3

4.1K 264 13
                                    

Al menggandeng tangan Yuki dengan formal ketika memasuki restoran itu, sang kepala restoran sendiri yang menyapa mereka dan mengantarkan mereka berdua ke meja yang sudah disiapkan.

Al tampak akrab dengan kepala restoran itu, dan Yuki melihat kepala restoran, seorang lelaki Prancis dengan logat Prancis yang kental, sesekali Al berbicara dalam bahasa Prancis yang lancar dan tersenyum menanggapi perkataan kepala restoran itu.

Dari informasi yang pernah di dapat Yuki, ayah Al adalah orang italia dan ibunya keturunan Prancis, mungkin ini sebabnya Al lancar berbahasa Prancis, meskipun itu bukan urusannya. Yuki cepat-cepat mengalihkan pikirannya dari Al.

Ketika kepala restoran itu pergi, Al menarikkan kursi untuk Yuki dan duduk di depan Yuki.

“Restoran ini milik ibuku,” Al menatap kepergian kepala restoran itu, “Francoise adalah asisten ibuku sejak lama, dia mencintai restoran ini seperti mencintai hidupnya.”

Yuki terdiam menatap Al. Orangtua Al juga telah meninggal, itu yang dia tahu, tetapi entah kenapa, informasi tentang orang tua Al itu tersimpan rapat, jauh sekali hingga tidak ada seorangpun yang bisa menggalinya.

Seorang pelayan datang dan Al memesan lagi dalam bahasa Prancis yang fasih. Ketika hidangan pembuka datang, Yuki terpesona dengan tampilannya,

Al menjelaskan bahwa makanan itu adalah L'imperial de saumon marine yang ternyata adalah filet salmon asap. Ditemani dengan creme, potongan jeruk citrun dan roti baggue. Penyajiannya begitu indah, seperti hamparan padang pasir di atas piring lengkap dengan suasana eksotisnya.

Yuki menyuap pertama kalinya dan mendesah, merasakan crème itu meleleh dimulutnya dan menciptakan cita rasa yang bercampur baur antara kemanisan dan kelembutan yang nikmat.

Tak disadarinya bahwa Al menatap ekspresinya itu dengan tatapan kelaparan. Suasana hati Al luar biasa buruknya, hasratnya yang tidak terlampiaskan membuatnya frustrasi luar biasa. Dia amat sangat ingin meledak... di dalam tubuh Yuki.

Al memesan anggur Chardonnay sebagai teman makan mereka, sambil berharap malam ini Yuki sedikit mabuk sehingga mengendorkan pertahanannya. Tetapi pikiran bercinta dengan Yuki dalam kondisi perempuan itu mabuk sama sekali tidak menyenangkannya, dia ingin perempuan itu sukarela, melingkarkan pahanya di tubuhnya, ketika tubuh mereka bersatu. Saat itu akan datang pada akhirnya, kalau Al mau bersabar dan menundukkan perempuan keras ini pelan-pelan.

Hidangan utama datang, yakni Parmentier de canard et son bouquet de verdure, hidangan daging bebek yang dipanggang hingga cokelat muda dan berminyak bersama dengan kentang lembut yang dihancurkan, dan disajikan bersama semangkuk salad. Rasanya luar biasa lezat dengan paduan bumbu-bumbu yang tidak biasa dan khas, membuat Yuki terpesona akan citarasa masakan khas Prancis ini. Pantas saja restoran ini dianugerahi lima bintang.

“Kau menyukainya?” dalam cahaya lampu yang temaram, Al tampak lebih lembut. Garis kejam di bibirnya tampak memudar dan itu membuatnya tampak lebih santai.

Yuki ingin membantah, tetapi tidak ingin merusak suasana indah ini. Terkurung selama berminggu-minggu di dalam kamar terkutuk itu dan sekarang entah kenapa Al berbaik hati membawanya keluar – meskipun dengan pengawalan ketat – Yuki sempat melirik ke arah pengawal-pengawal Al yang berdiri seperti biasa di akses pintu keluar.

Yuki menganggukkan kepalanya. Dia memang sangat menikmati semua ini, bukan hanya makanan – meskipun makanan di rumah Al tidak kalah nikmatnya – tetapi bisa makan dengan pemandangan bebas, bukan pintu kamar dan ruangan yang selalu terkunci sangat menyenangkannya.

“Bagus,” Al bergumam puas, lalu memanggil pelayan untuk menghidangkan hidangan penutup, dan kopi, “Aku ingin gencatan senjata.”

Yuki mengalihkan pandangan tertariknya pada hidangan penutup yang baru datang itu. Itu adalah crème brûlée, hidangan cantik dari krim yang dibakar di permukaan atasnya sehingga membentuk lapisan karamel renyah tapi lembut dibagian bawahnya.

Mrs. & Mr. ALKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang