Chapter 5

16.4K 1.4K 105
                                    

Saat melihat darah yang bercucuran dari tangan Dasom, Chanyeol sama sekali terlihat tak peduli. Ia hanya menatap gadis yang sekarang sudah pingsan itu dengan tatapan muak lalu menyuruh anak buahnya untuk membawa gadis bodoh itu ke rumah sakit.

 Ia hanya menatap gadis yang sekarang sudah pingsan itu dengan tatapan muak lalu menyuruh anak buahnya untuk membawa gadis bodoh itu ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia pingsan karena shock bukan karena kehilangan banyak darah. Untung saja goresan pisau itu tak terlalu dalam hingga tak sampai ke pembuluh darahnya" begitu kata dokter yang menangani Dasom tadi.

Setelah memastikan 'mantan kekasih'nya itu berada di rumah sakit, ia segera pergi tanpa mempedulikan bagaimana kelanjutan keadaan wanita sinting itu.

"Hyung, Baekhyun hyungnim kemana? Kenapa dia jarang bergabung bersama kita lagi?" Pertanyaan polos Gongchan itu spontan membuat Chanyeol terdiam. Ia hanya menyesap asap rokoknya tanpa menjawab lebih lanjut.

Ia sendiri merindukan Baekhyun, sangat. Entah perasaannya saja atau memang pria mungil itu sedikit menjauh belakangan ini. Jika kedekatan mereka membuat lelaki itu menjauh, Chanyeol lebih baik tidak berdekatan dengannya sama sekali daripada ia harus menerima kenyataan bahwa Baekhyun menjaga jarak darinya.

"Cinta itu butuh pengorbanan." Ia masih ingat kata-kata kakaknya dulu saat mereka masih kecil. Masih melekat betul di ingatannya saat sang kakak memberikan mainannya padanya saat usianya baru 7 tahun. Kakaknya bilang ia memberikannya pada Chanyeol karena ia begitu mencintai Chanyeol. Tentu saja bukan cinta dalam tafsiran itu.

Dan kini, Chanyeol (17) ingin betul-betul melakukan seperti apa yang dulu sering kakaknya lakukan untuknya, pengorbanan dan perjuangan.

.

.

.

Baekhyun menarik nafasnya dalam-dalam ketika mobil kakaknya memasuki area Jungshin yang sudah ramai oleh orang-orang. Mobil Minho begitu mencolok ditengah gemerlapnya lampu sorot di malam hari khas seperti di perayaan. Jantungnya berpacu semakin cepat mengingat bahwa dalam hitungan jam atau bahkan menit ia harus memainkan biola nya di hadapan banyak orang. Yang pertama adalah permainan solo untuk acara pembuka, lalu yang kedua adalah duet bersama Yixing dengan membawakan instrumen Kiss The Rain.

"Kak aku gugup" Baekhyun menggenggam tangan Minho ketika mobilnya sudah berhenti di pelataran parkir.

"Santai saja. Kau harus percaya diri. Tak ada yang kurang dalam permainan biolamu." Senyuman Minho terlihat begitu menenangkan dan penuh kasih sayang, sangat berbeda dengan senyuman jahil yang biasanya terpatri di wajah tampannya itu. Baekhyun menatap tepat ke arah mata kakak ketiganya itu dan ia menemukan keyakinan dirinya. Lantas ia pun mengambil kotak biola yang berada di bagian belakang mobil lalu membawanya namun Minho segera mengambil alih kotak biola itu dari Baekhyun. "Biar kakak saja." Kelakarnya.

Perjalanan menuju aula terasa sangat lama bagi Baekhyun. Orang-orang yang berpapasan dengannya dan kakaknya terus saja menatap mereka berdua seakan mereka melihat penampakan malaikat didepan mata. Baekhyun bahkan merutuk dalam hatinya saat melihat Minho biasa saja dengan semua itu. Ia tak terbiasa menjadi pusat perhatian, tidak seperti Minho yang sudah seperti artis di kampusnya.

To Be With You [CHANBAEK] | (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang