Bagian 2 : Daegal Benar-Benar Gila!

25.2K 1K 23
                                    

Athanya membelalakkan matanya. Sedangkan semua orang sudah menatap ke arahnya.

Ia mendekati ke arah Clara dan Freya, "Kok gue sih?! Kan lo bilang gue gak akan ke pilih tapi kok--"

Clara langsung mengisyaratkan pada Athanya untuk berhenti berbicara, dan mengisyaratkan untuk berdiri dimimbar sana bersama Daegal.

"Sekali lagi, ATHANYA SERNAYA saya tunjuk sebagai wakil ketua osis tahun ini," ucap Daegal santainya.

Atha menatap Daegal kesal. Ia bingung mengapa harus dirinya yang dijadikan waketos. Benar-benar menyebalkan. Dengan 'terpaksa' ia berdiri dan berjalan ke arah mimbar menuju tempat Daegal berdiri.

Ia memegang mic yang sudah diberikan Daegal padanya.

"Terima kasih sebelumnya kepada ketua osis kita yang baru sudah memilih saya sebagai wakil ketua osis. Namun, dalam rangka ini saya juga perlu bantuan kerja sama dengan teman-teman semua untuk mencapai tujuan organisasi osis satu tahun ke depan. Terima kasih." ucap Atha dengan sopan, lalu mundur dari mimbar.

Atha maju ke depan tanpa persiapan apapun jadi wajar saja jika bicaranya mungkin saja sedikit aneh atau mungkin tidak nyambung. Matanya dari tadi menangkap sinyal kalau Freya dan Clara sedang menahan tawanya.

Sial!

"Baik. Terima kasih kepada Daegal Devara Dwi Prasetyo kamu sudah sepenuhnya memikul beban osis satu tahun ke depan. Dan kepada Athanya Sernaya selamat sudah menjadi bagian dari osis, menjadi orang terpenting kedua setelah ketua osis. Semoga ke depannya kalian bisa bekerja sama dengan baik," ucap Bu Dessy mengalungkan sesuatu yang bertulisan 'Ketua Osis' dan 'Wakil Ketua Osis'.

Tepuk tangan meriah beserta siul-siulan pun berlangsung riuh. Benar-benar mengganggu telinga Atha. Ia tak suka jika harus jadi pusat perhatian begini. Dan sialnya lagi, ini semua gara-gara lelaki pembuat onar disampingnya.

"Untuk kalian berdua silakan menuju ruang osis untuk berunding siapa yang akan kalian pilih untuk jadi Bendahara dan Sekretarisnya nanti. Sampai disini dulu anak-anak. Silakan kalian kembali ke kelasnya lagi masing-masing," ucap Bu Dessy menutup acara pengumuman penting tersebut.

Sepeninggalan guru-guru. Tinggal lah Daegal dan Atha. Atha melirik ke arah Daegal kesal, "Lo kenapa sih jadi milih gue?"

Daegal tetap bergeming.

"Ishh ditanya malah bisu," ucap Atha lagi.

"Lo nanya sama gue?" tanya Daegal santai.

"Yaiyalah, emang lo pikir gue ngobrol sama siapa lagi kalau bukan lo? Setan? Yakali," oceh Atha.

Daegal memperhatikan Atha dari atas sampai bawah. Menarik. Ia menarik sudut bibirnya ke atas membuat lengkungan sebuah senyuman.

Atha yang merasa ditatap intens seperti itu merasa risih, "Lo tuh apa-apaan sih natap orang tanpa izin!"

Entah apa yang melekat pada Daegal sehingga membuat Atha selalu emosi. Daegal yang mengesalkan, menyebalkan, dan yang paling penting sok-sokan.

"Emang natap orang harus izin dulu? Gak pernah denger tuh."

"Udahlah ngomong sama lo tuh gak guna banget. Unfaedah terus," ucap Atha ketus.

Daegal dan Atha berjalan beriringan menuju ruang osis untuk merundingkan siapa yang jadi Bendahara dan Sekretaris dalam osis.

Mereka kini tiba diruangan. Atha sudah gerah disini menatap ruang pengap yang akan jadi kesehariannya selama satu tahun ke depan. Ini semua gara-gara Daegal yang menyeretnya pada organisasi ribet ini.

Ketua Osis VS Wakil Ketua Osis [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang