BAB 4

55 8 0
                                    

"Sepenggal kata untuk Rian."

[]

Kuamati terus tiket pesawat yang ada di atas kasurku. Besok aku bersama keluarga berencana untuk pindah keluar kota. Aku tak tahu kapan aku akan kembali kesini, atau aku tidak akan pernah kembali kesini lagi? Akupun tak tahu, hanya waktulah yang dapat menjawabnya. Setelah aku mengemasi beberapa bajuku dikoper, aku langsung melamun. Memikirkan akankah aku siap meninggalkan tempat ini, tempat dimana aku mengukir semua kenangan indah. Kenangan yang tak akan pernah aku lupakan. Tapi bagaimana pun juga aku tidak dapat berbuat apa-apa, aku tidak mungkin melawan kehendak orang tua. Aku hanya tidak mau saja disebut sebagai anak durhaka. Rian, nama itu seakan terus menghantuiku malam ini. Aku merasa bersalah karena tidak sempat memberi tahunya tentang kepindahanku, tapi buat apa juga. Rian mungkin tidak akan ambil pusing juga, buat apa dia harus mengetahui kepindahanku, apakah aku mengharapkan dia menantiku? Iya tentu saja, tapi itu sangatlah tidak mungkin. Tapi aku merasa tidak enak saja jika aku tidak pamit dengannya, tapi bagaimana caraku pamit? Aku termasuk orang yang tidak pandai mengungkapkan sesuatu dengan langsung, aku lebih suka menuliskan sesuatu itu.

Kuambil selembar kertas hvs dari laci, lalu mulai menulis kata demi kata hingga terbentuklah beberapa kalimat. Aku terus menulis hingga tulisanku itu mengalir begitu saja, hingga tanpa ku sadari kertas hvs yang tadinya masih putih sekarang mulai ada goresan-goresan huruf dari tinta. Setelah selesai menulis, lalu aku segera mencari amplop untuk membungkus kertas tersebut.

C    U   R    S    E

CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang