Tidak.
Mereka sedang menyelamatkan Yuki. Dia tidak boleh mengganggu mereka, karena nyawa Yuki taruhannya.

***

Ruangan ICCU itu sepi, hanya ada Yuki dan suara detak jantungnya yang dimonitor. Yuki masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan dokter tadi, kondisinya masih belum lepas dari kritis.

Al duduk di sana, di samping ranjang
Yuki, mengamati wajah Yuki yang terbaring pucat pasi. Dia pernah mengalami ini sebelumnya dan ternyata Natasha tidak pernah terbangun lagi. Akanlah Yuki
melakukan hal yang sama pada dirinya?

"Kau tidak boleh meninggalkanku Yuki,"

Al menggeram parau, "Kau tidak boleh meninggalkanmu sebelum aku mengizinkanmu, putera kita menunggu di sana, ingin disusui jadi kau harus bangun dan menyusuinya, membantunya tumbuh menjadi anak yang sehat..yang..." suara Al tertelan, menyadari bahwa dia sudah berkata-kata terlalu banyak.

Al lalu menyentuh jemari Yuki dan
menggenggamnya,

"Maafkan aku," bisiknya parau,
"Maafkan aku karena selalu memaksamu, menyakitimu, bahkan ketika kau mengandung anakku, aku tidak pernah memperhatikanmu seperti seharusnya," Dengan lembut Al mengecup jemari Yuki, "Bangunlah sayang, dan akan kutebus semua kesalahanku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mrs. & Mr. ALKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang