BAB 3

69 11 0
                                    

"Malam yang panjang bersama kenangan."

[]

Malam meniupkan angin yang begitu menusuk kulit. Aku berusaha untuk mengeratkan jaket yang melekat ditubuhku ini. Aku terus berjalan mengikuti trotoar, hingga aku tiba disebuah rumah bernuansa biru laut ini. Aku mulai mengetuk daun pintu perlahan, takut jikalau mengganggu si tuan rumahnya.

"Ngapain malam-malam kemari?"ucapnya setelah membuka daun pintu tersebut.

"Ada rencana untuk keluar? Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat."

"Tidak ada. Mau kemana, aku sedang sibuk."

"Sebentar aja. Enggak lama, kok." Mohonku.

"Yaudah, tunggu sebentar."

Diperjalanan, tidak ada percakapan apapun. Hanya suara beberapa kendaraan yang berlalu yang menjadi pengiring perjalanan, hingga kami tiba disuatu pasar malam disebuah lapangan. Pasar malam itu tampak ramai pengunjung, rasanya sudah lama sekali aku tidak berkunjung kesini. Mungkin yang terakhir kali ialah beberapa tahun yang lalu.

"Aku memang sengaja membawamu kemari, mungkin disini kamu bisa melupakan kejadian tadi," ucapku menjawab raut wajahnya yang tampak bingung.

"Semoga saja. Sudah lama aku tak berkunjung disini, mungkin yang terakhir kali saat aku bertemu denganmu."

Yah, benar sekali. Tempat ini adalah tempat pertama kalinya aku bertemu dengannya. Seorang bocah kecil yang tanpa sengaja menabrakku, hingga membuat ice cream yang baru saja kubeli berakhir ditanah. Membuatku menangis, sementara dia berusaha menenangkanku.

"Enggak terasa waktu berjalan begitu cepat, aku pikir baru kemarin aku mengenal kamu."

"Iya. Ayo, kamu mau coba permainan itu nggak? Kayaknya kita udah ketinggalan dengan permainan baru yang ada disini," ajakku yang diangguki olehnya.

Malam itu, kami menghabiskan waktu dengan mencoba beberapa permainan yang ada di pasar malam ini. Hingga berakhir dengan memakan gula manis bersama dibawah ribuan bintang yang menghias langit malam kala itu. Semoga dengan ini, kamu bisa sedikit melupakan kejadian tadi, aku tidak suka melihatmu murung terus seperti itu. Aku hanya ingin melihat senyummu saja, seperti malam ini. Malam yang seakan menjadi malam terakhirku denganmu.

"Makasih ya, Den."

"Untuk?"

"Untuk semua yang telah kamu lakukan, aku senang bisa mengenal kamu. Kamu adalah sahabat terbaik yang aku miliki, semoga kita bisa tetap seperti ini."

Ya, memang saat ini aku masih betah menjadi sahabatmu. Tapi salahkah jika aku meminta lebih dari itu? Salahkah jika diam-diam aku memendam perasaan untukmu?


C   U   R   S   E

CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang