Bagian 10 : Permusuhan Sengit

10.7K 453 9
                                    

Sudah seminggu berlalu Daegal dan Atha tetap saja memilih saling diam. Seperti ada permusuhan sengit diantara keduanya. Daegal entah bagaimana sudah tidak lagi mengganggu Atha dan itu membuat Atha bersyukur setidaknya dunia ini masih tentram dan aman, namun satu hal yang mengganjal dihatinya yaitu Daegal sedang memusuhi dirinya yang bahkan dia tak tau salahnya apa.

Malam ini Atha berkutat lagi dengan kertas-kertas proposal yang diminta Daegal waktu itu. Mengulang membuat proposal, sesusah itu ternyata membuat proposal.

"Hufftt padahal gue bukan sekretaris tapi kerjaan gue udah kaya sekretaris aja, besok gue pengen ketemu Daegal dan gue mau keluar osis!" tekadnya.

Besok ia akan bertemu Daegal dan menyerahkan proposal ini lalu saat itu juga ia akan mengatakan ingin mengundurkan diri. Bukannya dari awal dia memang tidak niat untuk jadi bagian dari osis.

Ia istirahat sejenak. Merebahkan kepalanya ke atas meja belajar memandang langit-langit kamarnya dan menerawang entah kemana. Ia rindu satu sekolah dengan Angkasa. Cowok itu seperti punya ribuan pesona untuk meluluhlantakan hatinya.

Drrttt

Getar handphone disebelahnya lumayan mengusik dirinya.

"Tsk, siapa sih malam-malam begini hubungin gue," dumelnya.

Tangannya bergerak membuka hp dan tertera nama Angkasa Sanjaya. Ia langsung mengangkat telepon tersebut.

"Halo?"

"Ha--halo"

"Aku ganggu ya?"

Atha tersentak dan langsung bangkit duduk dengan tegak, senyumnya merekah.

Ia menggeleng, "Nggak kok, gak ganggu sama sekali."

"Kamu lagi apa?"

Atha berpikir sejenak, "Nggak, aku gak lagi ngapa-ngapain kok."

"Yaudah teleponnya aku tutup ya?"

Atha menyerngit heran. Bertanya dalam hati sebenarnya Angkasa kenapa dan berbagai pertanyaan berkeliaran di kepalanya.

Belum ia mengiyakan pertanyaan itu, Angkasa sudah menutup teleponnya. Sungguh sesuatu yang janggal.

Atha melirik buku dengan cover warna biru, warna favoritnya. Buku diary kesayangannya sejak ibundanya telah tiada 5 tahun yang lalu.

Keluarganya yang tak lengkap, cukup membuatnya menjadi diri yang sangat tertutup. Clara saja yang notabennya sahabatnya sejak lama saja tidak tahu masalah dirinya. Nanti akan ada saatnya ia menceritakan segalanya kepada sahabatnya itu.

Ia menumpukan satu tangan kirinya untuk menyangga dagu dan tangan kanannya untuk menulis kata-kata indah dalam buku diary tersebut.

Aku dan Bahagiaku

Judulnya terlalu indah untuk ku bayangkan, namun bukankah memang khayalan lebih indah daripada kenyataan.
Ini bukan keinginanku, pun juga bukan keinginan ayah dan ibu.
Ini semua takdir yang memang sudah sejak lama terukir.
Luka lama yang kian hari semakin menipis cukup bisa membuatku tersenyum tipis.
Bahagiaku ada bersamaku dan ia tidak akan pernah tega meninggalkanku seperti halnya dirimu.
Malam ini indah, aku jadi bisa sedikit menyanggah dan sedikit pasrah.

Ia pun menutup buku tersebut. Meletakkannya di tumpukkan buku-buku agar orang lain tak berniat membaca atau lebih bagus lagi orang lain tak tau perihal buku diary kesayangannya.

Ketua Osis VS Wakil Ketua Osis [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang