***
MAGGIE
Semua yang terjadi ini begitu cepat. Semua hal ini datang secara tiba-tiba , membuatku bingung harus senang ataukah sedih. Orang yang tidak kusangka-sangka ini ternyata adalah pangeran kuda putihku yang kutunggu selama ini.
"...Prince?" Desisku lirih. Kuberanikan diri untuk memanggilnya dengan sebutan itu, berharap bahwa aku tidak salah orang.
Pria itu menatapku sambil tersenyum.
"Ya. Ini aku , Astilbe."
Tanpa bisa ditahan lagi, air mata yang kupendam selama ini keluar begitu saja. Aku tidak lagi berpikir siapa pria itu. Aku tidak peduli apakah dia Lukas atau siapa pun dia, saat melihatnya membentangkan tangan didepanku, tanpa berpikir bahwa dia adalah kekasih adikku , aku sudah menghambur kedalam pelukannya.
Kuakui pada saat itu, tak ada lagi yang aku pikirkan selain satu hal.
Aku merindukan Prince.
Amat sangat rindu.
Kami berpelukan cukup lama didepan butikku sampai kulihat ada pelanggan yang datang, sehingga aku pun menghapus air mataku dan menarik Lukas masuk kedalam ruanganku.
Pelanggan yang datang pada hari itu, semuanya kuserahkan pada Lucy. Aku punya hal yang lebih penting untuk diselesaikan pada hari ini.
Pertemuanku dengan Prince tidak hanya terjadi setahun sekali, melainkan dua puluh tahun sekali atau mungkin bisa disebut sekali seumur hidup. Jika aku tidak meluangkan waktu hari ini, belum tentu kami masih punya waktu untuk bicara berdua seperti ini dilain hari.
Kami berdua kini duduk saling berhadapan dan saling memandang satu sama lain. Prince tersenyum lembut padaku seperti dulu dan aku membalas dengan melakukan hal yang sama, tersenyum dan mengamati setiap inci wajahnya yang terpahat sempurna.
Prince yang berada dihadapanku ini bukan lagi anak laki-laki berusia 8 tahun yang terkurung disebuah istana besar dengan dikelilingi pengawal dan pelayannya. Prince yang kulihat kini adalah sosok pria tampan yang berkharisma. Ukuran tangannya mungkin bisa dibilang dua kali dari tanganku yang mungil.
Banyak sekali perubahan dalam dirinya setelah dewasa sampai aku tidak bisa mengenalinya hanya dengan sekali lihat, kecuali dua hal.
Yang pertama, dia tetap tampan seperti dulu.
Yang kedua, kedua bola matanya berwarna biru.
Bodoh bukan? Kenapa aku tidak bisa mengenali dia?
Dan jangan lupakan soal etika makan yang selalu dia nasihatkan padaku dari dulu sampai sekarang. Harusnya hanya dengan kemiripan fisik dan sikap itu bisa membuatku curiga apakah prince dan Lukas adalah orang yang sama, namun mungkin karena aku sudah menutup hati untuk semua pria membuatku tidak menyadari keberadaannya disisiku.
Pertemuan yang tidak disengaja ditepi jalan,
Pertemuan tak terduga di Nansam Group,
Makan malam yang tak kusangka dirumahku sendiri.
Setelah dua puluh tahun lamanya, akhirnya hari ini kami dipertemukan kembali. Tentunya dalam kondisi yang rumit dan tidak diduga.
***
Setelah cukup lama kami terdiam, aku pun memutuskan untuk memecahkan suasana yang terasa canggung ini. Padahal sebelumnya , aku tidak pernah merasa canggung saat bertemu dengan Lukas. Biasanya aku akan langsung bersikap semauku jika bertemu dengannya, tapi kali ini berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DTS 1 - ASTILBE, Sebuah Penantian [TELAH DITERBITKAN]
RomanceDua puluh tahun sudah Lukas mencari, tapi dia sama sekali belum menemukan teman masa kecilnya. Ia memanggil gadis itu dengan sebutan Astilbe, yang artinya aku akan tetap menunggu. Dia mencari tak tentu arah tanpa mengetahui nama asli dari seorang As...